Share

BAB 6 : Cerita Dibalik Rumah Untuk Elena

*Flash Back usai 4 Jam kebersamaan Elena & Herlambang*

Herlambang yang menggunakan ojek motor keluar dari gang rumah Elena akhirnya sampai hanya beberapa menit di halaman parkir Apotek Sumber Waras. Usai membayar ojek, ia masuk ke dalam mobilnya. Sejenak ia kembali melihat ke arah gang rumah Elena.

Dengan menarik napas panjang, Herlambang memegang tempat duduk yang tadi ditempati Elena. Ia tersenyum kecil melihat kearah samping kiri, teringat bagaimana gadis itu berbicara dan tersenyum. Dan itu membuat Herlambang jadi senyum-senyum sendiri.

“Elena.., Hmmm.., nama yang cantik dan indah saat aku melafalkannya,” ungkapnya bermonolog sendiri dalam mobil yang telah dinyalakan namun belum juga beranjak dari halaman Apotek tersebut.

Herlambang yang teringat akan janji pada hatinya untuk bisa membawa Elena keluar dari lingkungan yang kumuh itu pun, bergegas keluar dari halaman parkir Apotek tersebut dan meninggalkan satu kenangan yang tak bisa dilupakan saat ia masuk ke dalam lingkungan kumuh yang tidak pernah ia rasakan sejak ia muda hingga kini berusia empat puluh lebih.

Selama dalam perjalanan, yang diingatnya hanyalah wajah, tawa, serta aroma tubuh Elena yang masih terasa dan telah ia hafal sekali. Hingga berkali-kali jakunnya pun naik dan turun.

“Ooh.., Lena.. aroma tubuhmu terasa masih melekat di tubuhku. Sekarang bagaimana aku bisa menjaga diriku jika harus berdekatan dengannya? SHIT..! Rasa ini terlalu sulit buat aku lupa padanya,” kembali Herlambang bermonolog sesaat ia baru memasuki kawasan kompleks perumahan elite rumahnya.

Sesampai di rumah, Herlambang langsung ke kamarnya terdiam sejenak. Merasakan aroma keringat tubuh Elena yang sepertinya masih melekat pada seprei di kamarnya. Herlambang pun berbisik dalam hatinya, ‘Uhff.., baik sekarang aku hubungi Dimas untuk mencarikan rumah buat Elena.

“Malam Tuan Besar,” sapa Dimas saat jam telah menunjukkan pukul tujuh malam.

“Dimas..! Segera kamu carikan satu rumah di dekat kompleks perumahan dekat daerah sini segera! Aku perlu malam ini juga,” perintah Herlambang pada Dimas.

“Maaf Tuan besar.., kalau di kompleks daerah sini sih nggak ada. Karena mayoritas kan golongan orang punya perusahaan dan pejabat. Paling ada di sebelah perumahan ini, bagus juga tapi saya belom cek, kemungkinan ada Tuan besar,” ucap Dimas dalam sambungan telepon.

“Apa jauh dari kompleks perumahan ini? Kalau bisa jangan terlalu jauh,” pinta Herlambang.

“Nggak jauh kok Tuan besar, hanya sepuluh menit,” sahut Dimas memastikan jarak dan waktu yang di tempuh.

“Sudah sana cepat cari..! Ooh.. Yaa! Sekalian orang yang jual rumah dengan furniturnya. Ingat..! Aku mau yang sudah terisi lengkap. Lalu kamu cek dulu.., sekiranya memang bagus rumah dan furnitur nya, kamu ajak aku kesana. Cari dua atau tiga jadi perbandingan. Ingat semalam-malamnya cari rumah itu! Besok aku mau ada rumah untuk Elena,” perintah Herlambang.

“Baik Tuan besar..! Siap Tuan..!”

Usai menutup telepon Herlambang Dimas pun bergegas mengambil motornya dan keluar dari rumah itu untuk melihat rumah yang beberapa waktu lalu ditawarkan kepada bos yang ada dilingkungan rumah Herlambang.

Ia pun memasuki rumah yang berjarak sekitar lima ratus meter dari kompleks perumahan elite yang di tempati oleh Herlambang. Dengan meminta izin pada sekuriti pada kompleks perumahan itu dan menyerahkan KTP di pos keamanan, Dimas pun masuk ke dalam perumahan itu.

