Home / Romansa / Antara Kau, Aku & Papimu / BAB 6 : Cerita Dibalik Rumah Untuk Elena

Share

BAB 6 : Cerita Dibalik Rumah Untuk Elena

Author: Parikesit70
last update Last Updated: 2022-12-08 14:48:23

*Flash Back usai 4 Jam kebersamaan Elena & Herlambang*

Herlambang yang menggunakan ojek motor keluar dari gang rumah Elena akhirnya sampai hanya beberapa menit di halaman parkir Apotek Sumber Waras. Usai membayar ojek, ia masuk ke dalam mobilnya. Sejenak ia kembali melihat ke arah gang rumah Elena.

Dengan menarik napas panjang, Herlambang memegang tempat duduk yang tadi ditempati Elena. Ia tersenyum kecil melihat kearah samping kiri, teringat bagaimana gadis itu berbicara dan tersenyum. Dan itu membuat Herlambang jadi senyum-senyum sendiri.

“Elena.., Hmmm.., nama yang cantik dan indah saat aku melafalkannya,” ungkapnya bermonolog sendiri dalam mobil yang telah dinyalakan namun belum juga beranjak dari halaman Apotek tersebut.

Herlambang yang teringat akan janji pada hatinya untuk bisa membawa Elena keluar dari lingkungan yang kumuh itu pun, bergegas keluar dari halaman parkir Apotek tersebut dan meninggalkan satu kenangan yang tak bisa dilupakan saat ia masuk ke dalam lingkungan kumuh yang tidak pernah ia rasakan sejak ia muda hingga kini berusia empat puluh lebih.

Selama dalam perjalanan, yang diingatnya hanyalah wajah, tawa, serta aroma tubuh Elena yang masih terasa dan telah ia hafal sekali. Hingga berkali-kali jakunnya pun naik dan turun.

“Ooh.., Lena.. aroma tubuhmu terasa masih melekat di tubuhku. Sekarang bagaimana aku bisa menjaga diriku jika harus berdekatan dengannya? SHIT..! Rasa ini terlalu sulit buat aku lupa padanya,” kembali Herlambang bermonolog sesaat ia baru memasuki kawasan kompleks perumahan elite rumahnya.

Sesampai di rumah, Herlambang langsung ke kamarnya terdiam sejenak. Merasakan aroma keringat tubuh Elena yang sepertinya masih melekat pada seprei di kamarnya. Herlambang pun berbisik dalam hatinya, ‘Uhff.., baik sekarang aku hubungi Dimas untuk mencarikan rumah buat Elena.

“Malam Tuan Besar,” sapa Dimas saat jam telah menunjukkan pukul tujuh malam.

“Dimas..! Segera kamu carikan satu rumah di dekat kompleks perumahan dekat daerah sini segera! Aku perlu malam ini juga,” perintah Herlambang pada Dimas.

“Maaf Tuan besar.., kalau di kompleks daerah sini sih nggak ada. Karena mayoritas kan golongan orang punya perusahaan dan pejabat. Paling ada di sebelah perumahan ini, bagus juga tapi saya belom cek, kemungkinan ada Tuan besar,” ucap Dimas dalam sambungan telepon.

“Apa jauh dari kompleks perumahan ini? Kalau bisa jangan terlalu jauh,” pinta Herlambang.

“Nggak jauh kok Tuan besar, hanya sepuluh menit,” sahut Dimas memastikan jarak dan waktu yang di tempuh.

“Sudah sana cepat cari..! Ooh.. Yaa! Sekalian orang yang jual rumah dengan furniturnya. Ingat..! Aku mau yang sudah terisi lengkap. Lalu kamu cek dulu.., sekiranya memang bagus rumah dan furnitur nya, kamu ajak aku kesana. Cari dua atau tiga jadi perbandingan. Ingat semalam-malamnya cari rumah itu! Besok aku mau ada rumah untuk Elena,” perintah Herlambang.

“Baik Tuan besar..! Siap Tuan..!”

Usai menutup telepon Herlambang Dimas pun bergegas mengambil motornya dan keluar dari rumah itu untuk melihat rumah yang beberapa waktu lalu ditawarkan kepada bos yang ada dilingkungan rumah Herlambang.

