Share

Part 4 : Identitas Baru

Setelah Zora memeriksa dan melihat semua isi dari paper bag, ada 2 kotak makanan favorit Zora yaitu kue macaron yang berasal dari Prancis dan 1 gelas dark choco drink. Lalu Zora dengan cepat menyantap kue favoritnya, hingga satu kotak yang berisi 6 kue bulat dengan varian rasa yang berbeda itu habis. Sedangkan 1 kotak yang tersisa ia simpan di kulkas karena tidak mampu menghabiskannya sekaligus.

Waktu mengisi perut sudah habis, kini dia beralih kepekerjaanya. Dia memeriksa gelas minumannya, di bagian bawah gelas itu ada flashdisk yang sengaja ditempelkan. Flashdisk berukuran kecil yang berisi terkait misi yang akan diberikan padanya.

Tanpa pikir panjang Zora langsung menyalakan leptop miliknya dan memeriksa isi dari flashdisk itu, disana ada beberapa foto dan informasi pribadi dari target kali ini. Ada juga foto orang-orang yang menjadi keluarga dan orang terdekat target.

'Jadi ini misi pembunuhan?' batik Zora.

"Ini cukup merepotkan karena membutuhkan waktu." gumam Zora.

Di dalam file yang Zora baca target bernama Satya Arga Bintara anak bungsu dari pemilik perusahaan BN Gurp yaitu perusahaan terbesar di negri ini, orang yang selalu diperhatikan awak media dan setiap gerak-geriknya selalu menjadi trending topik di berbagai situs gosip.

Dia menjadi target pembunuhan kerena telah maraih posisi yang berhak bersaing dengan kedua kakaknya untuk menjadi pewaris perusahaan BN Grup, dan saat ini Satya menjabat sebagai Direktur dari anak perusahan BN Grup yang menangani jasa pengawalan atau bodyguard.

"Jadi aku harus menyamar sebagai bodyguard?" tanya Zora pada dirinya sendiri.

Pada misi kali ini Zora harus mendekati target terlebih dahulu karena tidak mungkin melakukan aksi pembunuhan secara langsung seperti yang biasa dia lakukan, target dijaga dengan ketat karena sudah beberapa kali mengalami percobaan pembunuhan namun gagal karena memiliki sekertaris yang cukup kompeten sebagai pendamping dan pelindungnya.

"Ternyata ini cukup merepotkan" keluh Zora.

Di flashdisk juga tersedia identitas baru yang akan Zora gunakan sebagai penyamaran, ini akan memakan waktu yang cukup lama karena walaupun dia berhasil menyamar sebagai karyawan tidak ada jaminan dia akan bekerja dibawah direktur Satya. 

"Jadi aku harus cepat bergerak ya." gumam Zora.

Kebetulan Saat ini BN Bodyguard grup sedang membuka lowongan pekerjaan, dengan cepat Zora mengirim Cv dan surat lamaran kerjanya via email, dan saat ini dia hanya perlu menunggu panggilan interview.

Sambil mempelajari apa yang harus ia lakukan pada saat interview, Zora merenung untuk sekarang posisinya aman, sebagai bodyguard harus memiliki keterampilan beladiri dan Zora memiliki kemampuan itu.

...

Dilain tempat, sore hari tempat Satya Arga Bintara berada.

Seorang pria gagah dengan duduk sambil menggigit ujung bolpoin, di mejanya terdapat berbagai macam berkas yang menumpuk. Ia mengenakan kemeja putih yang lengannya tergulung keatas, dilengkapi dasi bercorak garis biru yang longgar sehingga menampakan sebagian dadanya.

Dia adalah Satya Arga Bintara berusia 26 tahun, masih sibuk dengan pekerjaannya, membolak-balikan kertas yang ada didepannya lalu mengalihkan pandangannya ke arah komputernya. Tanpa sadar ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan kerjanya, orang itu tidak menyapa dan menunggu Satya dengan tenang dan sabar tanpa mengganggu pekerjaannya.

"Astaga, sejak kapa kamu masuk?" ucap Satya spontan karena kaget melihat sekertarisnya yang berdiri di depannya.

"Saya sudah masuk sejak tadi tuan."  jawabnya Andika, 

Andika adalah sekertaris sekaligus bodyguard dari Satya, orang yang sangat dipercayai oleh Satya sampai sekarang. Mereka bertemu 3 tahun yang lalu, saat itu Andika sedang mengalami masa sulit karena ibunya mengalami kecelakaan.

Dari kecelakaan itu ibu Andika kehilangan banyak darah dan stok golongan darah yang cocok dengan ibu Andika sedang kosong, Satya yang saat itu berada di rumah sakit itu menawarkan darahnya yang kebetulan cocok dengan darah ibu Andika.

