Antara Misi Dan Hati

Antara Misi Dan Hati

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-01
Oleh:  Fei AdhistaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
72Bab
909Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Lettu Reina Wardhani, terlibat dalam misi perdamaian di perbatasan Negeri Malaca dan Ghana setelah dia patah hati karena kekasihnya Dokter Vino pergi ke luar negeri tanpa kabar. Di tengah konflik berkepanjangan, ia bertemu dengan Kapten Arian yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Hingga Reina tersesat di Ghana dan bertemu dengan Mayor Satya Yudha Pratama seorang perwira militer yang misterius. Keduanya terikat dalam pernikahan yang awalnya hanya formalitas demi misi, namun perlahan benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Namun, takdir membawa Reina kembali ke tanah airnya dengan membawa rahasia besar—kehamilan yang merupakan buah cintanya dengan Satya. Enam tahun berlalu, Reina membesarkan anak kembarnya, Reisya dan Revan, sambil menyembunyikan identitas ayah mereka. Ketika Reisya jatuh sakit dan membutuhkan donor yang cocok, Reina dihadapkan pada dilema besar mengungkap kebenaran kepada Satya atau mempertaruhkan nyawa putrinya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kejutan Tak Terduga

Reina melangkah ringan di lorong rumah sakit, senyumnya tak bisa ditahan. Hari ini adalah hari yang sudah lama ia nantikan. Setelah berbulan-bulan bertugas di luar pulau akhirnya ia mendapat cuti, setelah tiga hari bertemu keluarga kini dia bisa bertemu dengan Vino, kekasihnya.

 

Ia membayangkan ekspresi terkejut Vino saat melihatnya tiba-tiba muncul di ruangannya. Mungkin pria itu akan memeluknya erat atau sekadar tersenyum lebar seperti biasa.

 

Namun, senyumnya perlahan pudar saat mendapati ruangan dokter itu kosong. Tak ada tanda-tanda keberadaan Vino. Rasa cemas mulai merayap di benaknya.

 

“Permisi, Dokter Vino ada?” tanya Reina pada seorang perawat yang kebetulan lewat.

 

Perawat itu tampak ragu sejenak, lalu menjawab dengan nada hati-hati, “Dokter Vino sudah tidak bertugas di sini lagi, Mbak.”

 

Reina mengernyit. “Maksudnya?”

 

Perawat itu menghela napas. “Dokter Vino sudah pergi ke Amerika minggu lalu. Dia melanjutkan pendidikannya di sana.”

 

Dunia Reina seketika terasa hampa. Suara-suara di sekelilingnya seperti menghilang, menyisakan keheningan menyakitkan yang menggerogoti dadanya. Ia menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata perawat itu.

 

“Amerika?” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. “Dia pergi... tanpa memberitahuku?”

 

Tangannya mengepal. Perasaan sedih, kecewa, dan marah bercampur menjadi satu. Ia rela menempuh perjalanan jauh, berharap mendapat momen berharga dengan Vino, tapi yang ia temukan justru kehampaan.

 

Sebelum air matanya jatuh, bunyi getaran dari ponselnya mengembalikannya ke realitas. Dengan tangan sedikit gemetar, ia mengangkat panggilan itu.

 

“Letnan Reina.”

 

Suara tegas dari komandannya membuat Reina langsung berdiri tegap. “Siap, Komandan.”

 

“Ada perintah darurat. Kami membutuhkanmu segera. Kembali ke markas secepatnya.”

 

Tidak ada waktu untuk larut dalam kesedihan. Sebagai seorang prajurit, tugasnya adalah prioritas utama. Ia menutup telepon dengan tatapan kosong, lalu menarik napas dalam-dalam. Sekuat tenaga, ia menekan perasaan kecewa yang menyelimuti hatinya.

 

Vino mungkin telah pergi, meninggalkannya tanpa penjelasan. Tapi Reina tak bisa berhenti di sini. Ada tugas yang harus ia jalankan. Ada negara yang membutuhkan pengabdiannya.

