Share

Young mind

Kylie tertegun dengan apa yang baru diucapkan Myesha, kenapa wanita seperti dia bisa dengan santai mengatakan hal-hal semacam ini pada pria seperti dirinya? 

Dia tidak masalah dengan perkembangan yang terlalu cepat seperti ini, karena bagaimanapun juga tubuhnya sudah lebih dari siap untuk melakukan sesuatu pada Myesha. Sayangnya dia memiliki perasaan yang cukup lembut seperti daun bawang, mengalahkan keegoisannya untuk memiliki Myesha sepenuhnya, saat ini juga.

Kylie tidak merendahkan emansipasi, dia juga bukan seorang patriarki. Dia juga merasakan ekstasi dengan pemikiran bahwa Myesha akan berinisiatif untuk melunakkan hatinya, memberi kesempatan padanya untuk masuk lebih jauh dan tinggal. Tapi pertanyaan barusan benar-benar menggaruk nalurinya sebagai seorang pria, dia mau tidak mau terprovokasi dan ingin sedikit menunjukkan taringnya.

Namun haruskah dia melakukannya?

Myesha memang wanita yang tangguh dan tenang, tapi bukan berarti dia tidak bisa merasakan ketakutan. Terutama Kylie memiliki tubuh yang jauh lebih besar darinya, sekalipun tinggi badan mereka hampir sama. Hanya dengan massa otot saja mungkin sudah cukup untuk menakut-nakuti Myesha, tapi siapa tau?

Oleh karena itu, Kylie memutuskan untuk bertaruh.

Dia tidak melanjutkan acaranya dalam kembali mengancingkan piyama, menolak terlihat seperti anak anjing kecil yang malu-malu di depan pemimpin pack serigala. Bakatnya dalam seni peran yang tak pernah bisa diragukan, akan mengambil alih situasi yang penuh api ambiguitas ini. Dengan pemikiran dan sugesti mati-matian, dia berhasil mengendalikan diri dan berjalan mendekat.

Myesha yang menemukan bahwa anak anjing menggemaskan yang dipungutnya mulai tumbuh menjadi anjing besar, menatap pendekatan ini dengan tertarik. Dia ingin tau apakah Kylie akan menjadi bajingan yang hanya menuruti selangkangannya seperti binatang, atau membalas keisengannya barusan dengan mengucapkan provokasi secara terang-terangan.

Bagaimanapun juga, dia sendiri bukan vegetarian. Tentu saja Myesha tidak akan tinggal diam melihat pria cantik bertubuh bagus seperti Kylie mengendalikan dirinya, lagipula diam dan tinggal menerima segalanya sama sekali bukan gayanya. Oleh karena itu dia tetap stabil di tempat, tidak gemetar dan tanpa rona malu-malu sedikitpun di wajahnya, bahkan saat Kylie sudah berdiri satu langkah di depannya.

"Chacha" dia melontarkan sebuah nama panggilan, suaranya rendah dan agak serak.

"Ya?"

Kylie mengulurkan tangannya dan menggenggam lembut sejumput rambut hitam pihak lain, menyelipkannya di telinga Myesha dengan cara seduktif yang terkesan agak erotis. Myesha melirik pergerakan tangan Kylie tanpa ekspresi sedikitpun, tak terguncang sama sekali oleh tindakannya. Berbanding terbalik dengan kondisi Kylie yang berpura-pura tenang tapi jantungnya seolah akan melompat keluar dari tempatnya, telinganya juga sudah berwarna semerah darah.

Namun pengalamannya selama bertahun-tahun di industri hiburan, membuatnya berhasil terlihat tenang saat menggoda wanita yang dia suka. Berlagak seperti penjahat kelamin di komik-komik dan drama, tapi sebenarnya berteriak panik didalam sana karena bingung harus bagaimana selanjutnya. Dia tidak bisa mundur sekarang sebab dirinya sudah mulai mengambil langkah untuk memotong jarak mereka, tapi dia terlalu malu untuk melanjutkan.