Ia pun memasuki rumah yang berjarak sekitar lima ratus meter dari kompleks perumahan elite yang di tempati oleh Herlambang. Dengan meminta izin pada sekuriti pada kompleks perumahan itu dan menyerahkan KTP di pos keamanan, Dimas pun masuk ke dalam perumahan itu.

Dimas bermonolog pada dirinya, “Semoga aja rumah itu belom laku. Jadikan aku bisa dapat komisi dan gadis malang itu dapat rumah juga. Uhm.., apa si Bos mau jadiin Elena simpanannya yaa?”

“Kalau emang nggak dijadiin simpanan si Bos.., kok pakai dibeliin rumah segala.., Apa si Bos yang dapetin perawannya? Perasaan sih.., kapan hari si Elena udah sama Tuan muda Erlangga di kamarnya. Aduh, bakal rame dah di rumah, kalau sampai Tuan muda Er, tahu kalau Papinya ada main sama pacarnya.”

Akhirnya Dimas pun sampai pada sebuah rumah yang berada di Hook. Bangunan yang bisa di akses pada dua jalan samping bangunan dan pada jalan blok perumahan itu sendiri. Terlihat cukup terawat dan rapi, terlebih bangunan yang akan di jual ini baru saja dilakukan renovasi dan di cat ulang.

Dimas pun menekan tombol bel pada rumah itu dengan lampu penerangan yang cukup memadai bisa dilihat bagian tamannya dari sela pintu pagar yang menutupi rumah itu.

“Malam Ibu.., mau lihat rumahnya lagi. Saya Dimas yang dua minggu lalu bawa pembeli liat rumah ini,” sapa Dimas pada seorang wanita berusia empat puluh tahun.

“Mari Pak.., silakan masuk. Saya juga baru datang ini dari antar suami pindahan. Suami saya dan kedua anak saya sih udah pindah. Tadi ada temen juga yang bilang besok mau lihat rumah ini. Semoga aja cocok dan berjodoh ya Pak,” sambut wanita itu dengan ramah membawa Dimas masuk ke dalam rumahnya.

“Dinas dimana suami, Buu..?” tanya Dimas iseng mengisi kekosongan pembicaraan.

“Sekarang suami saya jadi kepala kanwil di daerah Sumatera, dinas di departemen perdagangan, Pak. Jadi tadi abis serah terima jabatan saya kan harus mendampingi. Abis itu langsung balik ke Jakarta,” ucapnya.

“Buu.. masalah harganya itu, bisa digoyang lagi? Dan ini kan dengan furnitur nya, ya Buu.., maaf lupa dengan Ibu siapa yaa? Lupa saya waktu kapan hari padahal udah ke rumah ini,” ujar Dimas tersenyum ke arah wanita cantik dengan potongan rambut pendek.

“Saya dengan Sinta, Pak..! Masa nama gampang gitu lupa. Kalau ingat sama Rama pasti ingat Sinta, Pak.., hehehehe..,” sahut Sinta sambil tertawa kecil.

“Ooh.., iya Bu Sinta.., berarti nama suami ibu, Rama begitu?” ucap Dimas bertanya dengan polosnya.

“Hahahahahahaha.. bukanlah Pak..! Ternyata bapak lucu juga,” terpingkal-pingkal Sinta mendengar celoteh Dimas.

“Baik Buu.., yang akan beli ini kan Bos saya.., jadi berapa ini harga pas nya. Dan ingat, komisi buat saya juga Bu Sinta. Kalau bapak nggak ada nanti untuk tanda tangan di notaris bagaimana Buu?” Dimas menanyakan selengkap mungkin segala yang nanti akan jadi bahan pertanyaan Herlambang.

“Ini rumah atas nama saya Pak. Dulu dari orang tua saya. Tapi ada kok surat kuasa dan keterangan dari suami saya untuk menjual rumah ini,” ujarnya sembari memperlihatkan photo jenis-jenis surat yang ada di dalam galeri ponselnya.

