Beranda / Romansa / Apple of My Eye / Bab 2 Kisah Hidup Alana

Share

Bab 2 Kisah Hidup Alana

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-06 13:56:31

Di awal kisah, sudah tersinggung sedikit tentang keluargaku. Sebenarnya aku malas membahas tentang mereka, tapi ya mau tak mau itu harus dibahas. Mau gimana lagi, ini kisah hidup Alana. Emangnya Alana langsung lahir ke dunia, tanpa kedua orang tua? Nggak mungkin, kan? Oleh karena itu, mereka harus kuceritakan dalam kisah ini.

Biasanya ayah memanggilku Savannah, dengan suara manisnya. Sumpah ya ayah ini tentara, tapi nggak ada serem-seremnya. Biasanya bunda memanggilku Al, Lana, Lan atau Alana pakai tanda seru. Panggilan itu tergantung sama suasana hatinya sih. Terus kalau abang ganteng manggil aku dengan cukup singkat, Nak! Pakai ekspresi datar dan suara sadis ala-ala polisi galak gitulah.

Sumpah ya Bang, bisa gak sih manggil aku tuh yang normal aja. Alana, pakai nada suara manis gitu bak kakak ke adiknya. Bukannya malah kayak anak-anak ke emaknya. Naaak! Nakkk! Emangnya aku ini penanak nasi? Emangnya aku sejenis kata 'enak' gitu? Ih, KZL! Padahal abangku itu ganteng loh sumpah. Suaranya juga bagus, sebelas dua belas sama Mas Afgan alias mendayu merdu gitulah. Namun, ya gitu deh, kalau udah manggil aku persis kayak tikus kejepit pintu, sengak.

Bisa dibayangkan 'kan gimana keluargaku? Gak mirip-mirip amat sama keluarga TNI pada umumnya yang kaku dan dingin, 'kan? Ayah yang melankolis dan sedikit puitis, overprotektif terutama sama aku. Lalu bunda yang galak, cerewet, judes, dan gampang luluh serta tak mau kalah overprotektif. Abang ganteng yang ngeselin, yang nggak pernah ngajak aku jalan atau beliin coklat. Aku kurang kasih sayang, atau kebanyakan kasih sayang sih?

Selain itu, aku juga berada di antara himpitan kegalauan ayah dan Bang Ranu. Benar, mereka sedang terlibat konflik dingin terselubung. Bukan jadi rahasia kalau ayah nggak suka sama profesi abangku. Padahal kurang keren apa sih dia? Berseragam karena seorang polisi muda, mapan, sudah langsung perwira lagi di usia 25 tahun, dan gantengnya mewarisi ayah banget.

Bang Ranu adalah tipikal anak yang adorable dan pamer-able banget. Ganteng iya, mapan iya, keren iya. Di usia 19 tahun masuk Akpol dengan mulus tanpa sepeser rupiahpun. Di usia 23 tahun lulus dengan meriah Adhi Makayasa. Dan sekarang ia sudah menyandang gelar Ipda alias Inspektur Polisi Dua. Balok emas di pundaknya, Bok! Beneran deh sampai sekarang halaman depan rumah dinas ayah masih sering dipenuhi buket bunga buat dia. Biasalah dari fans fanatik dia gitulah, euw.

Namun, kenapa kok ayah dan Bang Ranu masih sering terlibat perang dingin? Masih sering terlibat percakapan tak jelas? Terselubung dan hanya orang cerdas yang paham, bukan termasuk aku. Alasannya simpel, karena Bang Ranu tak bisa meneruskan jejak ayah sebagai seorang tentara. Ayah sangat ingin anak lelaki satu-satunya itu bisa jadi perwira tentara, seperti dirinya. Termasuk otoriter ayahku, ya?

Ya apapun itu, sampai sekarang masalah sepele itu masih menjadi masalah besar dalam keluargaku. Ayah dan Bang Ranu jarang terlibat percakapan lebih dari 5 menit. Kalau ayah asyik menyirami rumput di depan, Bang Ranu lebih suka ngendon depan TV sambil makan kacang goreng buatan bunda. Suka bingung deh sama mereka. Harusnya ayah bangga ya anaknya jadi pegawai, nggak jadi pengangguran. Kembali lagi pada watak ayah yang entah apa.

