Share

Anara
Anara
Penulis: kimmy ara

Kehilangan kesucian

Menjadi cantik, kaya dan populer adalah impian setiap wanita. Dalam pandangan orang-orang, hidup seperti itu adalah suatu keberuntungan, dunia yang penuh keajaiban.

Namun bagi Anara, dunia itu adalah penjara yang dingin dan gelap disaat malam. Dan menjadi neraka yang panas membakar disaat siang.

Nama gadis itu Anara,  Anara Carwen Sarendra. Putri tunggal Brama Sarendra, salah satu dari sepuluh orang paling berpengaruh di dunia. Kekayaannya tak dapat di hitung, belum lagi aset dan yayasan-yayasan yang di kelolanya. Membuat seorang Brama dan keluarganya, menjadi incaran para pencari berita.

Seharusnya gadis itu bahagia. Seharusnya dia merasa beruntung memiliki semua yang di inginkankan nya, dalam hidup. Kenyataannya, Anara merasa kesepian. Dia bahkan harus membuat janji terlebih dahulu jika ingin bertemu dengan kedua orangtuanya.

Tragis, bukan?

Begitulah kehidupan seorang Anara. Sebuah keluarga yang telah berubah menjadi orang asing.

Saya tahu, kalian pasti akan mengatakan kalau semua yang dilakukan oleh orang tua itu adalah untuk anak-anak mereka.

Baiklah!

Kalau begitu, Anara yang salah!

Bukankah sudah seharusnya dia bersyukur, dan menikmati semua jerih payah orang tuanya? Bukankah mereka melakukan ini untuknya?

Sekarang disinilah Anara berada, menikmati kehidupan yang sempurna!

***

Suara musik berdentum, menghentak-hentak memekakkan telinga. Diantara sekian banyak kursi di bar ini, Anara memilih untuk duduk di sudut paling ujung, agar tergindar dari desakan pengunjung bar yang membludak malam itu. Disodorkannya gelas ke arah bartender, dan memberi isyarat dengan jari agar bartender itu kembali mengisinya.

“Cukup An, kau sudah mabuk!” bartender bernama Bryan itu adalah teman Anara. Dia bekerja paruh waktu disini, untuk membiayai kuliahnya. Dia cowok yang cukup populer di kampus, karna darah blasteran yang mengalir dalam tubuh atletisnya. Tentu saja, wajahnya juga tampan.

“No! Aku belum mabuk Bi, seorang Anara tidak akan mabuk oleh segelas alkohol. Ceguk!” gadis itu menggoyangkan jari telunjuk ke kiri dan kanan, di depan wajahnya. Kepala terasa semakin berat, membuat gadis itu, sedikit kesusahan saat mengangkat wajah. Dibiarkannya saja tertunduk, hingga rambut panjang itu, terurai kedepan menutupi sebagian wajah.

“Kau cegukan, dan ini gelas ke sembilan. Sudahlah! Sebentar lagi jam kerja ku selesai, aku akan mengantarmu pulang.” Bryan meraih gelas di atas meja, tapi langsung ditahan dengan kedua tangan, dan membawa gelas itu ke dalam pelukannya.

“Enggak mau! Pokoknya isi! Cepat!” di hantamkan nya gelas tadi, ke meja dengan keras, membuat Bryan memutar bola matanya. Malas.

“Terserah padamu!” ucapnya, lalu menuang kembali gelas besar itu hingga penuh.

“Kau yang terbaik! Ceguk!” seulas senyum di berikan gadis itu, menonjolkan lesung pipi di samping bibir tipisnya.

“Whatever!” sahut Bryan berlalu, melayani pelanggan bar yang lain.