“Baik Bu Sinta, berarti kita deal masalah komisi saya yaa.., dan fix harga rumahnya berapa ini berikut isinya. Kasih lah.., kurang Buu, biar besok langsung ke notaris. Jadikan Bu Sinta juga bisa ketemu sama Rama di Sumatera,” canda Dimas mengambil hati dari pemilik rumah.

Kembali Sinta, pemilik rumah itu tertawa dan akhirnya ia pun berkata, “Sampaikan sama Bos nya. Saya minta 1,2 milyar. nanti yang dua ratus juta saya kasih ke bapak sebagai komisi,” ucap Sinta pada Dimas.

“Baik Buu.., sepuluh menit lagi saya kembali ke rumah ini. Jadi siapkan aja surat-suratnya seperti KTP, KK, surat kuasa dan surat keterangan dari suaminya tadi. Sekarang saya mau cari bos saya,” pinta Dimas pada Bu Sinta.

“Sekarang Pak? Serius nih..? malam-malam begini?” tanya Sinta dengan mata melotot.

“Dua rius.., saya nggak main-main kalau bawa pembeli. Bos saya ini, duit nya nggak ada seri-nya, Bu Sinta,” ujar Dimas tersenyum lebar pada Sinta.

“Ahh.. Pak Dimas.., kalau nggak ada seri-nya mah duit palsu.., hehehehehe,” sahut Sinta mendengar kelakar Dimas saat mereka berdua di halaman.

Setelah percakapan antara Dimas dan pemilik rumah, Dimas kembali ke rumah Erlangga untuk menjemput Herlambang. Hanya memerlukan waktu sepuluh menit untuk kembali ke rumah Erlangga atau Herlambang.

Dimas pun menghubungi Herlambang dan menunggu diluar pagar dekat pos sekuriti rumah Herlambang. Dan yang jadi masalah saat itu dalam pikiran Dimas hanya masalah harga yang terlalu tinggi.

Namun untuk model rumah, dan letaknya yang berada di Hook, serta akses perumahan yang bagus sebenarnya sih dalam pemikiran Dimas, pasti Herlambang setuju dengan rumah yang baru saja dilihatnya.

“Malam Tuan besar.., saya sudah lihat rumah bagus, dekat wilayah ini juga dan sekitar sepuluh menit kalau ke rumah itu, cuman harganya kelewat mahal, Tuan besar,” ungkap Dimas bicara pada Herlambang lewat ponselnya.

“Kamu udah cek bangunannya bagus dan bukan rumah tipe lama kan? Lalu berikut furnitur nya dan paling tidak ada tiga kamar di rumah itu,” ungkap Herlambang tanpa menanyakan harganya.

“Malah ada empat kamar Tuan.., besar-besar. Dan ada tamannya dan gazebo serta kolam ikan. Bagus sih saya liat, cuman itu tadi harganya saya pikir kemahalan.., Tuan besar,” ujar Dimas dengan suara sedikit melemah. Karena pikiran Dimas saat itu, Herlambang ingin mencari rumah untuk Elena yang tidak mencapai angka 1Milyar.

“Memang berapa harganya?” tanya Herlambang saat Dimas terus mengeluhkan masalah harganya.

“Harganya itu... 1,2 Milyar, Tuan. Mahal sekaliii...,’ ungkap Dimas seolah menyesali angka yang kelewat besar dari Sinta, walaupun sebenarnya yang dua ratus juta sudah di janjikan sebagai komisi untuknya.

“Oohh.., harganya segitu.., Aku pikir berapa. Ok! cepat kamu jemput, aku mau lihat rumahnya. Dan kalau memang bagus aku ambil sekarang,” pinta Herlambang dengan intonasi semangat.

“Diambil ya Tuan besar.., maksudnya jadi Tuan besar mau ambil rumah itu. Bagus banget sih Tuan dan saya lihat..”

“Udah cepat jemput aku! Sekarang udah jam sembilan ini!” potong Herlambang saat Dimas terlalu berbelit-belit bicara.

Dengan hati penuh bahagia, Dimas yang sudah membayangkan komisi sebesar dua ratus juta di dalam pikirannya berkata dengan lembut dan intonasi penuh bahagia, “Saya udah di depan rumah Tuan besar.”

