Chapter: 622. LABIRIN KUSUT #1Aku terlelap sembari memeluk erat Fal. Tampaknya Fal sampai terbangun karena tiba-tiba aku memeluknya erat. Jemari Fal mendadak terulur ke pipiku dan dengan mata setengah terpejam, Fal berkata, “Forlan... tidur.”“Hm-mm.” Aku mengangguk. “Selamat tidur, Fal.”Di hari ulang tahun Ibu, aku pernah memberi selendang kuning padanya.Tentunya rajutan sendiri—meski bukan aku yang merajutnya. Aku sempat berniat merajut sendiri, tetapi untuk anak sangat kecil, itu hal paling mustahil. Bibi memergokiku memegang jarum dan menjerit-jerit seolah jarum bisa membunuh sampai ke lapisan paling dalam. Bibi menginterogasi mengapa aku sampai berani membongkar peralatan menjahit Ibu dan memegang jarum kecil. Kubilang aku ingin menghadiahkan Ibu selendang rajutan sederhana.“Anak empat tahun memangnya bisa merajut?” tuntut Bibi, nyaring.“Aku lima tahun!”“Buat Bibi, Forlan itu masih empat ta
Terakhir Diperbarui: 2025-08-09
Chapter: 621. HUTAN BEKU #9Aku menjenguk Reila. Di ruangannya ada Tara, tetapi tidak ada Fal.Tara cemas padaku. Dia bertanya beberapa hal, dan aku menjawab semua. Itu membuatnya memutuskan bahwa aku lebih baik dari yang dia bayangkan. Aku tertawa, berkata, “Berarti kau membayangkan kondisiku sangat buruk.”Tara tidak terlalu tertawa. Biasanya dia tertawa. Dia memerhatikanku. Tara adalah penghuni yang lebih jujur dari Dokter Gelda. Diperhatikan seperti itu oleh Tara membuat dinding pelindung benakku hampir runtuh.“Aku baik-baik saja,” kataku. “Sejauh ini aku baik-baik saja.”“Aku tim medis, Forlan,” katanya.Aku menatapnya. Tara mungkin bukan pemilik kemampuan, tetapi aku tahu aura Tara berbeda dari darah campuran kebanyakan. Auranya cerah dan bersih. Dia menatapku dengan cara seperti saat kami di Telaga—saat Tara memberitahu semua tentang pembakaran pejuang yang telah tiada. Di hari yang sama, aku pertama kali merasakan
Terakhir Diperbarui: 2025-08-06
Chapter: 620. HUTAN BEKU #8Ketika kami tiba, matahari sudah cukup tinggi dan kami ada di detik-detik terakhir sebelum titik berpindah. Tidak ada di antara kami yang berniat meleset dari titik ini, tetapi Lavi sepakat denganku. “Kita cari beberapa saat lagi.”“Tidak apa?” tanyaku.“Ini kesempatan paling bagus sebelum titiknya pergi.”Ketulusan Lavi dalam pencarian—seolah-olah dia yang kehilangan Ibu mau tidak mau membuatku tidak bisa protes. Kami benar-benar di alam liar hingga detik terakhir, meski—ya, nihil. Tidak ada petunjuk lain. Hanya alam liar normal yang bahkan tidak memiliki bekas pertempuran. Hanya pohon-pohon yang berdiri seperti biasa—pohon-pohon yang menjadi sarang hewan-hewan hutan. Lavi memutuskan untuk kembali, jadi kami memasuki Padang Anushka.Ketika berjalan di jembatan perbatasan, mendengar suara aliran air sungai yang berbenturan dengan batu, rasanya membuatku melayang. Lavi menuntun arah jalanku dengan mengg
Terakhir Diperbarui: 2025-08-03
Chapter: 619. HUTAN BEKU #7Paginya, kami menahan sarapan karena akan kembali ke Padang Anushka.Kami di dalam kubus tanah persembunyian. Bedanya dengan yang kubuat di pemberhentian bersama geng idiot, kubus tanah ini dibuat dengan terburu-buru, aneh, dan tidak berbentuk kubus secara sempurna.Lavi tidak ingin membebaniku dengan pekerjaan membangun sesuatu. Dia mau dengan bentuk apa pun asalkan ditutupi sulur. Jadi, aku hanya membuat bentuk asal-asalan selama disetujui Lavi, lalu kami segera berbaring di dalamnya. Di dalam kubus hangat itu, aku memeluk erat Lavi, menenggelamkan diriku pada pundak dan dadanya, merasakan diriku berada di fase paling membutuhkan pelukan Lavi dari apa pun. Aroma Lavi memenuhiku. Aroma lemon dan lembut. Aroma yang bekerja sebagai terapeutik. Tanganku melilitnya. Lavi berbaring, mengusap dan menyugar rambutku di bawah dagunya.“Aku menemanimu,” gumam Lavi. “Libatkan aku di semuanya.”Aku hanya mengangguk. Di malam ketika Lavi menga
Terakhir Diperbarui: 2025-07-31
