Share

Rujuk (?) (1)

Agus berdiri mematung di depan rumah Hera. Ia memperhatikan sekeliling rumah sederhana itu. Cukup rapi dan bersih. Namun, tetap memberikan kesan tidak layak huni dibandingkan rumah yang ia berikan dulu. Hera menanti dengan perasaan tak karuan di dalam rumah. Ia terkejut melihat kedatangan Agus ke rumahnya saat ia hendak berangkat ke pasar. Aiman sudah berangkat ke kampus sejak satu jam yang lalu, mengejar jadwal mengajar paginya.

 

Agus beranjak mendekat ke arah pintu. Hera yang menunggu di dalam, masih dilema akan keputusannya. Hendak bertemu, atau bersikap seolah ia tidak di rumah. Agus mengetuk pintu setelah terdiam selama sepuluh menit. Ia lalu mengucap salam. Hera bergeming. Ia masih belum memutuskan.

 

“Assalamualaikum,” ucap Agus sambil kembali mengetuk pintu.

 

Hera akhirnya memutuskan untuk diam. Ia yakin, Agus akan berpikir bahwa ia tidak ada di rumah.

 

“Waalaikumussalam, cari siapa, Pak? Aiman, ya?” Sebuah suara mengejutkan keduanya. Agus menoleh ke arah sumber suara. Hera menepuk dahinya. Ia lupa, ia memiliki tetangga yang super kepo.

 

“Em, anu, ini rumah bu Hera, kan, ya?” tanya Agus.

 

“Iya, betul. Cari bu Hera, Pak? Bapak siapanya, ya?” Mata Mini menelisik.

 

“Eh, Pak Agus, sudah sampai, Pak? Ayo, saya sudah siap. Sesuai aplikasi ya, Pak,” ujar Hera cepat. Ia keluar cepat sambil menjinjing tas belanjanya. Ia menoleh ke arah tetangganya yang menatapnya heran. “Eh, Bu Mini. Ini, saya pesan taksi online. Mau ke pasar. Kata Aiman, saya belum boleh bawa motor lagi. Kemarin habis dipijat. Pegal-pegal,” lanjut Hera sambil memegang tengkuknya lalu melangkah menuju mobil Agus.

 

Agus bergeming. Sejenak, ia tak mampu berpikir karena Hera keluar tiba-tiba. Ia lalu mulai bisa membaca situasi.

 

“Eh, Pak Agus. Ayo, nanti saya kesiangan masaknya.” Hera menegur.

 

“Eh, i-iya, Bu. Sesuai aplikasi ya, Bu.” Agus setengah berlari mengejar Hera yang sudah duduk di kursi penumpang.

 

“Permisi ya, Bu Mini. Saya berangkat.” Hera meninggalkan Mini yang memicingkan matanya curiga. Lelaki yang dipanggil Agus tidak seperti sopir taksi online kebanyakan. Jiwa penasarannya menggelora. Agus mengangguk sopan.

 

Setelah Agus merasa cukup aman, ia menepikan mobilnya. Ia mengunci semua pintu. Mengantisipasi kepergian Hera. Ia harus menyelesaikan masalahnya kali ini.

 

Hera menatap Agus dari kaca spion. Pun dengan Agus. Keheningan melingkupi mereka. Mata Hera kemudian mengembun. Kerinduan yang membuncah menguasainya. Agus membalik badannya lalu pindah ke kursi penumpang di belakangnya. Ia merengkuh Hera ke dalam pelukannya. Keduanya larut dalam tangisan.

 

~ ~ ~

 

“Kak, kenalkan. Ini kak Arman, kakak Airin.” Aiman menyambut uluran tangan Arman saat keduanya tiba di sebuah foodcourt di mall dekat kampus mereka.

 

“Jadi, kamu Aiman..."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status