Share

31. HARI KESEPULUH, PEMAKAMAN

Begitu meletakkan bunga di makam ayahku, Rena terdiam begitu lama dan aku hanya membisu saat dia mulai menangis. Aku tidak yakin gagasan apa yang membuatnya seperti ini, tetapi tampaknya dia memang akan seperti ini.

“Kurasa aku juga akan menangis meminta restu ibumu,” kataku.

Dia menendang bokongku.

Sayangnya, suasana bersahabat itu tak bertahan lama. Saat di depan makam ibuku, giliranku yang merasa sedih. Benak kecilku tahu kalau selalu memendam—bahwa aku gagal mengikhlaskan kepergiannya. Mungkin aku melupakannya, tetapi rasa sakitnya membekas seolah aku tidak mau itu hilang. Dan tampaknya itu sudah tergambarkan di wajahku karena Rena mulai menyandarkan kepalanya.

“Astaga. Kau semakin berani saja,” kataku, mengusap mata meskipun tidak menangis. “Aku punya dua pertanyaan untukmu.”

“Kuharap kau tidak sedang menggodaku karena situasinya seperti ini.”

“Pertanyaan ibuku. Apa orang yang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status