Share

'Wife' Candidate

Kalian pasti pernah mendengar ungkapan 'Dibalik suksesnya seorang pria, ada sosok wanita yang mendukungnya saat berjuang' bukan?

Tentu saja semua orang menyukai uang dan kekuatan yang bisa didapatkan dengan pengaruh uang, memang ironis tapi saat ini memang zaman dimana uang yang berbicara dan menjadi penyelesaian masalah. Karena itulah mahluk dengan harga diri tinggi dan ego seperti pria, memilih untuk berjuang mati-matian dari nol untuk membahagiakan keluarga serta pasangannya. Mereka akan melakukan pekerjaan apa saja demi uang, bahkan pekerjaan kasar dan sangat berat seperti kuli bangunan.

Tapi tentu saja setelah cukup mendapatkan harta, manusia tidak akan dengan mudah berpuas diri dan mulai menginginkan lebih. Mereka akan mencoba untuk lebih menjamin eksistensi harta itu dengan sebuah kedudukan, perlahan tapi pasti merangkak ke posisi puncak. Lagipula memangnya siapa juga yang mau hidup kaya tapi terus merasa was-was bahwa harta itu bisa hilang kapan saja? Entah karena pencuri atau saingan bisnis. Ini juga yang menjadi faktor pembentuk piramida dan rantai makanan di lingkungan pekerjaan, yang kuat akan bertahan dan yang lemah tidak berhak menuntut apa-apa.

Mendapatkan kedudukan adalah proses yang sangat sukar dan menyakitkan, bahkan bisa mengubah kepribadian seseorang. Entah itu pria maupun wanita, kedua jenis manusia ini sama-sama terkena dampaknya.

Semakin tinggi seorang pria, maka semakin dia menginginkan wanita. Apalagi sejak awal seorang laki-laki hadir ke dunia, dia sudah terbiasa menjadi prioritas dan mendapatkan perlakuan istimewa dari keluarga dan masyarakat. Tentu saja saat pria sudah mencapai puncak, dia akan merasa jauh lebih superior dan merasa mampu mendapatkan apapun yang dia mau, baik itu wanita atupun harta.

Laki-laki terbiasa dimanja dan dimaklumi apapun perbuatan yang mereka lakukan, mulai dari tidak membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah, hingga merusak masa depan lawan jenis. Bahkan saat mereka terpergok membagi cinta, maka pihak yang akan dituding oleh masyarakat pastilah pihak wanita. Karena itulah pria yang sukses dan masih memiliki nurani jumlahnya sedikit sekali, bahkan bisa dibilang nyaris tidak ada.

Sedangkan semakin tinggi seorang wanita, maka semakin dia tidak membutuhkan pria. Hal ini bisa disebabkan oleh diskriminasi yang mereka hadapi sejak kecil, terkekang peraturan yang tak terhitung banyaknya dan dituntut untuk bisa melakukan apa saja, terutama mereka diharuskan untuk menerima imbas dari setiap tindak-tanduk kebusukan laki-laki. Mereka mungkin tidak mengakuinya, tapi pasti ada satu dua bibit kebencian tumbuh di hati mereka yang disebabkan laki-laki.

Anak? Bisa mengadopsi baik dari panti asuhan maupun kerabat untuk dijadikan sebagai penerus. Pasangan? Di dunia yang semuanya serba uang, kau bisa menawarkan sejumlah nominal dan bisa memilih pacar seperti apa yang kau inginkan dari segi penampilan bahkan sikap, serta berapa lama kau ingin menjalin hubungan dengannya. Tinggal tunjuk jari dan semuanya beres dan sudah ada di genggaman, itulah kekuatan sejati dari uang dan kekuasaan.

Myesha menaikkan dagunya dan berjalan angkuh menuju salah satu ruangan artis dibawah naungan perusahaannya, dia tidak peduli orang mau berkata apa, dia sudah terbiasa didiskriminasi oleh kaum atas hanya karena gendernya.

Baginya, pria semacam itu hanyalah orang lemah yang tidak mau meningkatkan nilai diri dan hanya bisa menuntut orang lain merendahkan diri untuk mereka. Tipikal pria-pria patriarki yang kolot dan tidak ingin wanita mencapai kesuksesan, manusia egois yang menganggap diri mereka hebat hanya karena massa otot dan benda diantara selangkangan mereka.

"Ah ..."

Myesha mencoba mengenyahkan makian kotor itu dari kepalanya, dia tidak boleh memikirkan hal-hal tidak berguna semacam itu. Bagaimanapun juga prosedurnya akan lebih sukar jika dia memilih wanita, apalagi orang di negara ini cenderung berpikiran sempit dan sok suci. Dia memang tidak peduli akan omongan orang tentang dirinya sendiri, tapi munafik jika dia tidak mengakui bahwa dia peduli akan citra perusahaan.

