Aranjo melewati hari-harinya di Paviliun kecil itu, dirinya akan bermain sendiri di saat pengasuhnya harus membantu di kediaman utama.
Aranjo yang sebagian wajahnya tertutup cadar hitam, duduk di lantai Paviliun dan bermain dengan boneka kain usang kesukaannya. Boneka kain ini dijahit sendiri oleh Ara, pengasuhnya.'Kriittt'
Pintu Paviliun di buka perlahan, Aranjo menatap ke arah pintu melihat siapa yang datang. Aranjo tersenyum senang saat melihat siapa yang membuka pintu.
Dua saudarinya mengunjungi Paviliun untuk melihatnya. Ini pertama kali mereka berkunjung ke Paviliun. Sebelumnya mereka selalu menghindar saat tidak sengaja bertemu dengannya di kediaman utama.
Aranjo melihat terpukau ke arah dua saudarinya. Dua saudarinya sangat cantik dengan balutan gaun yang indah, kebalikan darinya. Pakaian Aranjo hanya beberapa helai dan itu semua dijahit oleh Ara dari kain sisa yang didapatkan dari kediaman utama.
"Mari kita bermain..." ujar salah satu saudarinya.
Kedua saudarinya masing-masing memegang boneka cantik dan mewah. Aranjo sangat senang kedua saudarinya datang mengajaknya bermain.
"Tentu!" ujar Aranjo bahagia.
Halley dan Helene saling memandang dan tersenyum penuh makna. Lalu Halley melempar bonekanya ke hadapan Aranjo, kepala boneka itu terlepas. Helene berlari keluar Paviliun meninggalkan mereka berdua dan Halley mulai menangis.
Aranjo tidak mengerti apa yang sedang dilakukan kedua saudarinya. Dirinya hanya duduk diam di tempatnya tadi sambil memeluk boneka usang miliknya.
Tidak lama, Dewi Angin bergegas masuk ke dalam Paviliun. Ara mengikuti Dewi Angin kembali ke Paviliun, hatinya sangat tidak tenang dan merasa akan ada hal buruk yang menimpa Aranjo.
Halley berlari memeluk ibundanya, dan menangis sesenggukan sambil berkata "Ibu.... Aranjo merebut dan merusak boneka milikku!"
"Iya bu, tadi aku melihatnya merebut boneka itu dari Halley!" ujar Helene sambil memegang rok ibundanya.
Ara menghampiri Aranjo dan memeluknya erat, dirinya tahu jelas niat jahat kedua saudarinya itu. Aranjo tidak pernah menyentuh barang yang bukan miliknya, sebagus apapun itu.
"Kau.. anak iblis! Beraninya menyentuh barang milik putriku! Kamu harus diberi pelajaran agar kelak tidak berani mengulanginya lagi!" ujar Dewi Angin dengan suara menggelegar.
Dirinya bahkan tidak ingin repot mendengar penjelasan dari anak itu, kebenciannya sangat mendalam dan ini kesempatan yang tepat untuk menghukum anak iblis itu.
"Nyonya.. tolong.." belum selesai Ara memohon, dirinya sudah dibuat bungkam dengan kekuatan sihir Dewi Angin.
Lalu Dewi Angin meletakkan sihirnya pada Aranjo, seraya berkata "Renungkan kesalahanmu di hutan kabut malam ini!"
Lalu ibu dan anak itu berjalan keluar dari Paviliun. Aranjo merasa kedua tangannya tidak dapat digerakkan dan kakinya yang tanpa alas kaki berjalan sendiri keluar Paviliun.
Sihir yang membungkam Ara terlepas saat Dewi Angin keluar dari Paviliun namun tidak ada yang dapat dilakukan Ara terhadap sihir yang mengikat Aranjo. Ara hendak mengejar Aranjo dan menemani anak itu ke hutan kabut.
Namun Ara tidak dapat keluar dari Paviliun, Dewi Angin tahu jelas Ara pasti akan menemani anak iblis itu jadi Dewi Angin memasang pembatas yang tidak dapat dilewati oleh Ara.
Aranjo berjalan meninggalkan Paviliun, entah sudah berapa lama dirinya berjalan.Kakinya sakit karena berjalan tanpa alas kaki, namun dirinya tidak dapat menghentikan langkahnya. Tentu Aranjo tidak dapat melepas sihir Dewi Angin yang telah menguasai tubuhnya.
Aranjo berjalan cukup jauh, hutan kabut adalah hutan di alam langit. Hutan itu dihuni oleh mahluk-mahluk yang tidak pantas hidup di alam langit dan mereka terjebak disana tidak dapat masuk maupun keluar dari hutan itu.
Hutan itu selalu dihindari oleh Dewa dan Dewi penghuni alam langit, hutan itu merupakan tempat pembuangan. Karena alasan itulah, Dewi Angin mengirim Aranjo kesana berharap anak iblis itu tetap tinggal di sana dan tidak pernah kembali ke kediamannya lagi.