“Yaa, sekarang aku keluar,” ucap Herlambang menutup pembicaraan dengan kepala pelayan di rumahnya.

Dalam hati Herlambang pun bersorak, ‘Elena.., besok pagi Om akan jemput kamu. Kita akan ke notaris. Anggap saja, rumah ini sebagai rasa sayang Om sama kamu. Sayang bersabarlah.., aku jamin kamu akan hidup layak selama nya’

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Maaf yaa kakak... ಥ⁠‿⁠ಥ... makasih udh hadirʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ
goodnovel comment avatar
Haruki Matsuda
waduh thor..bnyk bgt koinnya untuk buka satu bab...
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Iya kak Alfin...️.. Dimas pemegang rahasia terbesar keluarga Herlambang.. makasih udh selalu hadir......️...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 100 : The END AKA&P

    Mobil yang membawa Elena, Tiara dan Herlambang pun sampai di rumah Herlambang. Dan Tiara yang berjanji akan mempertemukan Elena dan Sakti meminta Elena untuk masuk ke kamar Sakti yang telah di dekorasi dengan warna biru. Dan Elena pun masuk ke dalam rumah itu dan mendapati Sakti bersama seorang pengasuh bayi.Melihat kedatangan Elena di kamar itu, Sakti yang telah mengenali Elena pun menangis dan minta di gendongnya seraya menangis. Lalu, Elena pun menggendong balita imut itu dengan perasaan bahagia dan terharu, karena Sakti sangat merindukan kehadiran Elena.Lalu, Elena pun bercengkerama dengan Sakti di saat Tiara tengah mempersiapkan makan siang untuk mereka.Herlambang yang tahu Elena berada di kamar Sakti, akhirnya berjalan ke kamar itu. Sesampai di kamar itu, Herlambang pun duduk pada sofa, sedangkan Elena tengah duduk di lantai yang telah di lapisi permadani. Memandang kehadiran Herlambang, Elena menoleh ke arahnya dan bermain kembali dengan Sakti.Di saat itu, Herlambang pun m

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 99 : Duka Mila & Luka Elena

    Erlangga, Alexander dan Bella yang tiba dari bandara tepat pukul sembilan pagi langsung menuju Rumah Sakit untuk ikut bersama TPU. Erlangga ikut bersama Bella yang dijemput oleh sopir pribadi dari keluarga Bella, sedangkan Alexander di jemput oleh Ermitha dengan tujuan yang sama menuju Rumah Sakit tempat kelima jenazah dari keluarga Jamila usai diautopsi dan usai di sholati oleh keluarga besar dari suami Jamila, keluarga Elena serta beberapa tetangga dari pemukiman kumuh, merasa kehilangan atas kelima tetangga mereka yang dikenal suka menolong.Mobil yang membawa Alexander, Ermitha, Bella dan Erlangga sampai di Rumah Sakit. Lalu, mereka pun keluar dari mobil yang membawa mereka. Terlihat, Erlangga menggandeng mesra tangan Bella berjalan menuju ruang pemulasan jenazah dan bertemu Jamila yang masih dalam kondisi terpukul dengan kedua mata sembab.“Mila.., gue ikut berduka atas musibah ini. Gue yakin Allah punya rencana besar buat elo. Yakin aja setiap musibah dan duka ada hal yang aka

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 98 : Duka Jamila

    Kebakaran yang terjadi di gang sempit di lingkungan kumuh tempat tinggal Jamila dan Elena kini tinggal debu. Puing-puing arang berwarna hitam menjadi pemandangan memilukan di area sepanjang gang sempit kumuh tersebut. Pabrik kulit terbesar di Jakarta itu terbakar. Dilingkungan kumuh itu tercatat, ada 5 orang tewas mengenaskan terpanggang di dalam rumahnya. Kelima orang yang tewas dalam kebakaran tersebut adalah keluarga Jamila. Yang terdiri dari Ayah, Ibu serta ketiga adiknya. Elena dan Herlina yang ke lokasi usai membawa Jamila ke Rumah Sakit, melihat rumah peninggalan Papanya Elena pun tinggal debu. Banyak penghuni dilingkungan kumuh itu menangisi kehilangan harta bendanya. Terlebih Jamila yang kehilangan anggota keluarga dan harta bendanya.“Maaa.., akhirnya rumah kesayangan Papa jadi debu.., apa masih boleh kita bangun lagi rumah disini?” isak Elena yang melihat tembok pada rumah peninggalan Sentana tinggal setengah. Yang tampak dalam pemandangan yang ada hanya hamparan puing-p