Dimas bermonolog pada dirinya, “Semoga aja rumah itu belom laku. Jadikan aku bisa dapat komisi dan gadis malang itu dapat rumah juga. Uhm.., apa si Bos mau jadiin Elena simpanannya yaa?”

“Kalau emang nggak dijadiin simpanan si Bos.., kok pakai dibeliin rumah segala.., Apa si Bos yang dapetin perawannya? Perasaan sih.., kapan hari si Elena udah sama Tuan muda Erlangga di kamarnya. Aduh, bakal rame dah di rumah, kalau sampai Tuan muda Er, tahu kalau Papinya ada main sama pacarnya.”

Akhirnya Dimas pun sampai pada sebuah rumah yang berada di Hook. Bangunan yang bisa di akses pada dua jalan samping bangunan dan pada jalan blok perumahan itu sendiri. Terlihat cukup terawat dan rapi, terlebih bangunan yang akan di jual ini baru saja dilakukan renovasi dan di cat ulang.

Dimas pun menekan tombol bel pada rumah itu dengan lampu penerangan yang cukup memadai bisa dilihat bagian tamannya dari sela pintu pagar yang menutupi rumah itu.

“Malam Ibu.., mau lihat rumahnya lagi. Saya Dimas yang dua minggu lalu bawa pembeli liat rumah ini,” sapa Dimas pada seorang wanita berusia empat puluh tahun.

“Mari Pak.., silakan masuk. Saya juga baru datang ini dari antar suami pindahan. Suami saya dan kedua anak saya sih udah pindah. Tadi ada temen juga yang bilang besok mau lihat rumah ini. Semoga aja cocok dan berjodoh ya Pak,” sambut wanita itu dengan ramah membawa Dimas masuk ke dalam rumahnya.

“Dinas dimana suami, Buu..?” tanya Dimas iseng mengisi kekosongan pembicaraan.

“Sekarang suami saya jadi kepala kanwil di daerah Sumatera, dinas di departemen perdagangan, Pak. Jadi tadi abis serah terima jabatan saya kan harus mendampingi. Abis itu langsung balik ke Jakarta,” ucapnya.

“Buu.. masalah harganya itu, bisa digoyang lagi? Dan ini kan dengan furnitur nya, ya Buu.., maaf lupa dengan Ibu siapa yaa? Lupa saya waktu kapan hari padahal udah ke rumah ini,” ujar Dimas tersenyum ke arah wanita cantik dengan potongan rambut pendek.

“Saya dengan Sinta, Pak..! Masa nama gampang gitu lupa. Kalau ingat sama Rama pasti ingat Sinta, Pak.., hehehehe..,” sahut Sinta sambil tertawa kecil.

“Ooh.., iya Bu Sinta.., berarti nama suami ibu, Rama begitu?” ucap Dimas bertanya dengan polosnya.

“Hahahahahahaha.. bukanlah Pak..! Ternyata bapak lucu juga,” terpingkal-pingkal Sinta mendengar celoteh Dimas.

“Baik Buu.., yang akan beli ini kan Bos saya.., jadi berapa ini harga pas nya. Dan ingat, komisi buat saya juga Bu Sinta. Kalau bapak nggak ada nanti untuk tanda tangan di notaris bagaimana Buu?” Dimas menanyakan selengkap mungkin segala yang nanti akan jadi bahan pertanyaan Herlambang.

“Ini rumah atas nama saya Pak. Dulu dari orang tua saya. Tapi ada kok surat kuasa dan keterangan dari suami saya untuk menjual rumah ini,” ujarnya sembari memperlihatkan photo jenis-jenis surat yang ada di dalam galeri ponselnya.

“Baik Bu Sinta, berarti kita deal masalah komisi saya yaa.., dan fix harga rumahnya berapa ini berikut isinya. Kasih lah.., kurang Buu, biar besok langsung ke notaris. Jadikan Bu Sinta juga bisa ketemu sama Rama di Sumatera,” canda Dimas mengambil hati dari pemilik rumah.

Kembali Sinta, pemilik rumah itu tertawa dan akhirnya ia pun berkata, “Sampaikan sama Bos nya. Saya minta 1,2 milyar. nanti yang dua ratus juta saya kasih ke bapak sebagai komisi,” ucap Sinta pada Dimas.