Kylie hanya bisa dengan serak berkata,

"Aku pria dan kau wanita, kita hanya berdua saja di kamarku. Tidakkah kau takut aku akan melakukan sesuatu padamu?"

Myesha merasa geli di hatinya, melihat betapa kontrasnya ucapan dan reaksi tubuh pria itu. Telinga pihak lain yang semerah darah tidak bisa membohongi matanya yang jeli, tapi dia tidak ingin mengekspos calon suaminya. Jadi Myesha dengan kooperatif menanggapi,

"Melakukan apa?"

Kylie "......."

Dia benar-benar lupa bahwa Myesha tidak memiliki perasaan apapun untuknya, jadi mustahil bagi wanita itu untuk menunjukkan reaksi yang dia inginkan. Jadi mulutnya terkunci begitu saja saat dia menarik kembali tangannya, gemetar seperti anak ayam kecil.

"Aku bisa melakukan ini dan itu padamu" dia masih bersikeras menakut-nakuti Myesha agar pihak lain segera keluar dari kamarnya.

Myesha dengan acuh menempelkan dirinya ke tubuh Kylie yang seketika menegang kaku,

"Ada ratusan bahkan ribuan kata yang bisa merepresentasikan kata 'ini' dan 'itu' milikmu. Oleh karena itu jadilah spesifik, kau ingin melakukan apa?"

Merasakan bagian atas tubuh Myesha dengan 'ramah' menyapa bagian atas tubuhnya sendiri, Kylie terbata-bata dan wajahnya seketika merona tak terkontrol

"A .... Aku ..." 

Dia benar-benar ingin melarikan diri sekarang, mengebor lubang di tanah dan mengubur dirinya sendiri untuk menghindari situasi memalukan ini. Tapi dia hanya bisa memalingkan wajahnya ke arah lain, karena begitu dia menunduk sedikit matanya akan terkunci pada manik tenang Myesha.

"Hm?" Wanita itu semakin menempelkan dirinya dan menatap tenang wajah pihak lain yang sudah terdistorsi saking malunya.

Kylie menyerah.

Demi kesehatan jantungnya, dia harus berhenti sekarang juga. 

Dia melarikan diri dari pandangan Myesha dan membungkus seluruh tubuhnya dengan gulungan selimut, lalu tanpa ampun menggulung dirinya sendiri dengan sprei di atas ranjang, sekarang Kylie terlihat seperti keong kecil didalam cangkang kerang. Dia memekik dengan menyedihkan

"Hentikan!"

Myesha menaikkan sudut bibirnya

"Kau malu?"

"....."

Myesha mendekat dan menusuk gulungan raksasa diatas ranjang dengan jari telunjuknya,

"Hm?"

Kylie berjengit kaget seolah sudah tersengat listrik dan dengan lirih merengek sedih

"Chacha, hentikan ... Berhenti mengejekku."

Myesha mati-matian berusaha untuk menahan senyum dan tawanya, pria ini benar-benar definisi dari kata menggemaskan itu sendiri. Lagipula siapa barusan yang berlagak seolah bisa melakukan sesuatu padanya? Tapi kenapa sekarang pria ini bertindak seolah dialah korbannya? Mana tingkah dominanmu tadi, Kai?

"Aku tidak" singkatnya.

"Kau iya ..." Kylie membalas lirih, masih tidak mau kalah walau sudah merasakan malu setengah mati.

"Terserah."

Mendengar Myesha mengucapkan satu patah kata sakral itu, barulah Kylie benar-benar yakin bahwa Myesha tetaplah seorang wanita, yang membuatnya berbeda hanyalah dominasinya. Dia perlahan keluar dari gulungan selimut beserta sprei dan mengekspos kepalanya, alisnya menukik kesal dan matanya terbungkus selapis tipis air mata karena kekurangan oksigen.

Kylie ragu-ragu memanggil,

"Chacha ..." 

"Hm?" Myesha masih menanggapinya dengan tenang.