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 97 : Karma Jamila

    Elena yang tidak menyangka atas syarat yang dilakukan pada dirinya membuatnya menangis tersedu-sedu. Jamila yang mendengar syarat dari Erlangga, langsung menghubungi lelaki tampan itu lagi, namun tidak sekali pun panggilan Jamila dijawab olehnya. “Lena.., gue sih yakin.., Erlangga cuma gertak elo aja. Seingat gue sih.., Er di Perth nggak deket sama siapa pun. Masa sih elo kagak percaya sama laki elo sendiri. Udah elo tenang aja. Pikirin Er junior.., kasian itu bayi dalam kandungan elo, pasti bawaan si bayi kali.., bokapnya jadi seperti itu,” ungkap Jamila. “Tapi kan nggak usah pakai minta izin gue untuk kawin lagi. Er sengaja mau nyakitin hati gue. Emang sih gue salah. Tapi, semua itu gara-gara nyokap nya juga. Mila, ambil lagi aja Sakti, gue kagak mau kalau sampai Er kawin lagi. Buat apa coba? Mending kagak kenal dari awal sama Er dan keluarganya!” sengit Elena mondar mandir di dalam kamarnya. “Lena, kenapa sih sekarang ini gue liat elo beda sama waktu sekolah dulu. Kenapa sih, elo

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 96 : Keikhlasan Elena & Syarat Erlangga

    Elena yang diminta oleh Herlina untuk menemui Tiara yang berada di ruang keluarga, dengan terpaksa ditemuinya usai selesai menidurkan Sakti. Di dampingi Jamila, Elena pun berjalan menemui Tiara yang kini terlihat seperti musuh mengibarkan bendera putihnya. “Ngapaen sih dia ke rumah lagi. Nyebelin banget,” bisik Elena saat berada di sisi Jamila. “Pastinya bukan berita baik,” ujar Jamila pelan. Setelah mereka duduk dalam satu meja, Tiara mulai menceritakan penyakit dan kesempatan hidupnya di dunia ini. Setelah itu, tanpa di sadari Tiara telah berada di hadapan Elena dan memeluk gadis cantik jelita itu. “Lena.., demi Allah dan atas nama putra pertamaku. Kalau aku tidak akan menyakiti Sakti. Aku akan perlakukan Sakti layaknya Mas Herlambang memperlakukan Erlangga,” isak tangis Tiara memecah ruang keluarga yang hening. Sejenak Elena terdiam, menatap raut wajah Jamila, lalu Elena pun bertanya, “Apa yang bisa saya lakukan, Tante?” “Berikan Sakti pada Mas Herlambang. Karena hanya Sakti k

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 95 : Tiara ke rumah Elena kembali

    Saat ini, Herlina, Elena dan Jamila berada di ruang keluarga. Mereka sedang membicarakan masalah Sakti yang diminta oleh keluarga Herlambang. Dan Herlina terlihat membujuk Elena untuk mau memberikan Sakti pada Herlambang.“Lena.., apa nggak sebaiknya kamu kasih aja Sakti ke keluarga Herlambang? Mama kasihan sama Pak Hermansyah dan Ibu Sitoresmi. Lagi pula mengurusi dua bayi sekaligus itu sangat sulit Lena. Apalagi kalau mereka berdua sakit. Juga besok atau lusa Sakti juga tahu siapa ibunya. Anak itu akan mencari ibunya,” nasihat Herlina pada putrinya.“Lena, coba kamu pikirkan lagi..., Mama liat Pak Herlambang serius mau ambil kamu jadi istri dan itu semua demi Sakti dan bayi yang ada dalam kandunganmu. Apa nggak sebaiknya kamu mau terima Pak Herlambang, Mama ikhlas Lena,” ungkap Herlina atas gambaran pikirannya, mengingat Erlangga tampak telah marah dan tak peduli pada Elena.“Maa.., Lena kasihan sama Erlangga. Sekarang ini dia udah nggak mau bicara pada tante Tiara dan putus hubu

