GOMPRANGG!
"Astaghfirullahaladzim! Suara apa itu?" Bu Iis, terkejut.
"Sebentar Romi periksa dulu, Bu." Ujarnya.
"Eh, jangan! Biar Ibu yang periksa." Kata Bu Iis.
"Jangan, Bu, kalo itu maling gimana? Kan bahaya, Bu."
"Ah, takut kok sama maling."
"Bu, Aisyah temenin ya."
"Jangan, Nengg! Jangan repot-repot, Ibu bisa jaga diri kok."
"Yaudah, kalian duduk sini aja, nanti sehabis Ibu cek keadaan dapur, Ibu mau cerita lagi, hehe."
"Iya deh, Bu. Tapi makasih banyak ya, Bu, Ibu udah mau percaya sama kita, kita enggak nyangka Ibu bisa percaya sama kita dan enggak anggap kami penipu atau pembohong. Aku juga bertermakasih ke Romi sama Rindu yang udah percaya sama perkataan kami, aku enggak nyangka bisa dibantu sama kalian semua." Sumelika, terharu dengan Bu Iis, Romi dan Rindu.
"Ah, santai aja, Sumelika. Kan itu sudah kewajiban untuk saling membantu, benar kan, Romi, Rindu?"
"Iya, benar banget,
Pagi harinya, Aisyah dan teman-teman Sumelika yang lain bersyukur karena Sumelika sudah terbangun. Mereka berkata kalau Sumelika tidur seharian, Sumelika heran mengapa dia bisa tidur seharian. Sekarang mereka semua sedang berbincang-bincang di meja makan."Emangnya lo habis ngapain, Mel? Sampe tidur seharian gitu?" tanya Tania."Gue kagak ngapa-ngapain, Tan. Seinget gue habis makan, gue langsung tidur ke kamar karena ngantuk banget, habis itu gue bangun malam besoknya. Bangun-bangun kepala gue pening, terus gue keringet dingin, kagak enak banget itu, apalagi hawa malamnya bikin gue udah kagak tahan lagi."Di sana, Sumelika juga menceritakan mimpinya semalam yang cukup mengerikan. Dia menceritakan bahwa dia bertemu dengan Ratu kuyang, Ratu genderuwo, sampai Ratu ular, mereka bertiga mengincar tulang sumsum dan darah Sumelika yang mereka anggap spesial."Ya ampun, bukannya tulang sumsum sama darah lo udah lo kasih ke kuntilanak hitam yang
"Rahasia dan keistimewaaan apa yang dimaksud Ibu, Bu?" Sumelika penasaran dengan rahasia dan keistimewaan yang Bu Iis bicarakan, ia sangat penasaran mengapa keistimewaan sekaligus rahasianya menjadi incaran para makhluk ghaib yang jahat sekarang."Sebenernya Ibu sungkan berbicara tentang semua ini, Ibu takut kalian tidak percaya dengan apa yang Ibu katakan seperti waktu itu kamu takut mengatakan yang sebenarnya kepada Ibu." Bu Iis menuangkan air dari kendi ke gelasnya yang masih terbuat dari tanah liat, ia meminum air itu supaya diriya tak tegang untuk memberikan penjelasan kepada Sumelika."Saya percaya kok, Bu. Soalnya, saya udah diteror sama makhluk-makhluk ghaib semenjak tangan saya berubah jadi tangan serigala sewaktu di sekolah belakangan ini." Ujar Sumelika, menyakinkan Bu Iis untuk bercerita tentang keistimewaan dan rahasianya."Kalau gitu, Ibu akan ceritakan semuanya ke kamu ya, Neng. Tapi kamu jangan kaget, lagian Ibu juga baru
Romi masih memperhatikan kondisi Desa Tengkorak yang cukup memilukan, Romi menutup hidungnya dengan menggunakan tangannya, bau yang ia cium sangat menyengat. Bau cacar api membuat Romi memuntahkan seisi perutnya karena tak tahan lagi, ia pun pergi dari sana, tetapi dia dikejutkan dengan kedatangan Rindu di sana."Dorrr!" kejut Rindu, pada Romi.Refleks, Romi berteriak karena terkejut melihat Rindu yang mengkagetkannya dari belakang."Ya ampun, Rindu. Lo ngagetin gue!" tutur Romi yang gaya bicaranya berubah menjadi gaul seperti Sumelika dan kawan-kawan, Rindu yang mendengarnya langsung tertawa terpingkal-pingkal."Hahahaha, hahahaha." Kekehnya yang tak henti-henti."Kenapa?""Hahaha, kamu ini ya, sekarang sudah pakai bahasa Sumelika dan kawan-kawannya, hahaha.""Memangnya kenapa? Kan keren.""Hahahaha, bukannya keren malah aneh, Rom. Kita ini kan hidup di jaman baheula, masa iya kamu pake bahasa jam
Di masa depan, Malika beserta Nenek Sumitra dirawat di ruangan isolasi. Kondisi mereka berdua sangat memilukan, Malika hangus sementara punggung Nenek Sumitra juga hangus menggosong karena kejatuhan oleh kayu panas sewaktu kejadian tragedi kebakaran 2 hari yang lalu. Selama 2 hari ini, Malika tak sadarkan diri sementara kondisi Nenek Sumitra kian membaik. Ada baik dan ada buruknya juga jika Malika koma seperti ini. Baiknya adalah Malika tidak akan membabi buta lagi seperti kemarin. Dan buruknya, Malika harus mengalami berada di ambang kematian dan kehidupan di alam bawah sadarnya.Sumedh duduk di luar, ia meratapi kehidupan istrinya. Beberapa lama kemudian datanglah seorang suster, suster itu baru saja keluar dari ruangan isolasi Malika dan nenek Sumitra."Pak Sumedh, kondisi Dokter Malika sangat parah. Sebelumnya saya mohon maaf, ada kabar yang buruk yang akan saya sampaikan kepada Bapak, Pak. Nampaknya Dokter Malika tidak akan bertahan dalam jangka bebera