"Kenapa kau datang ke kamarku?" Lirihnya.

Myesha menatapnya dengan ketenangan yang dingin dan jauh seperti biasa, tapi karena keduanya terlibat lebih lama dibandingkan sebelumnya untuk satu hari, Kylie bisa melihat sedikit kelembutan yang tersembunyi dibalik kebekuan sepasang manik amber itu. Seperti sekuntum bunga putih kecil yang dengan keras kepala menahan badai salju sendirian, sebagai pertanda akan pergantian musim yang baru.

Sementara sebaliknya Myesha menatap binar-binar secerah bintang yang terkubur dalam netra hijau gelap pihak lain, sepasang mata yang menariknya untuk terus tenggelam  dalam gelapnya air rawa. Serta kebekuan yang memaksa maniknya sendiri untuk membuka di tengah kegelapan, demi mendapati lautan bintang di permukaan yang terpantul dari sepasang mata miliknya. 

Karena mata adalah jendela jiwa,

Maka keduanya secara sukarela tenggelam dan saling menyelami kedalaman mata masing-masing ...

Kegelapan satu sama lain yang dingin dan mencekik, namun memiliki jutaan pendar hangat.

Myesha tersenyum kecil, sangat kecil hingga tidak bisa disebut sebagai senyuman sama sekali. Tapi Kylie tau bahwa wanita ini sedang tersenyum padanya, karena mata tajamnya yang selalu membeku kaku kini melengkung dengan sangat lembut. Kylie bahagia tentu saja, untuk pertama kalinya dia mendapatkan senyuman dari cinta pertamanya. Tapi kenapa dan untuk apa Myesha tersenyum?

" ... Aku suka."

Kylie "!!!!?!!!?!"

Kylie serta merta menyingkirkan dua lapis cangkang yang membungkusnya dan terduduk begitu saja, terkejut

"Hah?"

Dia tanpa sadar mengorek sebelah telinganya, setelah yakin bahwa telinganya bersih. Barulah dia mempersilahkan pihak lain untuk mengulangi apa yang barusan dia katakan, Myesha menatap setiap gerakan ini dengan geli. Tapi dia tetap  menurut dan mengulangi kata-katanya sekali lagi

"Masakanmu enak, aku suka."

Kylie tercengang untuk beberapa saat dan lagi-lagi wajahnya merona, dia tertawa canggung untuk menenangkan diri sebelum menundukkan kepalanya. Tentu saja Myesha tidak menyukainya, setidaknya belum karena dia masih tidak melakukan apa-apa untuk menyenangkan wanita itu.

Kylie tersenyum sangat manis dan menimpalinya

"Kalau begitu aku akan terus memasak untukmu, kalau aku tidak sedang sibuk."

Setidaknya sekarang dia memiliki sesuatu yang bisa menyenangkan Myesha walau sedikit, lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Hatinya menghangat, dia yakin bahwa malam ini dia tak akan bisa tidur saking senangnya.

Myesha mengangguk setuju dan bangkit dari posisi duduknya

"Kalau begitu selamat malam."

Kylie mengangguk beberapa kali seperti boneka di dashboard mobil

"Selamat malam."

Setelah yakin bahwa hanya itu yang ingin dikatakan Myesha, Kylie menghela nafas panjang dan merasa lega. Sayangnya belum sempat dia menenangkan diri lebih jauh, maniknya tiba-tiba melihat wajah Myesha yang diperbesar di hadapannya. Belum sempat dia bereaksi dengan mundur, sebuah kecupan singkat mendarat di keningnya.

Kylie "....."

Myesha kali ini bangkit sepenuhnya dan berlalu pergi begitu saja, tepat sebelum dia membuka pintu, gerakannya terhenti. Dia menatap Kylie yang membatu di ranjang dengan sepasang mata yang membola terkejut, dengan tenang berkata

"Selamat tidur, Kai."

Malam itu Kylie tersentak beberapa kali dalam tidurnya yang dangkal, berkat mimpi musim semi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status