 

Tanpa menoleh lagi ke ruangan kosong itu, Reina berbalik dan melangkah pergi, kembali ke dunia yang selalu menerimanya tanpa syarat—dunia militer.

***

Reina berdiri di landasan udara dengan tas di pundaknya, menatap pesawat militer yang akan membawanya ke Negeri Malaca. Perasaan campur aduk memenuhi dadanya—bukan hanya karena tugas mendadak ini, tetapi juga karena Vino. 

 

Begitu pesawat mendarat di pangkalan militer Malaca, ia langsung diarahkan ke ruang pertemuan. Di dalam, empat orang prajurit pilihan lainnya sudah menunggunya. Mereka semua tampak tegas dan berwibawa, masing-masing membawa aura kepercayaan diri yang khas seorang prajurit berpengalaman.

 

Kapten Arian, pemimpin tim ini, bersandar di meja dengan tangan terlipat di dada. Tubuhnya tegap, matanya tajam menilai siapa pun yang baru masuk ke ruangan.

 

Saat Reina melangkah masuk dan memberi hormat, ruangan langsung sunyi. Keempat pria itu saling bertukar pandang, jelas terkejut.

 

“Apa ini semacam lelucon?” tanya Sersan Bayu, menaikkan alisnya.

 

“Aku tidak tahu kita akan bertugas dengan seorang wanita,” Kopral Jaka menambahkan, matanya menyipit curiga.

 

Reina tidak terpengaruh. Ia menatap mereka dengan tajam dan menjawab tegas, “Aku bukan sekadar wanita. Aku adalah Letnan Satu Reina Wardhani, dan aku ditugaskan sebagai bagian dari misi ini. Jika ada masalah dengan itu, bicaralah pada atasan.”

 

Sersan Bayu bersiul pelan, sementara Letnan  Faiz hanya mengangguk kecil, tampak menilai Reina lebih dalam.

 

Namun, ada satu orang yang tidak berbicara sama sekali—Kapten Arian. Sejak Reina masuk, pria itu hanya diam, menatapnya tanpa berkedip. Mata tajamnya menyapu wajah Reina seolah ingin menghafalnya. Baru setelah beberapa detik berlalu, sudut bibirnya terangkat tipis, menunjukkan ekspresi yang sulit diartikan.

 

“Saya Kapten Arian,” katanya akhirnya, suaranya dalam dan berwibawa. “Dan mulai sekarang, kita satu tim.”

 

Reina membalas tatapan Arian, tak menyadari bahwa detik itu juga, pria itu telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

 

Misi perdamaian di Negeri Malaca bukanlah tugas yang mudah bagi Reina dan timnya. Malam-malam mereka dipenuhi ketegangan, suara tembakan, dan ledakan yang menggema dari kejauhan. Perseteruan antara pemerintah Negeri Malaca dan Ghana semakin memanas akibat perebutan sebuah pulau kecil yang kaya akan tambang emas. Selain itu, perang saudara di Ghana semakin memperkeruh keadaan, menyebabkan banyak korban  yang tak bersalah.

 

Kapten Arian dan Reina menyusup ke daerah konflik dengan menyamar sebagai pasangan suami istri bersama beberapa tentara dari Negera lain yang tergabung dalam misi perdamaian, demi mengevakuasi warga  yang terjebak ketika terjadi  baku tembak. Mereka memasuki desa yang sudah porak-poranda akibat serangan.

 

Ketika mereka hampir selesai mengevakuasi warga yang tersisa, Reina menemukan seorang wanita muda yang terbaring di tanah, darah mengalir deras dari luka tembak di perutnya. Matanya yang sayu menyiratkan keputusasaan, namun ada sesuatu dalam sorotannya yang membuat Reina terkejut. Wanita itu menggenggam tangan Reina, menyelipkan sebuah benda dari marmer berukiran Bunga Teratai.

 

“Aku…  Naira….” Napasnya tersengal. “Temui… Adiya… Katakan… aku…” Tubuhnya melemah, dan dalam hitungan detik—ia meninggal.

