Home / Romansa / Antara Misi Dan Hati / Bab 28 Perang Dalam

Share

Bab 28 Perang Dalam

Author: Fei Adhista
last update Last Updated: 2025-04-16 22:59:35

Langkah-langkah sepatu bot berdenting di atas lantai marmer putih. Reina mengikuti Malik masuk ke ruang rapat istana. Interiornya megah, tapi tidak ada waktu untuk mengagumi detail. Semua orang di ruangan itu adalah perwira tinggi, dan tidak satu pun dari mereka terlihat santai.

Ia mengambil tempat di barisan belakang. Malik duduk di sebelah kiri, dua prajurit senior yang tidak dikenalnya ada di kanan. Reina tidak menunjukkan apa-apa di wajahnya, tapi tetap saja—ini aneh. Seorang lulusan baru dipanggil ke rapat rahasia di lingkungan istana?

Kolonel Bram membuka rapat dengan nada berat.

“Mandat langsung dari kerajaan. Pangeran Satya akan dijodohkan dengan Putri Salima dari Kerajaan Malaca. Pengamanan akan ditingkatkan secara besar-besaran.”

Reina nyaris tak bereaksi, tapi nama itu... Satya. Terlalu familiar. Otaknya mulai bekerja. Tak mungkin. Mayor Satya? Nama itu tidak pernah disebut dengan gelar.

“Kendala utama,” Bram melanjutkan, “Putri Salima menolak dikawal oleh tentara pria. Sed
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 71 Laki laki Yang kupilih dalam diam

    Mentari baru saja menyelusup malu-malu di balik tirai kain tipis, mewarnai langit barak dengan semburat jingga pucat. Satya membuka mata perlahan, lengannya masih terulur ke sisi ranjang yang biasanya hangat… tapi kini kosong.“Rei?” gumamnya parau, mencari kehangatan itu yang seharusnya masih bersandar di dadanya.Ia bangkit duduk. Selimut terjatuh ke bawah, dingin menyergap kulitnya, tapi jauh lebih dingin adalah kenyataan bahwa ranjang itu terlalu rapi untuk seseorang yang baru saja tidur bersamanya semalaman.“Rei…” suaranya lebih lantang, kini disertai langkah cepat menuju pintu.Tak ada jejak. Tak ada suara air di kamar mandi. Tak ada piring sarapan di meja. Hanya keheningan yang memekakkan.Dan di atas meja kerja—tepat di bawah cahaya matahari pagi—terletak sepucuk surat, dilipat rapi, dengan lipstik samar yang menandai tepi kertasnya. Satya menatapnya sejenak. Ada sesuatu dalam dada yang mengeras seketika. Tangannya gemetar saat mengambilnya.Ia buka perlahan. Matanya membaca

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 70

    Raja Mahesa menatap Reina dari balik tirai emas, sosoknya berdiri dengan kekuasaan yang tak terbantahkan. Di tangannya, selembar surat perjanjian telah ditandatangani oleh Reina—berisi janji bahwa ia akan meninggalkan Satya dan memutus pernikahan mereka secara diam-diam.“Keluar sekarang,” ucap Raja kepada ajudannya.Reina masih berdiri mematung di hadapan sang raja, hingga akhirnya Raja Mahesa berkata tanpa menoleh, “Mereka akan bebas… mulai besok pagi.”Reina menunduk dalam-dalam. “Terima kasih, Yang Mulia.”Tapi saat ia hendak pergi…Pintu terbuka cepat.Salima melangkah masuk, dengan ponsel di tangannya dan wajah yang gelisah.“Yang Mulia,” katanya sambil melirik sekilas ke arah Reina, “Saya baru saja mendapat pesan dari Ardian.”Raja mengerutkan dahi. “Apa maksudmu?”Salima mendekat, menaruh ponsel di meja, dan memutar layar ke arah raja."Tawanan ini... keluarganya punya hubungan dengan seseorang yang kalian lindungi. Jika Ghana ingin mereka kembali hidup, kirim seseorang yang c

