Esok harinya Alma menelusuri siapa dalang yang terjadi dan membuat Ann mengalah hingga dirinya tidak mengikuti pelajaran. Alma pun akhirnya mengetahui semuanya dari desas desus di belakang pantry petugas kebersihan dan mencoba menutup mata serta telinga hanya cukup dirinya mengetahui, saat bersamaan dirinya pun mengerti kalau Ann anak yang tangguh dengan segala kekurangannya.
Dia pun menyadari kalau kemarin telah salah sangka dan perbuatannya tidak patut dijadikan contoh buat siapa pun terlebih lagi dengan jabatan ketua yang diembannya adalah corengan tersendiri kalau saja ada yang mengetahui dan apabila Ann mempermasalahkan semua ini. Alma memanggil Ryantie, "Berikan $NZ 82 ini pada Ann...bilang saja bonus dari aku!" titah Alma pada Ryantie.
Sedangkan Ryantie sendiri paham kenapa Alma melakukan ini, dia pun tidak begitu banyak tanya segera menghampiri dan langsung memberikan uang pada Ann yang sedang merapikan meja dan buku yang tidak beraturan. Reaksi Ann sedikit h
Ann pun mengelap air mata dengan punggung tangannya lalu beranjak serta segera berpamitan pada Lana yang sebelumnya mencium pipi Renata. Sedangkan Renata menatap wajah Kakaknya bereaksi datar lalu menghampiri Lana. Perasaan Ann memang tidak karuan, dia pun segera menyebrang jalan dan saat bersamaan bus pun datang menghampiri. Bus itu pun membawa Ann kembali tepat pada halte yang dekat dengan asrama putri, kendati harus berjalan beberapa ratus meter setelahnya. Julia yang sedikit agak gelisah dengan keterlambatan Ann, dia pun mondar mandir di depan teras asrama. Melihat kedatangan Ann, Julia langsung menyambutnya. "Kamu dari mana saja?" tanyanya agak tegas. Reaksi Ann langsung memeluk Julia dengan erat sedangkan air matanya kembali berderai. Julia menepuk halus punggung Ann dan menenangkan. Hampir dua menit Ann menangis di dalam dekapan Julia, pelan sekali Ann merenggangkan badannya, mata indahnya beradu pada kelopak mata Julia. "Madam, tadi Ann menengok Renata di asr
Kemudian Theresa pun mengutarakan niatnya pada Zean dan didengarkannya dengan seksama, sedangkan pandangannya pada Natalie yang sedang bertumpang kaki di sudut ruangan. "Bagaimana kalau istriku yang akan mengajarinya ilmu etika. Biar pelajaran agama aku yang akan mengajarinya," ucap Zean memberikan sugesti. Theresa sumringah mendengar itu, karena setidaknya dia tidak harus membayar iuran perbulannya. "Artinya, Natalie akan tinggal bersama kalian?" tanya Theresa meyakinkan. Zean mengangguk serta cepat sekali memanggil istrinya yang sedang ada di dalam ruangan lain. "Carine, rine...." panggil Zean pada istrinya yang sedang sibuk dengan mesin ketiknya. Carine menghentikan tangannya, lalu menoleh pada suaminya dan menjawabnya, "Ada apa?" Zean langsung menceritakan tentang Natalie yang akan menjadi amanat mereka dan memberikan penjelasan kalau dirinya adalah teman waktu satu kampung Bibi dari Natalie. Carine beranjak dari tempat duduknya, lalu mengikuti su
"P-Pak. Jangan, Pak!" elak Natalie. Akan tetapi, Zean malah semakin ganas dan sepertinya sudah sangat lihai. Dia pun dengan lembut mencumbu leher juga bibir Natalie, "P-Pak!" Natalie masih mengelak. Dia pun dengan cepat menjorokan tubuh Zean membuat dirinya tersungkur ke belakang. *** -Tiga Tahun Kemudian- "Ann..." Panggil Julia sambil membawa beberapa formulir untuk segera ditanda tangani. Ann yang sedang membantu Maria membuat makan malam pun menghampiri, sedangkan matanya melirik pada formulir dan di sana ada namanya. "Tanda tangani ini, sebelum acara perpisahan di sekolahmu minggu besok," pinta Julia sambil menatap wajah Ann. "...kamu sudah siap pergi ke Jerman?" sambung Julia sambil memberikan bolpoin. Ann menghela napas kasar disertai kembali memberikan lembaran tersebut, "Tidak jadi pergi ke sana, Ann tidak mau bertemu dengan ayah." Persyaratan yang tertera memang harus mendapat izin dari orang tua terlebih dahulu karena
Ann masih menyimpan dendam dan sakit hati pada Johan ayahnya. Dengan penuh amarah buku tulis sudah penuh dengan tulisan cacian serta makian padanya. Dari belakang Nancy membaca semua yang tertulis dia pun berdehem, "Ehem." Lalu berkata, "Artinya menyerah untuk menjadi 'Seseorang' demi seorang Ayah yang bisa dikatakan kurang baik?" Ann tidak menjawab sepatah kata pun, dia terus menuliskan cacian ke lembar berikutnya. Nancy memberikan saran, "Bagaimana kalau kita temui Natalie untuk meminta tanda tangan ayahmu ke penjara?" Ann menjawab dengan tegas, "Suster saja yang pergi. Ann, akan mencari sekolah lain di dalam negeri." Nancy segera pergi ke ruangan Julia, lalu mengutarakan maksudnya tersebut, "Apa yakin Natalie mau melakukannya untuk Ann? Dia saja tega memfitnahnya demi uang." "Dicoba saja!" Sambung Julia sambil kembali membaca alkitabnya. *** Natalie sedang asik memadu kasih dengan Zean yang sudah memberikannya kasih sayang ser
