Share

7. Mengakui Kekalahan

Pagi itu agensi diramaikan dengan kabar pertarungan rekan satu tim Angelina dan Alex, dan kabar itu pun sampai pada telinga Max. Pria yang sudah melewati masa pemulihan itu pun pergi menemui Alex di ruang medis.

"Apa kau gila? Kau bertarung dengan Angelina? Apa yang kau pikirkan? Dasar tidak waras!" Max langsung menyerang Alex dengan beberapa pertanyaan serta makian di ujung kalimatnya. "Dan satu lagi, kau kalah, memalukan!" sinis Max.

"Cih! Kau tidak sadar kau lebih memalukan? Kau diselamatkan oleh seorang gadis!" balas Alex tak kalah sinis.

"Itu berbeda! Itu murni kecelakaan, sedangkan kau? Apa yang kau untungkan dari bertarung dengan seorang wanita, dan itu juga rekanmu sendiri. Kau tahu? Kau memperlambat kinerja kita, seharusnya kita sudah bisa kembali bekerja hari ini!" Max terus mengomel.

"Bisakah kau diam? Kau sangat berisik! Aku hanya menguji kemampuan saja, apa salahnya?" balas Alex malas.

"Menguji kemampuan?" Max menuntut penjelasan.

"Aku seorang kapten, aku harus memastikan kemampuan anggotaku agar aku bisa mengambil keputusan yang tepat pada pertarungan sebenarnya. Siapa yang menyangka Angelina semakin hebat, di luar ekspektasiku, dia berhasil mengalahkan aku. Tapi tidak masalah, aku puas melihat peningkatan Angelina." Terpaksa Alex menjelaskan demikian agar Max tidak bertanya-tanya lagi.

"Ck, kau kapten tapi kalah melawan anggota yang pimpin," sindir Max sinis.

"Apa salahnya? Kapten juga manusia dan tentu punya kelemahan!" Alex berkata dengan nada tinggi. Ia sangat kesal karena sejak Max masuk ia terus saja mengomel tiada henti, membuatnya tidak bisa istirahat dengan tenang.

"Ya ya, terserah kau saja!" Max akhirnya diam, tidak lagi bertanya ini dan itu.

Max dan Alex menatap ke arah pintu ketika pintu itu tiba-tiba terbuka dari luar dan muncullah Angelina yang datang untuk menjenguk Alex.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Angelina saat telah sampai di tepi pembaringan Alex.

"Aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," balas Alex dengan sombongnya, padahal jelas-jelas Angelina memberikan pukulan telak pada bagian perutnya semalam.

Angelina tersenyum tipis sedikit sinis. "Oh! Syukurlah kalau begitu."

"Kau sudah lebih baik, Max?" Angelina beralih bertanya pada Max, rekan satu timnya pula.

"Aku sudah sepenuhnya baik. Jika pria menyebalkan ini tidak berulah, seharusnya kita sudah bisa berangkat bekerja lagi," balas Max yang kembali menyindir Alex.

Alex mencibir pelan mendengar ucapan Max yang terdengar menyebalkan baginya.

"Belum ada yang mengantar sarapanmu? Biar aku ambilkan sebentar," ujar Angelina yang ditujukan pada Alex.

"Max, bisa tolong kau ambilkan sarapanku? Ada yang ingin aku bicarakan dengan Angelina sebentar. Kau kembali lagi ke sini karena ada yang ingin aku bahas dengan kalian nanti." Alex lebih dulu memberikan perintah pada Max sebelum Angelina pergi.

"Aku? Cih! Kau sakit saja masih suka memerintah, ya ya baiklah!" Meski mengomel, Max tetap melakukan perintah Alex, meninggalkan sang kapten berdua saja dengan Angelina.

"Belum cukup apa yang kita bicarakan semalam Bukankah kau bilang akan melepaskanku jika aku menang? Apa kau tidak bisa menerima kekalahanmu?" Angelina langsung berbicara demikian setelah Max pergi.

"Aku bukan pecundang yang tidak menerima kekalahan, tapi aku juga bukan seorang pengecut yang tidak bisa berbuat apa-apa. Aku akui aku kalah, tapi akan ada saatnya aku memang," balas Alex penuh percaya diri.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Angelina merasa tidak nyaman jika situasi ini terus terjadi karena ia masih harus menjadi rekan satu tim sama misi.