Chapter: 618. HUTAN BEKU #6Pencarian timku dan Lavi berjalan dalam dua kutub berseberangan. Dilihat dari aspek kelancaran perjalanan, kami aman. Dilihat dari segala petunjuk yang bisa didapat tentang Ibu, kami nihil. Nol besar.Aku lebih banyak diam sepanjang perjalanan. Lavi yang biasa mengoceh panjang lebar juga tidak banyak bicara. Kami hanya saling menggamit sepanjang melintasi alam liar. Trek ke titik Padang Anushka berikutnya menjauhi gunung, jadi kami semakin meninggalkan trek terjal. Tidak ada medan curam berarti yang harus diwaspadai. Dari pembagian area pencarian, kami kebagian menyusuri sungai—karena menurut Profesor Merla dan Nadir, aliran air adalah area paling sulit untuk dilacak. Mereka membebankan itu padaku.Lavi tidak menganggapnya sebagai beban. Dia bilang, “Kalau mereka yang di sini, mereka takkan mendapatkan apa-apa, tapi kalau kita—yang daya lacaknya lebih tajam, ada kemungkinan memiliki peluang lebih besar.”“Aku juga tidak menganggapny
Terakhir Diperbarui: 2025-07-28
Chapter: 617. HUTAN BEKU #5Kami melakukan persiapan akhir sebelum pergi meninggalkan tebing. Yang bagi Lavi dan Reila adalah mandi, sementara bagi Leo adalah mengucap perpisahan pada tempat gelap yang bersedia menaungnya sekitar empat tahun. Dia mengajakku ke dapur, menunjukkan catatan persediaan. Aku agak lupa dengan tulisan Ibu, tetapi dia menunjukkan tulisan Ibu padaku.Aku merasakan gejolak yang sama seperti saat membaca surat Bibi.Goresan tinta yang tertulis di kertas itu seperti melayang naik, menembus lapisan kertas seolah tengah memancarkan aura kehadiran seseorang. Aura Ibu bak keluar dari lapisan kertas dan memenuhi benakku.“Makasih,” kataku, mengembalikannya. “Aku semakin yakin dia hidup.”“Bibi Meri suka sekali membicarakan ikat rambutnya. Dia juga punya cara berpakaian yang agak aneh—maksudku, selendangnya melilit tubuhnya, kan? Aku tidak pernah menyangka kalau itu ada artinya. Semua itu pemberianmu. Dia cerita kalau kau memberinya
Terakhir Diperbarui: 2025-07-25
Chapter: 93. EPILOG18 Desember. Hari Sabtu.Suasananya ramai. Banyak orang lalu-lalang dengan boneka. Aku ingat ada yang menyebut Sandover seperti kota mati, tetapi ketika melihat taman bermain ini, segalanya berbanding terbalik. Padat, penuh, bahkan tidak ada jeda.“Sudah lama aku mau ke sini bersamamu!” seru Rena antusias, menarikku ke menara tinggi itu. “Waktu di Rumah Pohon, aku berpikir apa kita bisa setinggi itu. Ayo coba—HEI! JANGAN KABUR!”Sekarang dia tidak ragu lagi menggamit—mencengkeram jemariku.Aku melihat menara—tidak, itu bukan menara. Itu wahana roket. Meninggi dengan tenang, lalu meluncur cepat seolah ditimpa gravitasi. Aku pernah menatap itu dari kamera pengawas. Itu tempat yang sama sekali tidak ingin kudekati.Melihat raut wajahku, Rena menyeringai jail. “Takut, ya?”“Tidak, kok,” kataku. “Aku cuma takut hantu.”Jadi, akhirnya kami naik—meski aku ben
Terakhir Diperbarui: 2021-08-27
Chapter: 92. ABU PEMBAKARAN #3Tokio Eki Furuzawa dan Helva serempak menyambutku di gerbang.Tentu saja gerbang pemakaman. Saat itu hampir gelap, dan aku sudah cukup kaget dengan gerbang yang—sungguh, berhiaskan bunga-bunga seolah ada ratusan orang dikubur. Kami berjalan dan sepanjang itu jalan penuh karangan bunga.“Mewah, bukan?” tanya Helva.Aku melihat wajahnya, dan—kalau dipikirkan, iringan bunga ini juga yang mengantarkan ayahnya ke peristirahatan terakhir.“Kau mau menangis?” tanyaku.“Tutup mulutmu. Dan aku tidak menangis.”Tidak sulit menemukan Rena karena kerumunan orang benar-benar terlihat mencolok dari gerbang. Makam Tracy Lockwood memang tidak akan sepi. Dan—bukan main. Batu nisan Tracy Lockwood kelihatan bak pusaka perjuangan. Dilapisi marmer putih mengkilap, sampai bayangan orang-orang terpantul sempurna dalam tekstur marmer—yang secara insidental juga membuat Rena menemukanku.Dia menoleh,
Terakhir Diperbarui: 2021-08-24
