Share

Setelah Keputusan (1)

"Tolong temani dia sampai gosip mereda. Saya khawatir ini akan mengganggu konsentrasi perkuliahannya. Dan Airin. Tolong serahkan revisi skripsi kamu maksimal pekan depan ya,” ujar Aiman kemudian berlalu kembali ke depan kelas.

 

===

 

Airin masih tertunduk diam setelah sepuluh menit kedatangannya di kantin kampus. Aiman menatapnya dengan wajah bersalah. Beberapa mahasiswa yang sedang menikmati maka siangnya mencuri pandang ke arah keduanya.

 

“Coba saya lihat skripsinya. Sudah di bab berapa?” tanya Aiman memecah kesunyian.

 

“Eh, i-iya, kak. Sudah bab... em, em, berapa, ya?” Airin membongkar tote bagnya panik.

 

Aiman melihat sekeliling. Mahasiswa yang mencuri pandang langsung berpura-pura mengerjakan kegiatan lain.

 

“Mmm, bunda sehat?” tanyanya.

 

“Eh, i-iya, kak. Alhamdulillah sehat. I-ini, kak, bab akhir ternyata.” Airin menyodorkan tumpukan kertas skripsinya. Aiman menyambutnya.

 

“Aduh, kasihan, yah. Sudah gagal nikah, tapi masih harus terus ketemuan.” Sebuah suara mengejutkan keduanya.

 

Suara itu berasal dari Martha, mahasiswi jurusan Pendidikan Taman Kanak-kanak, yang juga di bawah bimbingan Aiman. Ia termasuk salah satu mahasiswi yang sering mencari perhatian sang dosen. Hatinya jemawa mendengar proses ta’aruf keduanya yang tidak bisa diteruskan. Airin menunduk dalam.

 

“Kak Aiman. Ini skripsi saya. Maaf kalau masih banyak yang salah.” Aiman yang sedang mengoreksi skripsi Airin menyambut lembaran kertas yang disodorkan Martha lalu meletakkannya di atas meja. 

 

“Duh, saya kaget lho, Kak, dengar kabar kak Aiman mau nikah, eh, ta’aruf maksudnya,” ujar Martha sambil menarik kursi, lalu duduk hampir menempel Aiman. Aiman menggeser kursinya sedikit menjauh. Martha melirik ke arah Airin yang menatapnya jengah.

 

“Tapi, syukurlah, kalau tidak jadi. Berarti saya masih ada kesempatan kan, kak?” Martha mengedipkan matanya ke arah Aiman. Airin melengos.

 

“Kalau kita berjodoh, ya. Tapi saya lebih memilih yang lebih baik buat calon ibu dari anak-anak saya,” ujar Aiman sambil membolak-balikkan kertas skripsi milik Martha.

 

Beberapa mahasiswa yang mencuri dengar menahan tawanya. Martha cemberut. 

 

“Iya, tidak apa-apa, kak. Nanti saya akan belajar jadi lebih baik. Kak Aiman mau bimbing saya, kan, ya?” 

 

“Mungkin, Airin bisa bantu Martha ini buat dikenalkan dengan ustadzah Rohimah. Beliau biasa membimbing akhwat. Saya tidak punya kapasitas untuk itu. Kita bicara lain kali, ya, Ai. Kamu persiapkan saja pengajuan sidang skripsinya, ya!" Aiman melangkah sambil membawa tumpukan skripsi mereka. 

 

“Oh, iya. Martha. Next time tolong pakai baju yang lebih longgar, ya. Kamu calon guru, lho,” lanjut Aiman. Airin dan Mahasiswa di belakang mereka tertawa tertahan. Martha merengut kesal. 

 

“Eh, kenapa kamu tolak kak Aiman? Sok kecantikan banget.” Martha menegur Airin. 

 

Airin menarik nafas. Telinga di belakangnya sudah bersiap dengan klarifikasi darinya.

 

“Begini..."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status