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 94 : Elena & Keinginan Hermansyah

    Elena yang diminta oleh Herlina untuk menyiapkan teh untuk keempat tamunya pun berjalan ke dapur. Elena yang kini tengah hamil jalan tiga bulan, tidak seperti saat hamil Sakti yang sangat mual dan agak rewel masalah makanannya. Namun, untuk kehamilan saat ini, Elena nyaris tak pernah merasa mual dan lebih energik. “Silakan diminum,” Elena meletakan keempat gelas berisi teh dan dua gelas berisi air mineral. “Silakan Ibu, bapak semua,” Herlina menawarkan minuman. Wajah Tiara masih tegang saat memandang Elena, begitu juga dengan Sitoresmi dan Hermansyah. Namun tidak demikian dengan Herlambang. Ia justru memandangi Elena yang sama sekali tidak ingin melihat ke arahnya. Lalu, mereka berempat pun menikmati teh yang telah disuguhi Elena. “Maaf.., kalau boleh saya tahu.., apa ada hal yang sangat penting sehingga, Pak Hermansyah, Bu Sitoresmi dan Ibu Tiara ke rumah ini, pastinya ada hal yang penting,” tutur Herlina memandang pada keempat tamunya. Sejenak, baik Hermansyah, Sitoresmi bahkan

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 93 : Tamparan Tiara untuk Elena

    Herlambang dan keluarganya bertolak dari Perth ke Indonesia, usai Herlambang mengatakan niatnya untuk menjadikan Elena istrinya. Keberanian yang dilakukan oleh Herlambang bukannya tanpa ketakutan. Ia mengalami kestresan pula atas apa yang akan dikatakan kepada Herlina. Karena itu, sesampai di Bandara saat menunggu bagasi, Herlambang berulang kali menghubungi Elena, namun selalu di reject oleh Elena. Sampai akhirnya Herlambang mengirimkan pesan pada Elena.[Pesan keluar Herlambang : Sayang.., angkat teleponnya, aku mau bicara penting]Usai mengirimkan pesan pada Elena, Herlambang kembali menunggu bagasi atas kopernya dan koper keluarganya. Sepuluh menit berlalu, namun Elena tidak juga mengirimkan balasan atas pesan Herlambang.Setelah itu, kembali Herlambang menghubunginya. Walau nada telepon yang dihubungi nyambung, namun Elena sama sekali tidak menjawab panggilan Herlambang.Kemudian, Herlambang kembali mengirimkan pesan pada Elena, dengan memberitahukan kedatangan kedua orang tu

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 92 : Kata Kasar Erlangga

    Sitoresmi dan Hermansyah akhirnya memutuskan untuk ke Indonesia bersama Tiara dan Herlambang. Selain ingin melihat darah daging dari anaknya Herlambang, Sitoresmi pun ingin menanyakan langsung pada Elena perihal keinginan Herlambang yang sudah dapat persetujuan dari Tiara. Walau sebenarnya Sitoresmi tidak tega melakukan hal itu pada Erlangga, namun saat mendengar kalau darah daging Herlambang saat ini dikuasai oleh Elena, membuat hatinya tergerak untuk memberikan perhatian pada Sakti, apalagi Sakti adalah keturunan tunggal dari keluarganya usai kedua anak lainnya tidak ingin memiliki anak.“Her.., Tia.., coba kalian bicarakan hal ini pada Erlangga. Ayah dan Ibu tetap tidak tega menyakiti hatinya. Walaupun Ayah, Ibu yakin Er akan lebih mudah dan cepat mencari pasangan baru. Tapi, bicaralah pada Erlangga,” pinta Hermansyah dan diiyakan oleh Sitoresmi.“Yah.., kemarin itu Tia dan saya ke rumah mamanya Elena. Dan Elena ngomong sama Tia.., kalau Erlangga ingin Elena memilih antara Er ata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status