Kkk
Aranjo berlari keluar dan melihat Ara, sudah berdiri di halaman depan kediaman ini. Segel pembatas sudah dihilangkan oleh Sang Kaisar dan itu membuat Ara dapat melangkah masuk ke dalam kediaman ini.
"ARA!" seru Aranjo dan menghambur ke dalam pelukan Ara.
"Aranjo!" balas Ara dan memeluk Aranjo erat.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Ara sambil memeriksa tubuh Aranjo.
"Semua baik-baik saja, hanya masalahnya aku masih mengingat apa yang aku lalui di dunia fana!" jawab Aranjo jujur.
"Dewa Erlang dan Dewa Vulcan! Kedua Dewa itu adalah Jenderal dan Raja Kerajaan Qiyang!" jelas Ara.
Aranjo mengangguk dan berkata, "Aku tahu dan sudah bertemu dengan mereka di aula! Dan hanya aku yang memiliki ingatan akan mereka!"
"Oh, Aranjo!" Kembali Ara memeluk Aranjo. Dirinya tahu jelas apa yang dilalui Aranjo di dunia fana bersama kedua Dewa itu. Sangat buruk jika hanya Aranjo yang memiliki kenangan akan hal terseb
HhhAranjo menatap tanpa berkedip dan tidak tahu malu. Sedangkan Sang Kaisar melepaskan pakaiannya, sambil menatap Aranjo dengan wajah datar tanpa ekspresi apapun.Aranjo menelan ludah. Seperti bayangannya, tubuh Sang Kaisar sempurna. Saat ini pakaian bagian atas Sang Kaisar sudah terlepas sempurna, tinggal celana panjang tipis berwarna putih yang masih bertengger dari pinggul ke bawah. Otot-otot sempurna dengan perut yang rata sampai pusarnya dan apa yang ingin dilihat Aranjo masih tertutup celana panjang putih.Kaisar mulai mengaitkan jari di pinggang celananya dan hendak menarik turun."CUKUP! CUKUP!" seru Aranjo buru-buru.Kaisar melepaskan pinggang celananya dan berdiri tepat di hadapan Aranjo setengah telanjang, seakan menunggu apa yang ingin dilakukan Aranjo.Aranjo tidak menyangka Kaisar akan melakukan perkataannya dan apa yang harus dilakukannya sekarang? batin Aranjo."M-masuk ke kolam!" perintah Aranj
BbbBayi yang baru dilahirkan dengan mata yang masih tertutup langsung dialirkan ke aliran sungai. Bayi mungil itu tidak menangis dan tertidur lelap saat keranjangnya mulai bergerak mengikuti arus.Sang dukun melihat keranjang itu sampai hilang dari pandangannya, memastikan keranjang itu tidak terbalik apalagi tenggelam. Sisanya itu diserahkan kepada Dewa, apakah bayi itu akan ditemukan oleh suku tabib atau dimangsa hewan buas.***"Niang*! Ada keranjang!" pekik Yu Yang bocah perempuan berusia 5 tahun kepada Nian Zhen, kepala suku tabib.Seperti biasa Nian Zhen akan menyusuri sepanjang sungai untuk menemukan bayi-bayi malang. Merawat mereka yang bertahan hidup dan menguburkan mereka yang meninggal.Malam ini setelah hujan lebat akhirnya berhenti, tetapi guntur masih saling bersahutan, Nian Zhen mendapat firasat akan ada bayi istimewa yang akan datang padanya.Nian Zhen menghampiri keranjang yang tersangkut di be
HhhAranjo muda berlari mengelilingi toko dan naik ke lantai atas. Namun, tidak ada benda apapun yang menarik perhatiannya seperti miniatur pagoda emas yang ada di ruang dimensinya. Lelah berkeliling, akhirnya Aranjo beristirahat di dalam kamar yang telah disiapkan oleh Griffin. Aranjo menghabiskan hari-harinya di dalam toko dan menolak saat Griffin mengajaknya berkeliling kota. Saat ini ingatannya telah kembali dan sikapnya tidak lagi sesuai dengan tubuhnya yang baru berusia 15 tahun. Aranjo lebih senang berada di toko dan mengamati orang-orang maupun mahluk alam lain yang berwujud manusia.Pelayan Griffin yang bernama Goro juga pindah kemari dan memperlakukan Aranjo dengan hormat. Toko di Qiyang, saat ini diserahkan kepada siluman elang lainnya yang masih merupakan saudara Goro. Tidak ada masalah bagi Griffin untuk berpindah dari toko-tokonya, bukankah Griffin dapat menggunakan kemampuan teleportasinya dengan bebas.Tidak terasa, hari ketiga