Musik berganti, suara DJ terdengar memprovokasi pengunjung agar turun ke lantai dansa. Lagu Anytime, oleh DJ Don Pablo, salah satu DJ vaforit, mampu membuat Anara melangkah, menuju lantai dansa. Pengaruh alkohol dan suasana hati yang kacau membuat tubuhnya menjadi ringan. Menari, meliuk-liuk dan sesekali terhuyung. Gadis dengan pakaian minim itu melompat-lompat, berteriak, tapi tak ada yang mendengar, tak ada yang perduli. Suaranya hilang ditelan alunan musik dan hiruk pikuk bar malam itu.

Dia baru berhenti, saat merasakan pandangan mulai mengabur. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, saat Bryan yang sudah menyelesaikan jam kerjanya, memapah gadis itu, yang sudah tak kuat berjalan, ke area parkir dimana mobilnya tersimpan.

“Yakin, bisa pulang sendiri?” tanya cowok itu, ada nada khawatir dalam kalimatnya. Anara terpaku. Bagi seorang yang jarang mendapatkan perhatian, seperti dirinya, kalimat yang di ucapkan oleh Bryan tadi membawa pengaruh pada detak jantungnya.

“Kamu khawatir?” tanya Anara polos. Hatinya kini, bahkan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.

“Tentu saja! Apa kau bodoh?” sahut cowok tampan itu kesal. Mendengar jawaban Bryan, Anara langsung memajukan tubuhnya agar lebih dekat, lalu, cup! Sebuah kecupan mendarat di bibir cowok itu. Hanya sekilas. Karna detik berikutnya, adalah canggung!

“Maaf!” akhirnya gadis itu mengucapkan hal nya. Buru-buru dia melempar pandangan ke arah lain, demi menghindari tatapan Bryan yang dirasanya, sangat berbeda malam itu.

Bodoh! Apa yang kau fikirkan Anara? Dia  merutuk diri sendiri di dalam hati.

Digigitnya bibir bawah, agar sedikit waras. Tapi apa yang terjadi kemudian, jauh dari ekspektasi. Bryan mendekatkan wajahnya dan mencium Anara dengan lembut, membuat gadis itu terhanyut, dan bahkan membalas ciumannya.

Untuk beberapa saat lamanya mereka tetap seperti itu. Menikmati rasa, yang Anara sendiri tidak mengerti bernama apa.

“Aku akan mengantarmu pulang!” tawar Bryan kembali, setelah bisa menguasai diri. Ciuman panas yang mereka lakukan tadi, membuat wajah Anara terasa lebih panas dari sebelumnya. Dia bahkan tidak berfikir untuk pulang malam itu. Jadi, gadis itu hanya mengangguk dan menyodorkan kunci mobil, lalu masuk.

“Antarkan aku ke hotel. Aku tidak mau pulang dalam keadaan mabuk.” di alihkan nya pandangan ke arah jendela saat mengucapkan kalimat itu, agar Bryan tidak salah faham. Hanya saja, dia sedang tidak ingin sendirian malam ini.

“Baiklah!” jawab Bryan singkat, lalu menghidupkan mesin mobil.

Tak ada percakapan selama perjalanan. Bryan tampak fokus di belakang setir, sedangkan gadis itu, menikmati hembusan angin malam, yang masuk lewat kaca jendela yang terbuka, menerpa wajah. Dia berfikir, mungkin dengan begitu mabuknya akan sedikit hilang.

Sesampai di hotel, Anara meminta Bryan menunggu di lobi, sementara dia melangkah menuju meja receptionist, untuk check – in. Setelah melalui proses registrasi singkat, dia melangkah menuju lift. Diliriknya Bryan masih betah menunggu di Lobi hotel. Di biarkannya saja, sambil menunggu lift terbuka.

“Sudah selesai?” Cowok itu, sudah ada di belakang Anara. Entah kapan dia berjalan kesana. “Aku antar ke kamar.” Lanjutnya, dan lagi-lagi Anara hanya mengangguk.

Hotel ini adalah salah satu hotel milik orangtua Anara. Tapi, karyawan hotel sepertinya tidak mengenalinya, karena memang sangat jarang tampil di depan publik bersama kedua orangtuanya.