Karena merasa tak tega melihat Andika tampak putus asa, Satya sedikit tergerak hatinya ketika melihat seorang pria dewasa menangis di depan orang lain, itu merupakan  sesuatu yang memalukan bagi Satya.

Tapi Andika meneteskan air mata tanpa memperdulikan orang disekitarnya dengan putus asa memohon kepada dokter yang merawat ibunya untuk melakukan yang terbaik, itu membuktikan betapa berharganya seorang ibu bagi Andika.

Sebagai balas budi Andika menawarkan diri bekerja untuk Satya, karena tidak ada yang bisa ia tawarkan kepada orang kaya seperti Satya sebagai ucapan terimakasih.

Tentu saja Satya menolak dengan tegas, karena ia menganggap Andika tidak memiliki potensi untuk bekerja dengannya. Tapi Andika tidak menyerah disitu saja dia mampu menunjukan potensinya hanya dalam waktu 3 bulan setelah Andika memaksa Satya untuk memberikannya kesempatan.

"Kenapa kamu tidak mengentuk pintu terlebih dahulu?" kesal Satya.

"Saya sudah mengetuk, tapi tuan muda tidak mendengar sama sekali." ungkap pria itu.

"Lalu kenapa kau tidak memanggilku?" tanya Satya lagi.

"Saya tidak bisa mengganggu pekerjaan tuan muda." jawabnya lagi.

"Ya sudahlah. Ada yang ingin kamu sampaikan?" tanya Satya.

"Untuk jadwal makan malam, Tuan besar mengundang tuan muda untuk datang kekediaman utama." ungkap Andika dengan wajah sedikit khawatir.

Itu karena jika tuan besar ayah dari Satya pemilik dari perusahaan BN Grup mengundang anak-anaknya untuk makan malam, memiliki keluhan terkait pekerjaan diantara mereka.

Selama ini Satya selalu menjadi kambing hitam kakak-kakaknya, dan perlahan itu mengurangi kepercayaan tuan besar pada putra bungsunya. Tetapi tuan besar merupakan orang yang adil dan tenang sehingga tidak termakan rayuan dan omongan semata, karena itulah sampai saat ini Satya masih tetap berada diposisinya sebagai direktur.

"Apa kakak-kakakku akan hadir?" tanya Satya.

"Iya tuan muda." 

"Bagaiman pergerakan mereka selama ini?" 

"Sejauh ini para tuan muda tidak melakukan hal yang mencurigakan untuk menjebak anda." jelas Andika yakin.

"Baiklah, sampaikan kepada ayahku kalau aku akan datang." ujar Satya.

"Baik tuan muda." jawab Andika perlahan mundur meninggalkan ruangan itu.

Satya yang ditinggal sendirian diam tak melakukan apapun, dia sudah tidak memiliki mood yang baik untuk melakukan pekerjaannya. Lalu membuka salah satu laci yang ada dimejanya dan mengambil sebungkus rokok yang ada di sana.

Satya berdiri dari kursinya lalu merapikan rambutnya yang acak-acakkan, dia mengambil sebatang rokok dan membakarnya.

"Kita lihat apa yang akan dilakukan oleh kedua kakakku." batin Satya sambil tersenyum menyeringai.

...

Di lain tempat.

Salah satu hotel mewah, terlihat tempat tidur yang sudah berantakan. Dua insan yang sedang berbaring dengan tubuh telanjang ditutupi selimut, dua orang tersebut saling berpelukan. 

Pria yang sedang memainkan rambut dari wanita yang berada dalam pelukannya, sedangkan wanita dengan rambut coklat kulit putih penuh dengan bekas ciuman merasa senang dan menggeliat dengan manja.

Drrtttt Drrtttt Drrtttt.

Getar ponsel terdengar di samping tempat tidur, pria itu meraih ponsel dengan malas dan matanya masih tertutup, tanpa melepaskan pelukannya dari wanita itu.

"Ada apa?" 

"Mohon maaf karena saya mengganggu waktu istirahat tuan muda, saya ingin menyampaikan kalau malam ini tuan muda diundang oleh tuan besar untuk makan malam dikediaman utama." jelas suara dibalik ponsel.

"Ya baiklah. Siapa saja yang akan datang?" tanya pria itu penasaran.

"Seluruh tuan mud diundang." balas suara dibalik ponsel.

"Oke, sampaikan kepada ayahku tercinta kalau putranya akan hadir." ucapnya lalu mematikan ponselnya.

Pelahan pria itu membuka matanya, lalu tersenyum puas setelah mendengar kabar baik itu.

"Malam ini kamu harus menjalankan peranmu dengan baik." bisiknya kepada wanita yang terbaring disampingnya.

"Tentu saja tuan, saya sangat pandai bersandiwara." ucap wanita itu dengan penuh percaya diri. Lalu kedua tersenyum puas dan kembali berpelukan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status