 

“Reina, masih ada korbankah?” tanya Arian yang tiba-tiba menghampiri. Ia berjongkok dan melihat kondisi wanita itu. “Dia sudah meninggal ayo kita pergi.”

 

“Hei! Itu mereka!” Beberapa pemberontak berlari dengan senjata teracung.

 

“Reina, lari!”

 

Dor! Dor!

 

Peluru berdesingan, menghantam dinding kayu yang hampir roboh. Arian menarik tangan Reina, menyeretnya ke belakang sebuah meja besar yang sudah lapuk.

 

“Kita terkepung!” seru Arian sambil mengintip dari celah kayu. “Mereka terlalu banyak.”

 

Reina mengeratkan genggamannya pada benda milik Naira, lalu memasukkannya ke dalam celana panjangnya.

 

Matanya berkeliling, mencari cara untuk melarikan diri—dan di sudut ruangan, ia melihat sesuatu. Sebuah lorong kecil yang sebagian tertutup reruntuhan.

 

“Ada jalan keluar,” bisiknya. “Tapi kita harus mengalihkan perhatian mereka.”

 

Arian menatap Reina tajam. “Jangan bilang kau punya rencana nekat lagi.”

 

Reina hanya menyeringai. Ia mengambil benda kecil dari kantong bajunya dan melemparkannya ke tengah ruangan.

 

Praaang!

 

Suara pecahan kaca diikuti asap tebal memenuhi udara. Suara batuk dan teriakan membaur dalam kekacauan.

 

“Ikut aku!” Reina menarik Arian ke lorong. Mereka merayap masuk, gelap dan sempit, napas mereka berkejaran dengan detak jantung yang menggila.

 

Di ujung lorong, mereka menemukan sebuah ruangan bawah tanah yang penuh dengan tawanan—wanita, anak-anak, dan orang tua. Wajah-wajah pucat mereka dipenuhi ketakutan.

 

“Kami akan membawa kalian keluar,” kata Reina tegas.

 

Salah satu pria tua mendekat. “Tidak ada jalan keluar. Mereka berjaga di mana-mana.”

 

Dengan cepat, Reina dan Arian membantu para tawanan mengotori wajah mereka dengan debu dan lumpur. Mereka menutupi tubuh dengan kain kumal, sementara Reina dan Arian berpura-pura menjadi pengawal yang membawa “korban” keluar.

 

Ketika mereka berjalan keluar dari reruntuhan, para penjaga hanya melirik sekilas. “Cepat bawa mereka ke tempat aman,” perintah seseorang.

 

Namun, saat mereka hampir sampai di titik aman, seorang penjaga memicingkan mata, menatap Reina dengan curiga. “Hei, aku kenal wajahmu…”

 

Sial.

 

Tanpa pikir panjang, Reina menendang lutut pria itu dan merampas tongkat kayunya.

 

Bruuk!

 

Suara keras menggema saat Reina menjatuhkan benda berat ke tanah, menciptakan kepanikan. Para tawanan berhamburan ke berbagai arah, mencari perlindungan.

Arian berusaha menarik Reina, tapi ia justru berlari ke arah berlawanan.

 

“Reina! Kau mau ke mana?!”

 

“Aku harus mengalihkan perhatian mereka!” teriaknya.

 

Ia menarik perhatian penjaga lain dengan berlari ke arah hutan, memastikan semua mata tertuju padanya. Lalu ia bersembunyi ke dalam sungai yang merupakan menjadi pembatas antara Negeri Malaca dan juga Negara Ghana.

 

Setelah suasana sepi Reina mentas dan segera berlari  berlari tanpa henti, Reina akhirnya tumbang di tepi sungai yang lain. Napasnya berat, tubuhnya penuh luka gores akibat ranting dan duri.

 

 

“Aku… di mana?” gumamnya, menatap sekeliling. “Hutan ini berbeda. Terlalu sunyi, terlalu asing.” Reina tersadar jika dia tersesat.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Nonik Indriyani
ceritanya seru penuh aksi.. pgen tau lebih dalam asal usul Reina, tapi memang baru 5 bab jadi masih panjang keseruannya..
2025-03-24 22:32:35
0
72 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status