Lalu, bagaimana sikap bunda pada keduanya? Jawabannya adalah, bunda tidak peduli dan sama sekali tak mau peduli. Serius, bundaku adalah ibu paling easy going, paling nyantai sedunia. Prinsipnya, asal ayah dan Bang Ranu nggak sampai gulat-gulatan aja mah biarin. Toh nanti kalau sudah sadar ya sadar sendiri. Bunda yang ajaib.

Bunda lebih bingung kalau harga wortel naik daripada permusuhan dingin antara ayah dan Bang Ranu. Bunda lebih suka ngurusin harga sayuran, beras, telur, gula, sabun mandi, dan lain sebagainya daripada mereka berdua. Bagi bunda, permusuhan terselubung mereka sungguh kekanakan dan itu aneh. Oke, sependapat Bunda! Sungguh seorang IRT yang telah lelah dengan dinamika rumah tangganya sendiri! Salut sama kesantaian bunda.

Lantas gimana denganku? Aku sih cuma kambing congek di rumah ini. Sebagai satu-satunya anak gadis yang sedang ranum bukannya dijaga baik-baik, aku malah dijadikan samsak hidup. Bukan jadi samsak pada arti sebenarnya kok, hanya aku selalu dijadikan sasaran kegabutan mereka. Ayah dan bunda yang terlalu sayang padaku, sehingga malah jadi terlalu protektif. Dan Bang Ranu yang berada di tengah himpitan ayah dan melampiaskannya padaku dengan sikap sadistis tanpa romantis. Cara Bang Ranu melihatku bak melihat lap kumal yang siap dimusnahkan.

Pulang kuliah jam berapa? Sama siapa? Pokoknya bunda jemput! Gak usah makan di kantin kampus, nanti kamu dibius pakai narkoba. Gak usah naik angkot nanti kamu diculik. Gak usah kabur diam-diam dan nongkrong di balkot, nanti kamu dibawa orang. Mungkin itu sederet kalimat yang selalu diucapkan bunda setiap hari padaku. Hiks, hidupku bagaikan Rapunzel di dunia modern.

Please, aku sudah 20 tahun. KTP aja udah punya sejak 3 tahun yang lalu. SIM A dan C juga sudah punya dan cuma jadi penghias dompet bunda. Iyalah, bunda menyita kedua SIM-ku itu, hiks. Lebih baik bunda nggak masak daripada nggak bisa jemput aku pulang kuliah. Lebih baik bunda ketinggalan acara Persit daripada nggak bisa tahu kabarku setiap detiknya. Dan itu sebelas dua belas dengan sikap ayah.

Perpaduan ayah dan bunda telah siap untuk menghancurkan hidup Alana kapan saja. Jadinya Alana menjadi seorang anak yang berlogo kupu-kupu, kuliah pulang-kuliah pulang. Berangkat kuliah 10 menit menjelang jam masuk kuliah. Dan 10 menit sebelum jam kuliah selesai, sopir ayah sudah terpampang manis di depan gedung. Tentu saja dengan panggilan telepon menyala, terhubung langsung ke ayah atau bunda.

Why? Why always Alana, Ayah Bunda? Simpel Lana, karena kami tak mau kamu rusak. That's it! Alasan yang simpel tapi menohok, senohok-nohoknya. Mereka tak mau aku rusak dalam hal apapun, baik fisik maupun mental. Makanya mereka menjagaku sebisa mungkin. Selain ilmu agama yang diterapkan sejak dini, pelajaran PMP di rumah juga tak pernah ketinggalan. Mereka tak mau aku jadi menjelma jadi anak ibukota yang ehem, maaf, rusak. Mendingan aku kuper berat daripada jadi urakan, itu pemikiran mereka.

Bahkan, ayah dan bunda susah payah mengutip 'Generasi Micin', 'Kids Zaman Now' hanya demi menceramahiku. Mereka tak mau aku jadi salah satu atau salah dua dari dua istilah itu. Okay fine, hela napas, please aku nggak segampang itu. Aku bukan tipe anak yang suka ikut arus. Contohnya ketika teman-temanku demam Tik-Tok, aku nggak ikutan. Sejujurnya, aku punya dunia dan caraku sendiri dalam memandang dunia. Aku berprinsip, sumpah! Namun, apa yang mereka katakan? Mereka tak percaya itu dan menganggapku pintar bicara. Hiiii, sumpek!