Di hari itu juga Bu Iis, Sumelika, Aisyah, Desti, Tania, Romi serta Rindu membuat bendungan kecil yang mengelilingi rumah Bu Iis yang tujuannya untuk mencegah para zombie masuk ke dalam rumah, semoga saja malam nanti mereka aman dan tak ada satupun zombie yang masuk ke dalam rumah mereka.Meninggalkan hiruk pikuk Desa Tengkorak, di rumah keluarga Petni, Halimah sedang menangis di jendela rumahnya yang berada di lantai 3, Halimah melihat betapa menderita dan mengerikannya sekarang desa Tengkorak yang sudah menjadi desa zombie yang benar-benar diisi oleh para zombie di sana. Zombie di desa Tengkorak jauh mengerikan dibandingkan zombie yang lain karena seluruh wajah dan tubuh mereka dipenuhi dengan nanah cacar api."Kak Tono, kak Tono ... kenapa kakak membuat desa ini menjadi hancur berantakan seperti ini? Apa kakak tidak tahu ganjaran yang akan kakak terima kelak di akhirat nanti, hanya demi harta dan tahta?" kata Halimah, sebari meratapi kondisi Desa Tengkor
Akhirnya mereka sampai juga di lapak nasi goreng, kala itu syukurlah lapak nasi goreng masih buka walaupun wabah virus zombie cacar api menyerang. Tampak lapak nasi goreng itu dihiasi dengan obor-obor, hal ini semata-mata untuk menakut-nakuti zombie agar tak menyerang tukang nasi goreng karena zombie takut sekali dengan api.Tukang nasi goreng tak terkena cacar api dan wabah zombie, karena rumah tukang nasi goreng bukan di Desa Tengkorak tetapi di ujung hutan desa Tengkorak, kebetulan dia juga membangun sebuah tempat penampungan anak jika jaman sekarang bisa dinamakan panti asuhan."Oh, pantesan, Mang. Kirain si Emang warga desa Tengkorak juga." Sumelika yang lega sekali mendengar pernyataan tukang nasi goreng."Mang, pesan nasi goreng 7 ya, dibungkus,""Siap, Neng." Dengan sigapnya tukang nasi goreng itu membuatkan nasi goreng pesanan Sumelika."Banyak banget, Mel." Aisyah."Iya, untuk orang rumah juga.""Mang, saya
Sumelika, Aisyah dan Rindu sudah sampai di rumah Bu Iis tepat di jam 2 dini hari. Aisyah dan Rindu sangat pusing karena mereka baru saja terbangun dari pingsannya, ditambah mereka juga sangat mual akan tangan cacar api yang menutup mulut mereka berdua. Bu Iis menyambut kedatangan mereka bertiga, dan langsung menyuruh Aisyah serta Rindu tidur di ranjang kamar tempat tidur mereka."Kalian tidur saja dulu. Ibu akan mengobati kalian supaya kalian tidak mual ataupun pusing lagi." Ucap Bu Iis, yang sudah menganggap Rindu dan Aisyah seperti anaknya sendiri.Karena sudah tak kuat lagi akan semua yang terjadi, Aisyah dan Rindu terlelap dalam beberapa menit.Bu Iis membawa jeruk nipis, lalu dia melulurkan jeruk nipis ke mulut Aisyah dan Rindu agar bau tangan cacar api dari zombie tadi tidak terasa lagi di saat mereka bangun nanti. Terlihat Sumelika masih duduk di ranjangnya, ia melamuni peristiwa yang terjadi tadi."Neng Sumelika, kamu janga
Waktu itu, saat kondisi sudah mulai aman, Sumelika akan berubah wujud menjadi manusia biasa kembali, namun sesosok genderuwo itu datang di hadapan Sumelika. Refleks Sumelika kaget, takut genderuwo itu akan berbuat sesuatu yang tidak-tidak kepadanya. Mau bagaimana juga Sumelika tetap manusia biasa, walaupun Sumelika sangat pemberani kepada musuh-musuhnya, akan tetapi jika dia melihat sesosok yang sebegitu mengerikannya, dia akan tetap takut juga.Masih dalam keadaan menjadi manusia serigala merah, Sumelika menatap Mohini dengan penuh ketakutan."Bagaimana? Apa kau kaget dan takut dengan serangan yang aku berikan tadi?"Sumelika terkejut, pikiran yang macam-macam mulai menyeruak di benak Sumelika, pikirannya pun telah kemana-mana sekarang."Maksudnya?" Sumelika memberanikan diri untuk menayakan maksud dari penuturan Mohini kepadanya."Haha, rupanya kau sudah bisa berbicara kepadaku. Saat kita pertama kali bertemu, kau kaku bagaikan batu, kau ju