Chapter: 91. ABU PEMBAKARAN #2Keesokan harinya, aku dihakimi Tokio Eki Furuzawa dan Helva.Aku punya gagasan menghadiri pemakaman Tracy Lockwood dan Malvia Lockwood, tetapi mereka kompak melarangku habis-habisan.“Pertama, kau lupa baru saja diperiksa polisi kemarin?” tanya Helva. “Kau mungkin hanya dicurigai terlibat dan beruntungnya kau memang tidak terlibat, tapi kau pasti bertemu Malvia Lockwood beberapa hari sebelum ini, kan? Tunggu. Kau tidak perlu menjawabnya. Yang mau kukatakan: sekarang yang harus kau pikirkan bukan hanya kau dan Lockwood. Tapi pers, dan juga masa depanmu!”“Betul,” kata Tokio Eki Furuzawa, mendukung.“Dan, menurutmu apa yang akan muncul di berita utama ketika kau hadir di sana? Oke, aku tahu kalau kau tidak datang juga akan memunculkan berita utama, tapi kau tidak perlu datang karena, jelas, kau akan membuat suasana pemakaman aneh. Bayangkan orang yang ditindas datang ke pemakamannya—itu aneh!”&ld
Terakhir Diperbarui: 2021-08-21
Chapter: 90. ABU PEMBAKARAN #113 Desember. Kembali bersekolah, aku berjalan layaknya selebritis.Semua orang menyapaku, mengajakku bercanda—yang benar saja, mereka yang dulunya memberi hadiah sampah, kini benar-benar memberi hadiah berharga yang layak dipegang. Sungguh, aku tidak habis pikir. Dan ketika aku berhasil duduk di tempatku—yang kuingat sebagian waktuku habis dengan melakukan hukuman—kini tidak ada lagi surat kematian, melainkan mereka yang bersuara menggoda bak ingin menggapai tubuhku bersama kaum gosip yang menduga aku kencan dengan bidadari bernama Rena Lockwood.“Maaf karena aku menjelekkanmu, Redrich,” kata salah satu gadis. “Saat itu sepertinya mataku buta. Sekarang aku rekanmu.”“Mm... kurasa kau perlu ke dokter bukan minta maaf,” kataku.“Hei. Hei. Kapan kau jadian dengannya—maksudku, dengan....” Dia seperti sulit mengucapkan nama Rena, dan benar. Dia menggeleng. “Astaga. Aku belum sanggup
Terakhir Diperbarui: 2021-08-18
Chapter: 89. SALAM TERAKHIR #312 Desember. Minggu pagi.Aku kembali ke rumah untuk menunjukkan ruang kerja kakakku pada Bu Hiroko. Sebenarnya sebelum pesan Tristan Lockwood ditemukan—saat aku masih di lantai bawah bersama bantal beraroma Rena—Helva menemukan rekaman yang dibuat kakakku untuk Bu Hiroko. Disimpan dalam CD, dengan kotak plastik yang bertuliskan: BU HIROKO YANG KUCINTAI.Jadi, aku memberikan itu pada Bu Hiroko, dan dia memintaku agar segera memutarnya. Maka aku memasukkan itu ke salah satu komputer, melihat senyum khas kakakku di dalam layar untuk kedua kalinya.Bu Hiroko menggeleng. “Aku merasa dia di sini, menatap mataku.”“Aku juga merasakan itu,” kataku.Rekaman itu berisi permintaan maaf dan penyesalan kakakku karena tidak bisa memberitahu Bu Hiroko apa yang akan terjadi. Bahkan, kakakku tahu kalau barangkali Bu Hiroko akan menyaksikan detik-detik kematiannya. Itu membuatku bergejolak, dan Bu Hiroko menangis. Aku merasa bahw
Terakhir Diperbarui: 2021-08-15
Chapter: 88. SALAM TERAKHIR #2“Kau menggapai pesan,” sambut Malvia Lockwood. Dia melempar pistol, mengulas senyum yang tidak pernah kubayangkan. Air matanya mengalir. “Anak Muda, kau mau duduk di sisiku untuk terakhir kali?”Maka aku juga melempar pistol, menatap jasad Olso Bertoin yang penuh darah. Dia berubah. Maksudku, Malvia Lockwood. Setidaknya, itu yang kuyakini. Dia tidak lagi berdandan menor layaknya ibu-ibu di pesta murahan. Hanya alami—meskipun lusuh, debu, kotoran, dan keringat menghiasi sebagian besar wajahnya.“Aku selalu mempelajari tipe pembunuhan yang terjadi pada Lockwood.” Aku duduk cukup dekat darinya sampai aku sendiri tidak percaya. “Yang pertama, terstruktur. Itu metode Louist Hood. Yang kedua, area pembunuhan selalu steril.” Aku mengedarkan pandangan, tersenyum konyol. “Hanya perasaanku, atau situasi memang menyisakan aku dengan Malvia Lockwood?”Dia mendengus. Kupikir mengejek, tetapi dia tersenyum miri
Terakhir Diperbarui: 2021-08-12