Di balik kesumpekan hidupku punya orang tua seperti itu, terbesit sedikit kebanggaan di benak ini. Siapa yang tak bangga terlahir sebagai putri bungsu seorang perwira tentara dengan 3 melati di pundaknya? Walaupun sedikit melankolis romantis, otoriter, overprotective, tak kusangkal kalau ayah punya wibawa yang ehem ketika berseragam. Kolonel Infanteri Adi Haris Wibawa, usia 52 tahun. Berwajah ganteng, kulit kuning dengan mata tajam dan hidung mancung.

Punya bunda yang cantik menawan di balik daster bunga-bunganya, bernama Sekar Arum Dewayani atau yang kadang ditulis Sekar Arum Wibawa. Wanita elegan pecinta acara masak memasak yang berusia 48 tahun. Penyuka parfum bunga mawar dan anggrek yang hobinya ngomel. Namun, bisa juga elegan ketika berseragam Persit dan memandu para anggotanya. Hobi memanjakanku, atau cenderung terlalu memanjakan karena sangat ingin punya anak perempuan dulu.

Okay, itulah sekilas tentang keluargaku? Sekarang tentangku yang hidup bak badak bercula satu yang dilindungi habis-habisan. Namun, aku juga bisa hidup normal. Normal dalam artian, masih bisa jatuh cinta dan merasakan apa itu cinta. Ih, jadi malu. Namun, serius, aku telah mengenal cinta semenjak datang ke kota romantis ini. Ibaratnya suasana romantis kota ini mengubahku secara otomatis menjadi melankolis.

Ah, jadi senyum-senyum sendiri kalau mengingat tentang ia. Ia romantis untuk ukuran lelaki yang biasanya cuek, mengacu pada Bang Ranu. Bayangin cara menyatakan cintanya, lelaki itu memenuhi balkon kampus dengan daun kering yang dibentuk namaku, "Alana I Love You!" Waaah, romantis nggak sih? Ya walapun setelah itu dijewer satpam kampus sih, tetep aja romantis. Ih, penasaran kan dia siapa? Mau tahu aja apa mau tahu banget! Ikutin terus yuk petualangan Alana!

***    

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Juman BW
masih meraba-raba ke mana jalannya cerita ini. sama sekali gak punya gambaran ceritanya bakal dibawa ke mana.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Apple of My Eye   Bab 39 Tangis Orang Terlupakan

    Aku hanya bisa melongo melihat kondisi kamar pengantin di pinggir pantai ini. Mirip seperti kapal karam yang pecah kena ombak, super berantakan. Perasaan tadi malam waktu datang masih rapi dan cantik dengan hiasan bebungaan. Lha kok sekarang udah mirip TPS gini yak. Memangnya aku dan Mas Dru abis ngapain sih? Perasaan cuma ehem-ehem doang nggak sampai banting-bantingan perabotan.Bunga-bunga cantik yang ada di atas kasur sudah berhambur ke seluruh kamar. Oh iya, karena Mas Dru yang melempar selimut dengan kasar dan menimpaku, uhuuu. Terus sofa itu bantalnya terbang kemana semua? Oh iya, di bawah sofanya gara-gara Mas Dru merebahkanku di atas sana. Kami kan menempel di sofa itu tadi malam, uhuk.Lantas tirai tipis di atas ranjang kayu kok bisa robek ya? Ups, sepertinya aku yang melakukannya. Aduh, dituntut nggak ya sama yang punya? Kenapa jiwa mudaku dan Mas Dru jadi sebar-bar ini? Malu gue, sumpah!