“Baik Buu.., sepuluh menit lagi saya kembali ke rumah ini. Jadi siapkan aja surat-suratnya seperti KTP, KK, surat kuasa dan surat keterangan dari suaminya tadi. Sekarang saya mau cari bos saya,” pinta Dimas pada Bu Sinta.

“Sekarang Pak? Serius nih..? malam-malam begini?” tanya Sinta dengan mata melotot.

“Dua rius.., saya nggak main-main kalau bawa pembeli. Bos saya ini, duit nya nggak ada seri-nya, Bu Sinta,” ujar Dimas tersenyum lebar pada Sinta.

“Ahh.. Pak Dimas.., kalau nggak ada seri-nya mah duit palsu.., hehehehehe,” sahut Sinta mendengar kelakar Dimas saat mereka berdua di halaman.

Setelah percakapan antara Dimas dan pemilik rumah, Dimas kembali ke rumah Erlangga untuk menjemput Herlambang. Hanya memerlukan waktu sepuluh menit untuk kembali ke rumah Erlangga atau Herlambang.

Dimas pun menghubungi Herlambang dan menunggu diluar pagar dekat pos sekuriti rumah Herlambang. Dan yang jadi masalah saat itu dalam pikiran Dimas hanya masalah harga yang terlalu tinggi.

Namun untuk model rumah, dan letaknya yang berada di Hook, serta akses perumahan yang bagus sebenarnya sih dalam pemikiran Dimas, pasti Herlambang setuju dengan rumah yang baru saja dilihatnya.

“Malam Tuan besar.., saya sudah lihat rumah bagus, dekat wilayah ini juga dan sekitar sepuluh menit kalau ke rumah itu, cuman harganya kelewat mahal, Tuan besar,” ungkap Dimas bicara pada Herlambang lewat ponselnya.

“Kamu udah cek bangunannya bagus dan bukan rumah tipe lama kan? Lalu berikut furnitur nya dan paling tidak ada tiga kamar di rumah itu,” ungkap Herlambang tanpa menanyakan harganya.

“Malah ada empat kamar Tuan.., besar-besar. Dan ada tamannya dan gazebo serta kolam ikan. Bagus sih saya liat, cuman itu tadi harganya saya pikir kemahalan.., Tuan besar,” ujar Dimas dengan suara sedikit melemah. Karena pikiran Dimas saat itu, Herlambang ingin mencari rumah untuk Elena yang tidak mencapai angka 1Milyar.

“Memang berapa harganya?” tanya Herlambang saat Dimas terus mengeluhkan masalah harganya.

“Harganya itu... 1,2 Milyar, Tuan. Mahal sekaliii...,’ ungkap Dimas seolah menyesali angka yang kelewat besar dari Sinta, walaupun sebenarnya yang dua ratus juta sudah di janjikan sebagai komisi untuknya.

“Oohh.., harganya segitu.., Aku pikir berapa. Ok! cepat kamu jemput, aku mau lihat rumahnya. Dan kalau memang bagus aku ambil sekarang,” pinta Herlambang dengan intonasi semangat.

“Diambil ya Tuan besar.., maksudnya jadi Tuan besar mau ambil rumah itu. Bagus banget sih Tuan dan saya lihat..”

“Udah cepat jemput aku! Sekarang udah jam sembilan ini!” potong Herlambang saat Dimas terlalu berbelit-belit bicara.

Dengan hati penuh bahagia, Dimas yang sudah membayangkan komisi sebesar dua ratus juta di dalam pikirannya berkata dengan lembut dan intonasi penuh bahagia, “Saya udah di depan rumah Tuan besar.”

“Yaa, sekarang aku keluar,” ucap Herlambang menutup pembicaraan dengan kepala pelayan di rumahnya.

Dalam hati Herlambang pun bersorak, ‘Elena.., besok pagi Om akan jemput kamu. Kita akan ke notaris. Anggap saja, rumah ini sebagai rasa sayang Om sama kamu. Sayang bersabarlah.., aku jamin kamu akan hidup layak selama nya’

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Maaf yaa kakak... ಥ⁠‿⁠ಥ... makasih udh hadirʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ
goodnovel comment avatar
Haruki Matsuda
waduh thor..bnyk bgt koinnya untuk buka satu bab...
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Iya kak Alfin...️.. Dimas pemegang rahasia terbesar keluarga Herlambang.. makasih udh selalu hadir......️...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status