Nancy sedang memperjuangkan Ann untuk mendapatkan tanda tangan dari Johan. Dia pun berusaha untuk mendatangi Natalie ke rumah Theresa di Wales, sesampainya di rumahnya tetangga Theresa mengabarkan kalau Theresa telah meninggalkan dunia setelah mendatangi Natalie di rumah Zean. Para tetangga hanya memberitahu dengan separuh-separuh, juga tidak jelas. Hingga akhirnya Nancy pun singgah di sekolah The West tempat Ann bersekolah dulu dan bertemu dengan Adrian. Adrian menjelaskan, "Bibi Theresa mendapati Natalie sedang bermesraan dengan temannya yang bernama Pak Zean dan karena terkejut Theresa pun meregang nyawa akibat serangan jantung." "Kasian Theresa, dia susah payah mendidik Natalie, namun dibalas seperti itu!" sambung Adrian sambil menyodorkan dua botol minuman dan beberapa cemilan. Nancy hanya bergeming dan merasa sudah tidak ada harapan untuk meminta bantuan dari Natalie agar menemui Johan. Setelah beberapa saat dia pun beranjak dari tempat duduknya, "Ya su
Imanuel mendengar ucapan samar-samar di ujung telepon ketika bicara dengan Belle, dia merasa terancam. 'Bagaimana dia tahu?' gumamnya agak gelisah di dalam kamarnya. Dia pun segera menelpon Carine. Sekarang Carine sudah mengetahui kedekatan suaminya dengan Natalie, karena setelah kematian Theresa desas desus tetangga membuatnya dia mengetahui hubungan antara Natalie dan suaminya, dia pun tanpa ragu mengangkat telpon dari Imanuel persis di depan Zean yang sedang membuat naskah pidato di laptopnya, "Kenapa, Sayang!" jawabnya mesra. "Apa kamu merasa ada seseorang yang mengetahui hubungan kita?" tanya Imanuel penasaran. Mendengar itu Carine tertawa kecil dan menjawab, "Aku akan bahagia kalau ada orang yang mengetahui." Sejenak Carine terdiam, begitu pula dengan Imanuel. Tetapi tidak begitu lama Carine berbicara kembali, "Memangnya kenapa? Bukankah kita betul-betul serius untuk hubungan ini?" Imanuel hanya terdiam dan menutup begitu saja telpon lalu memati
Di dalam dapur perasaan Natalie berbunga-bunga dan berbahagia ketika mendengar berbagai pujian dari orang-orang yang ada di ruang tamu. "Dia layak menjadi istri idaman buat suaminya kelak, karena pada dasarnya suami itu ingin diperhatian dan dipuaskan!" ucap David sambil melirik pada Zean yang menunduk. Padahal tidak semua laki-laki membutuhkan itu, ada juga hanya menganggap istri sebagai teman di mana sedang tidak sibuk, kendati hanya beberapa persen saja. Sebagian juga memilih kemapanan finansial dan jabatan pada pasangannya tanpa harus ada perhatian dan kepuasan. Dan kita tidak bisa berkomentar apa pun tentang prinsip itu, karena pada dasarnya mereka sendiri yang mengetahui kebutuhan masing-masing. Keluh kesah Zean berbelas tahun pada David dicurahkan hari ini oleh mulut David sendiri, kendati Carine tidak mengerti dan tidak pernah mau tahu. Kehambaran rumah tangga Zean memang sudah lama dirasakan dan bertahan. Kalau pun ada kebinaran pada wajah Zean, Davi
Zean beranjak dari tempat tidurnya dia pun hendak memberitahu segalanya, "Begini, Nat..." ucapnya terpotong karena Natalie tergesa-gesa membuka pintu dan berlari mengarah ke kamar mandi. *** Pagi sekali Ann sudah berdiri di atas teras asrama, dia memakai gaun hitam dengan rambut diikat separuhnya dan diberi pita berwarna hitam pula. "Ann, kenapa harus berpakaian seperti ini?" tanya Nancy yang sudah berdiri di sampingnya. "Anggap saja hendak pergi ziarah kubur!" ketus Ann sambil melangkahkan kakinya ke arah jeep milik Ronald. Ya, Ann hari ini akan pergi menemui Johan ke penjara demi untuk mendapatkan tanda tangannya. Dalam kekalutan Ann pun duduk di belakang sambil membaca buku kesayangannya. Sedangkan Ronald matanya memperhatikan Ann dari kaca spion tengah sambil menyetir, "Ketika hati sudah dipenuhi kebencian maka semua akan terasa sangat sulit dan bahkan akan menguras energi positif pada diri. Sakit hati masa lalu memang merekat kuat dalam pikiran,