  • Apple of My Eye   Bab 38 Malam Cicilan Dimulai

    Siapa sih yang pertama kali bikin istilah kambing congek? Aku berterimakasih betul sama orang itu, sebab aku sah banget jadi kambing congek sekarang. Menunggu pernikahan yang kurang beberapa minggu lagi sambil menonton kemesraan mesum ala kemanten baru bukan cita-citaku, sumpah. Demi apaan sih dua manusia yang sama-sama panas itu mengumbar kemesraan mereka di depan hidungku.Pagi-pagi, mereka pamer ciuman bibir lekat kayak ketan di depan pintu kamar. Tepat saat aku baru saja melek dan mau minta makan di lantai bawah. Siang hari aku menyaksikan mereka saling memeluk manja sambil cubit-cubitan di bawah tangga. Ngapain cobak? Malam hari aku harus dengerin suara-suara aneh dari kamar seberang. Lagi bikin bayi atau bikin meja sih mereka tuh! Bikin aku harus tidur pakeheadsetsepanjang malam.Okay baiklah, aku hanya kambin

  • Apple of My Eye   Bab 37 Abang-abang Gila

    Drupada Sadika Djati POV“Jadi Dek Drupada dan Saudari Alana, ini Surat Izin Menikah kalian. Dengan ini, kalian sudah resmi sebagai suami dan istri di militer,” ucap Komandan sambil menyerahkan sebuah berkas. Akhirnya, surat berharga ini selesai juga.“Tapi ingat, kalian belum menikah secara resmi di agama. Jadi jangan coba-coba nyicil ya!” potong Komandan usil setengah bercanda. Tahu kok maksudnya.“Izin Komandan, menyicil apa ya?” pertanyaan itu meluncur bebas dari kesayanganku, Alana. Aduh Sayangku ini masa nggak tahu bahasan 20+++.“Errr, nyicil apa Dru?” alih Komandan dengan wajah kacau.“Siap, nyici

  • Apple of My Eye   Bab 36 Hari-hari Panas yang Lambat

    Mau tak mau tradisi pingitan harus kami jalani. Dua keluarga besar sudah curiga kalau aku dan Mas Dru makinhot. Mereka tak mau kami melanggar norma walau Mas Dru bukan tipe lelaki seperti itu. Tapi yang namanya setan, pintar memperdaya manusia, kan? Bunda takut kalau kami terjebak hujan di pondok terus melakukan uhuk-uhuk yang berbuah dua garis merah. Nanti pernikahannya bukan karena cinta tapi karena terpaksa, takut perutku membesar duluan. Alamak Bunda, kenapa bayanganya sinetron amat, tapi bener sih.Jadi, sudah seminggu lebih kami cuma bisa ketemu lewat suara. Sebab aku juga dilarang kirim foto dan video. Pertemuan kami di dunia nyata dan maya bener-bener terbatas demi kesucian cinta, halah. Okelah nggak apa-apa, Alana memang bukan orang alim, tapi Alana masih takut dosa. Alana nggak mau jadi perempuan rusak sebelum waktunya, meskipun rusaknya sama calon suami sendiri.Udah deh nyerocosnya, mending

  • Apple of My Eye   Bab 35 Sunny Side-up

    Sampai detik ini, aku masih tak percaya jika akan segera menjadi istri orang. Seorang Alana yang gitu mau nikah? Ini serius apa? Dua ratus rius Alana dodol, tuh lihat setumpuk berkas menanti tanganmu. Mereka butuh diurus ke lembaga sana dan sini. Mulai dua hari yang lalu aku mengurus pengajuan nikah. Membaca map biru yang diberi Mas Dru saja sudah membuatku puyeng duluan.Ini seriusan ada puluhan surat yang harus diurus? Demi menikahi seorang tentara ganteng kecup-able, Drupada, aku harus mengurus puluhan surat dari beberapa lembaga yang berbeda. Haloooo, gimana dengan tugas kuliahku yang makin rumpik. Belum lagi pengajuan judul skripsi dimulai minggu depan. Hwaa, aku ingin pingsan.Jangan pingsan Alana, nanti kamu nggak jadi nikah sama Mas Dru. Kamu harus setrong demi kebahagiaanmu kelak. Ah hatiku tak henti menyemangati hati yang lain. Sesekali mematut diri di kaca. Badanku sering terbalut seragam hijau pu