Jika reputasinya menghitam, maka posisinya sebagai CEO akan diragukan sekalipun dia memiliki kemampuan. Para investor juga tidak akan mau bekerjasama dengan perusahaan bermasalah, ini bisa berimbas pada sumberdaya dan saham perusahaan. Jadi meskipun dia keberatan dengan pernikahan, tapi hal ini memang penting untuknya.

Anggap saja sebagai investasi jangka panjang

Dengan pemikiran positif itu akhirnya Myesha bisa menenangkan diri, bahunya yang terlihat seolah memikul tanggung jawab besar juga terlihat sedikit lebih rileks. Tangannya terulur begitu mencapai pintu kayu yang cukup besar dihadapannya, tanpa ragu mengetuk sebanyak beberapa kali.

"Siapa?" Jawab seorang pria dari balik pintu.

Myesha merogoh saku jasnya dan mengambil seutas benang merah dari sana untuk bersiap-siap, sebelum memantapkan niat untuk menjawab,

"Ini saya."

Pintu itu langsung dibuka secepat kilat dari dalam, tatapannya segera bersibobrok dengan manik cokelat seorang perempuan kecil yang terbingkai kacamata. Myesha mau tidak mau sedikit menunduk karena perempuan ini bertubuh pendek, tipe yang akan mudah disukai pria penindas di novel remaja yang mengusung tema badboy.

Mata perempuan berkacamata itu berbinar kagum dengan sedikit kilatan rasa takut begitu mulutnya berseru,

"Nona Abigail, silahkan masuk!"

Myesha mengangguk dan melangkahkan kakinya untuk memasuki ruangan yang cukup luas itu, pertanda bahwa calonnya memiliki reputasi besar dan sangat berbakat sebagai aktor. Dia tidak terlalu mengerti tentang para seniman dibawah sayapnya, tapi setidaknya dia tau bahwa pria ini adalah cinta pertama penonton setiap dia bermain peran di film.

Kylie yang mendengar pekikan kagum asistennya diam-diam menenangkan diri begitu mendengar gadis itu menyerukan sebuah nama, hanya ada satu Abigail di agensi ini dan itu adalah nona CEO. Pria dua puluh empat tahun itu dengan cepat bangkit dari posisi duduknya untuk merapikan diri seadanya, menyambut atasan dengan citra yang menurut pendapatnya lebih baik.

Kylie membungkukkan badan dengan sopan dan menyapa, jantungnya berdegup kencang

"Selamat malam, nona Abigail."

Myesha tidak secara serta merta menjawab sapaannya, dia terlebih dahulu mengamati penampilan Kyle yang jauh berbeda dibandingkan bertahun-tahun lalu. Seingatnya Kylie Elijah adalah pria cantik bertubuh kurus yang lebih pendek darinya, tapi dia lupa bahwa pertumbuhan seorang laki-laki jauh berbeda dengan wanita. Kylie Elijah yang sekarang berdiri di hadapannya ini memiliki tubuh yang ramping tapi terlihat keras dengan massa otot yang tidak berlebihan, wajahnya memiliki kontur tegas yang menunjukkan bahwa dia tumbuh dengan baik selama beberapa tahun ini.

Myesha mengangguk penuh apresiasi terhadap perubahan Kylie Elijah, dulu pria ini terlihat seperti anak kekurangan gizi dan hanya terlihat cantik saja. Tetapi sekarang pria ini tidak hanya cantik dan bertubuh bagus, melainkan juga memiliki temperamen yang membuatnya terlihat lebih menarik. Bisa dibilang perubahan Kylie saat ini merupakan buah dari kerja keras Myesha sebagai CEO dalam menaikkan taraf kehidupan orang-orang dibawah naungan perusahaannya.

Kylie Elijah memiliki mata besar berair yang jernih namun tajam, hidungnya tidak terlalu mancung ataupun pesek, bibir tipisnya terlihat berwarna merah dan garis wajahnya tegas namun memberi kesan seseorang yang lembut. Dia pria yang gagah dan cantik, tapi tidak terlihat feminim sama sekali.

"Saya ingin berbicara, berdua saja."

Sofia, asisten Kylie Elijah dengan patuh mengemasi barang-barang miliknya dan milik artisnya kedalam sebuah tas besar untuk dibawa pulang ke apartemen Kylie. Jangan memandang tubuh kurus kecilnya, Sofia memiliki tenaga yang cukup besar untuk ukuran seorang gadis muda, dan hal ini sedikit menarik perhatian Myesha. Sang wanita mengamati setiap gerak-gerik Sofia seolah gadis itu adalah pusat dari dunia, sejenak mengacuhkan Kylie.