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 69 Nyala Yang Tersembunyi

    Putri Naila masih berdiri di ambang lorong, angkuh dan penuh ejekan. Kedua pengawalnya mempersempit ruang gerak Reina. Lorong marmer istana berubah jadi arena tekanan. Tapi Reina... sudah cukup menahan. “Aku bertanya, apa kau yakin bisa berdiri di sisi Satya tanpa membuka semuanya?” ulang Naila dengan suara menekan. Reina menunduk sejenak. Napasnya berat. Tapi ketika ia angkat kepala, matanya bukan lagi mata seorang putri penyamar, melainkan mata prajurit. Mata yang dulu menembus kabut hutan, mata yang bertahan di bawah tembakan musuh. Satu tarikan napas. Satu langkah cepat. BRAK! Tangan Reina menyambar ke depan dan mendorong salah satu pengawal ke dinding, keras, membuat tubuhnya terpelanting dan terengah. Satu lagi mencoba menarik lengannya, tapi Reina berputar, menekuk siku lawannya dan menjatuhkannya dengan gerakan cepat, khas pasukan elite. Putri Naila mundur dua langkah dengan kaget. “Apa... kau—?!” Reina maju satu langkah, rambutnya berantakan, napasnya memburu. “Aku tid

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 68 Diam Yang Menggores

    Lorong istana terasa lebih panjang dari biasanya. Satya berjalan cepat di belakang Reina yang terus melangkah tanpa menoleh, gaunnya menyapu lantai dengan gerakan terburu. Para pelayan yang mereka lewati langsung membungkuk, namun keheningan tajam menyelimuti mereka. “Reina, tunggu dulu,” Satya akhirnya bersuara, menyentuh lengan istrinya dengan lembut. Tapi Reina hanya diam. Ia menepis tangan Satya dan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Satya menyusul, namun pintu dibanting tepat di depan wajahnya dan Satya hanya bisa menggertakkan gigi. Tak menyerah, ia memutar kenop pintu dan masuk begitu saja. Reina berdiri di dekat jendela, membelakangi suaminya. Bahunya naik-turun. Entah karena marah, atau karena menahan tangis. “Kenapa kamu diam? Katakan sesuatu,” desak Satya. “Aku tidak ingin bicara sekarang,” suaranya lirih, namun tajam seperti pisau. Satya melangkah mendekat. “Apa ini karena Salima?” Reina menoleh cepat, matanya merah. “Bukan hanya karena Salima! Tapi karena semua in

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 67 Bisik Yang Mengiris

    Matahari belum sepenuhnya naik ketika suara derit pintu kamar itu memecah kesunyian lorong utama sayap timur istana. Seorang pria bertubuh tegap keluar dengan langkah pasti, rambutnya masih sedikit acak, dan seragam militernya belum sepenuhnya rapi. Tapi siapa pun bisa mengenalinya—Mayor Satya, adik Pangeran Arvid. Atau, bagi sebagian kecil dari mereka yang tahu, satu-satunya pangeran yang masih memiliki hak pewaris yang sah.Tiga pelayan wanita yang baru saja membawa nampan sarapan untuk tamu-tamu bangsawan sontak menghentikan langkah. Mata mereka membelalak. Satu di antaranya terperangah melihat dari kamar mana sang Mayor keluar. Bukan dari ruang dinas. Bukan dari ruang sidang militer. Tapi dari kamar... Putri Aliya.“Y-Yang Mulia Satya... keluar dari kamar itu?” bisik salah satu pelayan dengan napas tercekat.“Dia menginap di situ? Atau… jangan-jangan…?” gumam yang lain, menatap dua temannya dengan mata penuh spekulasi.Satya melirik sekilas ke arah mereka, namun tak berkata apa-ap

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 66 Racun Dalam Cinta

    Istana terasa sunyi malam itu. Jamuan makan malam yang digelar secara pribadi oleh Putri Salima untuk Satya tampak mewah. Anggur merah dalam gelas kristal, lilin beraroma rempah menyala lembut, dan musik klasik mengalun pelan. “Terima kasih sudah datang,” kata Salima lembut, mengenakan gaun merah anggun yang menonjolkan lekuk tubuhnya. “Aku hanya ingin kita bicara… sebagai dua calon pasangan masa depan Ghana.” Satya diam. Tatapannya dingin. Tapi ia tetap duduk, menjaga sopan di hadapan utusan kerajaan asing. Salima menuangkan minuman untuknya, matanya penuh rencana. “Cobalah ini. Anggur spesial dari tanah Malaka. Konon bisa meredakan beban dan luka,” katanya. Satya menyesap sedikit. Rasanya manis, lebih manis dari biasanya. Tapi ia terlalu lelah untuk curiga… hingga kepalanya mulai berat. Napasnya melambat. Dunia berputar pelan. Ia sadar, ada yang tidak beres. “Apa yang kau—” gumamnya, setengah bangkit dari duduk. Salima mendekat. Tangannya menyentuh dada Satya. “Tenang saja...

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status