  • Apple of My Eye   Bab 34 Disidang sama Jantung Hati

    Bertikai di asrama saat kamu akan mengurus pengajuan nikah bukan cita-citamu kan, Lana? Ya enggaklah, cita-citaku jelas, jadi istrinya Drupada Sadika Djati. Jadi jantung hatinya, yang akan memilikinya siang malam. Bukan untuk disidang seperti pesakitan. Apalagi untuk menodai nama baiknya di tempat ini.Tapi entah kedatangan manusia ajaib ini merusak semuanya. Nama baik Mas Dru dan nama baikku juga. Demi apaan calon istri Drupada ribut dengan mantan tunangan Drupada di asrama dan di saat aku baru saja berkenalan dengan pejabat batalyon. Itu sangat runyam. Jujur, tadi Danyon, Wadanyon, dan beberapa perwira mendatangi kami yang jadi sumber keributan.Kami didudukkan bersama. Diwejangi banyak hal hingga hampir sejam. Telinga dan bokongku sangat panas karena pesan itu lebih berantai daripada omelan bunda selama ini. Semoga ayah dan bunda tidak dihubungi ya? Supaya masalah nggak tambah runyam. Alana bisa nggak kamu berhent

  • Apple of My Eye   Bab 33 Pertikaian di Asrama

    Langit mendung di atas sana tidak berarti suram lagi. Justru nuansa hujan gerimis suram ini menambah mendayu suasana hatiku dan hatinya. Kini kami tak lagi terkungkung dengan perasaan yang abu-abu. Perasaanku dan Mas Dru sudah berwarna-warni. Dominan merah jambu dong ya, ahihi.Ini hari minggu pagi yang suram, tapi hatiku sangat cerah. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, tapi Mas Dru mengajakku untuk jalan-jalan keliling kota. Padahal macet dimana-mana, tapi katanya malah asyik bisa lama-lama bersamaku. Sembari mendengarkan lagu cinta dari pemutar musiknya, sesekali kami curi-curi pandang. Ahay, gini amat rasanya jatuh cinta setelah patah hati. Gimana ya rasanya setelah nikah nanti? Apa makin indah atau makin panas?“Mau kemana sih Mas pagi-pagi ujan gini? Enakan di rumah makan gorengan sambil minum teh,” ucapku sambil melihat jalanan yang ramai. Ini manusia, ujan-

  • Apple of My Eye   Bab 32 Hari Bahagia

    Aku meringis kesakitan sambil mengelus betisku yang pegal. Semua karena hukuman ayah yang seperti ayah tiri, disuruh berdiri pakai satu kaki selama 45 menit. Pengen nangis tauk rasanya. Gini amat nasib Alana. Nggak dapat cintanya Mas Dru, masih juga dihukum sama ayah bunda gara-gara ngrusak masa depannya orang lain.Masa depanku memang suram karena baru patah hati sama Mas Dru. Namun, seenggaknya aku nggak boleh ngancurin masa depannya dia. Iya-iya aku tahu, aku juga nggak mau kayak gini. Tapi nggak tahu kenapa hatiku yang bodoh ini lho, sukanya maksa pengen ketemu Mas Dru dan Mas Dru.Nggak ada ya manusia lain selain Mas Dru, mirip dikit bolehlah. Mirip semua dari wajah sampai sifatnya. Kalau ada kenalin dong, supaya aku nggak ngancurin hidupnya Drupada lagi. Manusia tipe Drupada Sadika Djati itu memang tipeku sekaleee. Susah nglupainnya woey.Sama seperti saat ini, aku sedang senyum-senyum sendiri mirip

  • Apple of My Eye   Bab 31 Jujur Sakit, Bohong Lebih Sakit

    Regita Loka Cakananta POV“Apa maksud kalian membatalkan pernikahan? Kalian ini waras apa nggak?”“Gita, apa Dru selingkuh?”“Siapa selingkuhannya? Anak siapa?”“Apa jangan-jangan kamu yang selingkuh, Git?”“Apa kalian tidak saling mencintai?”Well,you know-lah siapa yang lagi ngamuk seperti singa ini? Papaku tercinta. Tentu saja beliau ngamuk nggak karuan saat tahu aku dan Drupada menghadap dengan tujuan membatalkan pernikahan. Kami memang memutuskan untuk datang ke Bandung setelah malam menyakitkan itu.Bagaikan dilempar

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status