Satu-satunya pria di ruangan itu mengerutkan keningnya tidak terima, bukankah nona Abigail datang kesini demi dirinya? Tapi kenapa sekarang fokus si wanita justru jatuh sepenuhnya kepada asistennya?

Dengan demikian Kylie menarik mendekat salah satu kursi terbaik di ruangan itu dan membuka mulutnya

"Nona Abigail, silahkan duduk."

"Nona Abigail dan Bos Kylie, aku pulang dulu!" Jerit Sofia

Keduanya berbicara dalam waktu yang sama, kemudian menatap satu sama lain dengan bingung. Myesha pertama-tama melangkah mendekati Sofia dan meraih tangan kecil perempuan itu, bibirnya membentuk sebuah lengkungan senyum yang nyaris tak terlihat. Wanita itu merogoh saku lain di jasnya dan menyerahkan semprotan merica ke telapak tangan pihak lain yang terbuka, lalu menggenggam tangan perempuan itu untuk beberapa lama.

"Hati-hati di jalan."

Manik Sofia berbinar dan dia mengulas senyum yang tulus

"Terimakasih, nona! Selamat malam!"

Sekilas orang bisa melihat atmosfer bunga-bunga disekitar dua orang berjenis kelamin sama itu, sekalipun keduanya memiliki kesan yang kontras tapi anehnya mereka terlihat cukup harmonis dan cocok begitu disandingkan. Pesona dimana dua orang akan saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain, tipe pasangan yang ditakdirkan oleh surga.

Satu wanita dan satu gadis muda, seorang CEO sukses agensi entertainment dan seorang asisten kecil yang terlihat menggemaskan. Satu pihak adalah wanita cantik yang memiliki kharisma luar biasa, pihak lain adalah gadis muda yang baru saja mengenal dunia, tipikal kisah yang akan disukai khalayak ramai tentang bos sombong dan gadis polos.

Sudut bibir Kylie berkedut kesal, dia mengamati atasannya yang sedang menatap kepergian asistennya lekat-lekat. Setelah Sofia menutup pintu dan mengurung eksistensi dua orang lawan jenis itu dari dunia luar, barulah Myesha bereaksi dan kembali menatap wajah salah satu aktor dibawah perlindungan sayapnya dan mengangguk satu kali.

Kylie kembali membuka mulutnya,

"Nona Abigail, silahkan duduk."

Kali ini hanya ada dua orang dengan jenis kelamin berbeda didalam ruangan itu, satu pria dan satu wanita yang sama-sama terlihat beku namun sangat mempesona. Kylie memakai Hoodie abu-abu dan celana hitam, terlihat sangat santai dan kasual karena dia baru saja hendak pulang sebelum bertemu Myesha setelah seharian melakukan pengambilan gambar untuk film barunya.

Myesha duduk di kursi yang dipilihkan oleh Kylie untuknya, dia masih memainkan benang merah yang melilit jari tangan kirinya. Tetapi akan sangat lancang jika dia langsung menuju ke inti pembicaraan, jadi pertama-tama dia harus terlebih dahulu menghilangkan prasangka diantara keduanya.

"Bagaimana perkembangan filmnya? Lancar?"

Kylie duduk di depan wanita itu dan mengangguk singkat,

"Sangat lancar, terimakasih sudah memilihkan kru yang bagus untuk saya."

Myesha menarik-narik benang merah itu sembari mengerutkan kening dan menggeleng,

"Bukan saya. Itu pekerjaan Daniel, sekertaris saya. Saya hanya menyumbang tanda tangan saja."

Kylie berkedip polos beberapa kali, biasanya orang tidak akan ragu menerima pujian sekalipun bukan mereka yang bersusah payah. Ternyata prediksinya mengenai karakter Myesha, meleset cukup jauh.  Tapi hal ini membuat Kylie merasa senang karena Myesha tidak menjadi orang jahat sekalipun sudah memiliki uang dan kekuasaan, dia tersenyum.

"Kinerja atasan memiliki dampak pada bawahan. Nona Abigail adalah seorang pekerja keras, tentu saja sekertaris Daniel juga akan menjadi pekerja keras."

Myesha mengangguk setuju sebagai respon dari pujian itu dan membalas,

"Terimakasih, anda juga seorang pekerja keras, Kylie Elijah."

Kylie tersenyum lebih lebar, 

"Berkat anda yang menjadi atasan saya."