Untuk mengecoh petugas, gadis itu berbohong, mengatakan kalau dia adalah keponakan Bapak Brama Sarendra. Dan diberi akses untuk memakai kamar khusus di hotel ini. Tentu saja, kunci kamar ini hanya dimiliki oleh keluarga Sarendra, bahkan hotel tidak memiliki kunci duplikatnya. Itu sebabnya mereka percaya saja cerita gadis itu.

Mereka naik menuju lantai 8, menuju salah satu kamar suite di holet ini. Kamar itu adalah kamar khusus untuk keluarga Sarendra, tapi tidak pernah di pakai dan jadi mubazir. Anara akhirnya memakai kamar ini, jika sedang kesal atau malas pulang ke rumah.

“Mau masuk dulu?” gadis itu, mencoba untuk berbasa basi. Merasa tak sopan, jika langsung menyuruhnya untuk pulang. Tak disangka Bryan malah kelihatan senang, lalu melangkah masuk, melewati Anara yang masih berdiri di pintu.

Gadis itu menyalakan lampu, membuat ruangan seketika menjadi terang. Di sipitkannya mata, untuk beradaptasi, lalu menghempaskan tubuh di sofa. Tangan gadis itu mulai asik memainkan remote televisi, mencari chanel yang menarik untuk di tonton.

“Kenapa televisi?” kening Bryan berkerut melihat tingkah gadis yang selalu merepotkannya itu. Dia lantas berjalan ke dapur kecil yang menyatu dengan ruangan ini. Mencari sesuatu di dalam lemari pendingin.

“Aku tak suka kesepian! Rasanya memuakkan!” Anara menjawab, sambil melongokkan kepala, mencari tahu apa yang dilakukan cowok itu, pada kulkasnya.

“Hum! Boleh minta air dingin?” ternyata cowok tampan itu sudah berdiri di atas Anara, tepat di balik sofa yang ditidurinya. Wajah tampan itu, memandang ke bawah, sementara kedua siku bertumpu pada sandaran sofa, sesaat pandangan mereka bertemu, ketika gadis igu menengadahkan wajah, mendengar Bryan bicara.

“Lakukan sesukamu!” di kibaskannya tangan, lalu cepat-cepat menutup mata.

Terasa seperti ada sebuah benda tepat di depan wajah, saat gadis yang mulai merasakan detak jantung tak normal itu, membuka mata. Bryan sudah menempelkan bibirnya ke bibir Anara, hingga gadis itu tak mampu berkata apapun. Perlahan dia malah menikmati perlakuan Bryan padanya. Awalnya pasif, tapi kemudian, entah dorongan darimana, gadis muda itu, mulai aktif dalam permainan panas mereka.

Tangan Bryan mulai bergerilya di tubuh Anara, menciptakan sensasi aneh, seperti tersengat aliran listrik dengan voltase rendah. Sedikit menggelitik. Anara yang berusaha untuk tetap sadar, tak mampu menahan pesona seorang Bryan, dan kembali terhanyut, dengan mata terpejam, menikmati setiap sentuhan yang dia berikan.

Gadis polos itu tak tahu, kapan dia  melepaskan seluruh pakaian yang di kenakannya. Kini tubuh polosnya berada dalam posisi bride style, menuju tempat tidur oleh Bryan yang juga dalam keadaan polos. Hatinya berkata ini adalah kesalahan, dan tidak boleh terjadi. Tapi kenikmatan ini tidak bisa ditolaknya, dia menyukainya. Baru kali ini, Anara merasa begitu di cintai dan di istimewakan. Dan dia rela memberikan semua yang dimilikinya demi mendapatkan kebahagiaan itu. Malam ini, gadis itu telah kehilangan kehormatan, sebagai seorang gadis.

Bersambung

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Aisyah_Sakila
semangat Mpok ini aku Mpok song Hye hehe... mantul ceritanya Mpok . apalagi Bryan kyak nama nopelku di tetangga sebelah hehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status