Bubur habis sampai suapan terakhir. Lalu, Aranjo mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan bibir prajurit itu perlahan.Xue Min menangkap tangan Aranjo yang sedang memegang sapu tangan."Apakah kamu sering melakukan ini?" tanya Xue Min."Melakukan apa?" tanya Aranjo."Melakukan ini! Melepaskan pakaian pria dan menyuap makan mereka!" ujar Xue Min. Memikirkan kemungkinan wanita ini pernah melakukan hal ini terhadap pria lainnya, cukup membuatnya marah."Tidak! Hanya Tuan!" jawab Aranjo. Dirinya tidak sepenuhnya berbohong. Memang ini kali pertama Aranjo melepaskan pakaian seorang pria, di kehidupan kedua ini.Xue Min melepaskan tangan Aranjo. Lalu kembali merebahkan tubuhnya di ranjang rotan dan memejamkan mata, seraya berkata, "Mungkin sebelum matahari terbit akan ada pasukan kerajaan yang menemukan kita! Jadi bersiaplah!""Baik!" jawab Aranjo dan kembali duduk di kursi kayu reyot yang ada di balik me
HhhAranjo duduk menyamping tepat di depan tubuh kokoh sang pangeran. Kedekatan ini cukup menggelitik hasrat Aranjo dan dirinya juga yakin sang pangeran, merasakan hal sama.Kuda berderap lambat menyusuri jalan setapak. Aranjo yang duduk menyamping, sesekali hendak terjatuh karena tidak berpegangan pada apapun."Peluk tubuhku!" ujar Xue Min. Apa yang ada dipikirannya? Seharusnya, dirinya membiarkan wanita ini duduk sendiri di atas kuda lain. Namun, Xue Min menyukai kedekatan ini, bahkan tubuhnya dijalari perasaan menggelitik yang menyenangkan. Dirinya tidak memiliki pengalaman dengan wanita, tetapi bukan berarti dirinya tidak tahu akan hal tersebut.Aranjo menengadah menatap sang pangeran yang juga sedang menunduk, menatapnya. Tatapan mereka terkunci dan Aranjo ingin mengecup bibir tipis itu. Namun, tentu tidak di sini, tidak dengan cadar menutup wajahnya.Aranjo masih menatap sang pangeran dan satu tangannya mulai dilingkarkan p
Keesokan harinya, pemukiman suku tabib kembali kedatangan prajurit istana. Yu Yang berlari ke dalam pondok utama, di mana Nian Zhen dan Aranjo sedang meracik obat."Niang! Prajurit istana datang kembali!" seru Yu Yang terburu-buru.Nian Zhen meletakkan guci keramik tempat bubuk obat dan merapikan pakaiannya."Tunggu di sini!" perintah Nian Zhen kepada Aranjo.Aranjo mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya. Apakah Xue Min datang menjemputnya? batin Aranjo sambil tersenyum.Nian Zhen bersama Yu Yang berjalan keluar pondok menuju gerbang pemukiman."Salam! Aku Guo, tangan kanan Ratu Luoyang! Menyampaikan perintah Ratu untuk membawa wanita suci bernama Aranjo masuk ke dalam istana!" Guo pelayan senior dan kepercayaan Ratu menyampaikan perintah itu.Karena ini adalah titah dari Ratu, maka Nian Zhen tidak memiliki alasan untuk keberatan. Tadi, Nian Zhen mengira bahwa putera mahkota yang datang untuk
"Ikuti semua perintah Nona Aranjo dan pastikan semua bahan yang dimintanya terpenuhi! Untuk bahan yang tidak ada, maka beritahukan padaku. Aku akan menemukannya walaupun itu diujung dunia!" ujar sang Ratu dingin.Dayang senior mematuhi perintah Ratu dan mengantar Aranjo ke dapur kediaman ini. Dapur berada cukup jauh ke belakang, karena kediaman ini begitu luas. Lalu, Aranjo meminta disiapkan bahan-bahan herbal yang telah ditulisnya pada secarik kertas. Sang dayang bergegas pergi dan meninggalkan Aranjo sendirian di dapur yang begitu luas.Di dapur tidak ada satu pelayan pun, karena memang sudah melewati waktu makan malam. Setelah memastikan keadaan sekeliling sepi dan tidak ada orang lain, barulah Aranjo memanggil Griffin, sahabatnya."Akhirnya! Aku kira kamu sudah mengabaikan diriku!" ujar Griffin saat muncul di hadapan Aranjo."Aku butuh bantuanmu!" seru Aranjo langsung."Tunggu! Tunggu! Di mana ini?" tanya Griffin p
Wang Xue Huan merasa tubuhnya lebih bertenaga saat terbangun di pagi hari. Bahkan, dirinya dapat berpindah dari ranjang ke kursi rodanya, dengan menggunakan kekuatan tangannya sendiri. Yang mana, selama ini hal itu adalah tidak mungkin.Menggunakan kedua tangannya, Xue Huan menggerakkan roda pada kursinya ke arah cermin yang ada di meja.Dengan cepat, Xue Huan mengambil cermin itu dan dirinya berkaca. Apa yang diberikan oleh wanita suci itu? Bahkan warna wajahnya berubah menjadi begitu baik.Seakan merasakan keajaiban, Xue Huan mencoba berdiri dari kursi rodanya.BRUKKK!Segera dua orang prajurit masuk ke dalam kamar, berlari ke arah Xue Huan yang terjerembab di lantai dan membantunya kembali duduk di kursi roda.Kembali harapannya menguap seperti sebelumnya. Kekecewaan membuatnya marah dan yakin dirinya yang terlalu bodoh, mempercayai wanita suci itu.Wajahnya kembali ke semula, muram dan kosong tan