Keduanya diam dan saling mengamati satu sama lain, mengevaluasi apa saja yang bisa ditangkap dari kesan yang saat ini sedang ditampilkan. Menimbang-nimbang apa jenis cela yang dimiliki dan dipendam dalam-dalam, berusaha menembus pencitraan yang saat ini saling mereka tunjukkan dari kedalaman mata masing-masing.

Kylie menyelami manik amber Myesha yang berkilat dingin dengan arogan, memancarkan kekejaman seorang pebisnis di setiap garis pandangannya. Tapi begitu pria ini menyelami mata tenang tanpa riak itu untuk beberapa lama lagi, dia menemukan sebuah kejujuran dan ambisi yang besar untuk seorang wanita berusia 28 tahun. Semakin lama dia menyelam, semakin dia merasakan nafasnya tercekat melihat betapa kuat dan mempesonanya mata itu.

Sementara Myesha menyelami manik hijau emerald milik seorang Kylie yang memancarkan kelembutan, tapi tidak sedikitpun mengurangi pesonanya sebagai pria dewasa muda yang cukup maskulin. Hijau di mata itu seteduh pepohonan dan sesejuk selimut kabut, tapi dia menemukan jejak misterius di kedalaman mata itu. Seperti hutan cantik yang digunakan untuk berwisata, tetapi bisa menjadi jalan menuju pintu kematian jika seseorang masuk lebih jauh. Kylie dimatanya adalah orang yang lembut dan baik, tapi jejak di mata teduh itu memberitahunya bahwa mentalitas pria ini tidak sederhana.

Dua orang ini memiliki pemikiran yang sama, menganggap satu sama lain sebagai orang yang baik dan mudah untuk disukai, tentu saja disukai dalam artian yang berbeda.

"Maaf saya lancang, tapi ada keperluan apa nona mencari saya?"

Myesha berkedip lambat begitu mendengar suara itu, tangan tanpa cat kuku itu meluruskan benang merah kusut yang dia mainkan sejak tadi dan menunjukkannya pada pihak lain,

"Saya ingin mengukur jari manis anda."

Kylie tentu saja tidak bisa menolak titah dari sang Maharani, dia dengan patuh mengulurkan tangannya dan memberanikan diri untuk bertanya,

"Untuk apa?"

Myesha menarik tangan pria itu lebih dekat dan mulai membuat simpul di jari manis pihak lain, bibir merahnya dengan enteng menjawab tanpa basa-basi,

"Menikahi anda, tentu saja."

Kylie seolah merasakan dirinya tersengat listrik dan menarik cepat tangannya yang baru saja selesai diotak-atik sang CEO, ketenangannya seolah runtuh seketika dan dia mundur dengan tiba-tiba hingga kursi yang didudukinya jatuh dengan bunyi nyaring. Myesha yang mendapatkan reaksi luar biasa seperti itu terdiam sejenak, tentu saja dia merasa sangat terkejut, tapi berkat pengendalian ekspresi yang luar biasa dia tidak terlihat menunjukkan reaksi yang berarti.

Jantung Kylie berdebar kencang sekali mendengar ucapan pihak lain, perlahan-lahan wajahnya merona merah dengan mata berbinar. Tapi reaksi itu hanya terjadi sepersekian detik sebelum dia berhasil menangkan letupan di dadanya dan menunjukkan air mukanya yang biasa, dia merapikan diri dan menarik kursi yang barusan jatuh itu untuk duduk,

"Maaf, saya terlalu terkejut."

Myesha mengangguk dan mewajarkan reaksi barusan, jika orang normal mendengar lamaran mendadak seperti itu tentu saja mereka akan menunjukkan reaksi serupa,

"Tidak apa-apa, maaf sudah mengagetkan."

Pria itu berdehem sejenak dan menunduk, tidak ingin wajahnya dilihat oleh pihak lain. Dia juga dengan gelisah menggaruk kepalanya yang tidak gatal,

"Saya tidak tahu kalau anda ..."

Myesha dengan cepat memotong ucapan pria di hadapannya dan meluruskan kesalahpahaman,

"Saya tidak memiliki pemikiran semacam itu terhadap anda."

Gerakan Kyle yang sedang menggaruk kepala sontak terhenti dan dia secepat kilat menatap wajah pihak lain, terlihat bingung dan sedikit menguarkan rasa kecewa dimatanya yang mempesona,

"Bukan? Lalu kenapa?"

Myesha menangkap ekspresi kecewa yang hanya berlangsung singkat itu, refleks menaikkan sebelah alisnya dan menjawab dengan sebagian besar yang menjadi dasar tindakannya,

"Tuntutan keluarga dan dorongan pribadi, lagipula anda kandidat yang paling cocok."

"Itu saja?"

Myesha mengangguk membenarkan,

"Itu saja."

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status