"Dirimu!"

"Apa?"

Jawaban singkat yang diucapkan Alex membuat Angelina terkejut sekaligus menimbulkan banyak pertanyaan yang seketika bersarang di benak Angelina.

Untuk sesaat Alex terdiam dan merasa sedikit terkejut karena jawaban yang ia ucapkan sendiri, ditambah lagi pertanyaan Angelina dengan nada terkejut, semakin membuat Alex merasa telah salah bicara. Atau bisa dikatakan pria itu mengatakan hal yang tidak seharusnya ia katakan.

Untuk sesaat Alex tidak bisa mengendalikan ekspresi herannya pada diri sendiri, namun setelahnya Alex kembali menguasai dirinya dan kembali seperti Alex yang biasa terlihat—tenang.

"Ya! Aku ingin dirimu pergi dari agensi ini!" Karena sudah keceplosan dengan jawaban sebelumnya, terpaksa Alex menjawab demikian agar Angelina tidak berpikir macam-macam tentang dirinya.

"Kau gila? Apa hakmu memintaku pergi dari sini? Apakah ini tempatmu? Apakah kau bosnya? Tidak akan pernah aku lakukan sebelum aku mencapai tujuanku!" Angelina langsung meledak-ledak. Entah mengapa emosinya jadi tidak stabil jika ada orang yang menghalangi rencananya dalam mencapai tujuan.

Alex tertawa jahat, ia puas mendengar jawaban Angelina, terutama di ujung kalimatnya.

"Ternyata benar dugaanku. Kau punya tujuan lain masuk ke agensi ini, benar?"

Seketika Angelina mematung. Ia baru menyadari bahwa ia kelepasan bicara. Itu semua karena Alex yang memancing emosinya , dan kini Angelina sangat kesal karena Alex telah mengetahui sisi lain dari Angelina yang selama ini sekuat tenaga ia sembunyikan.

"Kau boleh berpendapat apapun tentangku, tapi kau tidak bisa menganggap pendapatmu itu seratus persen benar! Karena kau salah menduga!"

Meskipun Angelina tahu Alex tidak sebodoh itu dan tentu saja cerdas mencerna kata-kata yang ia ucapkan tadi, namun Angelina tidak mau mengakui bahwa dugaan Alex benar. Ia masih berusaha mempertahankan identitas aslinya serta menyembunyikan tujuan aslinya.

"Benarkah? Jadi aku salah?" Alex sengaja menelan kalimatnya untuk menegaskan bahwa ia sebenarnya sudah benar menebak.

Angelina membuang muka sinisnya. "Ya, kau salah!"

Angelina terkejut ketika tiba-tiba saja Alex meraih pergelangan tangannya dan menariknya kuat. Dengan sekali gerakan pasti, Angelina terhuyung jatuh dan hampir menimpa tubuh Alex jika tangannya tidak sigap menumpu tubuhnya sendiri. Kini jarak keduanya sangat dekat, dengan posisi Angelina mengambang di atas tubuh Alex yang terbaring.

Tidak hanya itu, satu tangan Alex tiba-tiba meraih pinggang ramping Angelina hingga gadis itu lagi-lagi hampir jatuh menimpa tubuh Alex, namun Angelina tidak membiarkan itu terjadi. Gadis itu meronta dan melakukan perlawanan.

"Apa yang kau lakukan? Orang akan salah paham jika melihat kita, Alex!" pekik Angelina dengan suara tertahan.

"Apa? Memangnya apa yang kau pikirkan?" Seringai bermain di bibir Alex.

Angelina semakin tidak nyaman dengan perlakuan Alex yang dirasa tidak wajar. "Lepaskan aku, Alex!"

Bukannya melepaskan, Alex justru mengeratkan tangannya di pinggang Angelina dan semakin menariknya mendekat. "Teruslah menghindar dariku, tapi kau harus ingat satu hal, akulah yang akan akan menang. Suatu hari kau yang akan buka mulut sendiri!" ucap Alex dengan senyum miring.

Seperti yang baru saja kau lakukan. Alex melanjutkan bicaranya di dalam hati.

Tiba-tiba saja seseorang memutar kenop pintu lalu masuk tanpa permisi dan menyaksikan adegan yang bisa menimbulkan kesalahpahaman.

"Apa yang tengah kalian lakukan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status