Aranjo merasa lelah dan haus, tingkatan sihirnya masih sangat rendah dan dirinya masih dapat dengan cepat merasa lapar dan haus. Tidak seperti kedua saudarinya yang selalu menerima kekuatan sihir dari kedua orangtuanya. Aranjo hanya mengandalkan diri sendiri untuk menambah kekuatan sihirnya dengan berlatih dari Ara, meskipun kemampuan sihir Ara tidak seberapa namun setidaknya Aranjo bahagia ada yang mengajarkan ilmu sihir kepadanya.
Aranjo berjalan masuk ke dalam hutan kabut. Sesuai dengan sebutannya, hutan ini diselimuti kabut tebal walaupun namanya hutan namun hanya sedikit tanaman yang tumbuh di dalamnya. Jalan masuk ke hutan penuh dengan bebatuan dan itu melukai kaki kecil Aranjo.
Aranjo berjalan sangat lama dan akhirnya kakinya berhenti melangkah saat dirinya berada di tengah-tengah hutan itu. Aranjo terduduk di tanah bebatuan dan mengatur nafasnya. Setelah berhasil mengatur nafasnya, Aranjo melihat sekeliling hutan mencari apakah ada buah yang dapat dimakannya.
Namun tanaman yang tumbuh di hutan ini belum pernah dilihatnya dan tidak memilki buah hanya batang besar dan daun yang lebat. Hutan ini cukup gelap karena kabut yang tebal menghadang sinar matahari, dan di hutan ini sangat dingin. Satu hal yang pasti, Aranjo sama sekali tidak merasa takut dan dirinya dapat melihat dengan jelas di hutan yang cukup gelap ini.
Akhirnya Aranjo berhenti melihat sekeliling, dirinya masih duduk di atas tanah. Aranjo menekuk kedua lutut kaki dan memeluknya.
Aranjo memikirkan kembali apa yang baru saja terjadi. Selama ini, dirinya selalu mencoba berpikir bahwa dirinya sama dengan kedua saudarinya, mungkin orang tuanya terlalu sibuk untuk mengurusnya.
Walaupun diperlakukan dengan berbeda tetapi Aranjo tetap berusaha tersenyum dan tidak menangis. Aranjo tidak ingin membuat Ara mengkhawatirkan dirinya.
Namun apa yang terjadi tadi seakan membuka lebar mata Aranjo. Kedua saudarinya jelas menjebaknya dan ibu bahkan tidak meminta penjelasan darinya. Itu artinya memang dirinya tidak disukai.
Aranjo sering mendengar para pelayan yang berbisik tentang dirinya, mereka mengatakan dirinya anak iblis seperti yang dikatakan ibundanya tadi. Jika dirinya anak iblis mengapa dirinya tinggal di alam langit dan diperlakukan seperti ini? batin Aranjo.
Perhatian Aranjo teralihkan ke arah depan, Aranjo melihat ada sesuatu yang bergerak disana.Aranjo yang masih kelelahan merangkak ke arah itu dan melihat seekor burung kecil yang penuh warna tergelak disana. Dengan kedua tangan mungilnya Aranjo perlahan mengangkat burung kecil itu dan melihat apa yang terjadi.
Sayap burung kecil itu sepertinya terluka dan bulu burung itu terlihat basah. Pakaian Aranjo sangat tipis tidak memiliki kain lebih, jadi Aranjo melepas cadarnya dan menggunakan cadar hitam itu membungkus burung kecil itu berharap burung itu hangat. Tidak ada siapa-siapa di hutan ini, jadi tidak masalah jika dirinya tidak menggunakan cadar.
"Dimana orang tuamu?" tanya Aranjo sambil mengelus lembut kepala burung kecil itu.
"Apakah kita sama? Apakah orang tuamu juga tidak menginginkan dirimu?"
"Apakah karena itu kamu juga dibuang ke hutan ini?" ujar Aranjo.
Dan inilah pertama kali Aranjo menangis, dirinya merasa sangat sedih. Mengapa dirinya diperlakukan seperti ini? Aranjo selalu berusaha menjadi anak yang baik dan tidak merepotkan. Namun hanya karena dirinya anak iblis, semua kelakuan baiknya tidak dianggap.
Dewa Archer, Sang Kaisar yang saat ini sedang berada di ruang bacanya, tiba-tiba meletakkan gulungan yang dibacanya tadi.Dewa Archer dapat merasakan kesedihan yang mendalam yang dirasakan Aranjo. Sewaktu menerima permintaan Raja Iblis untuk terlibat dalam tumbuh besar bayi itu, dirinya telah meletakkan sedikit kekuatan sihir kepada bayi itu. Dan sihir itu akan memberitahunya saat bayi itu dalam keadaan terancam, marah maupun sedih.500 tahun sudah berlalu dan ini pertama kalinya dirinya menerima perasaan bayi itu. Kaisar bangkit dari duduknya lalu pergi ke tempat di mana Aranjo berada dengan kekuatan sihirnya.Kembali ke hutan kabut, Aranjo menghapus air matanya dan kembali memeriksa keadaan burung itu. Aranjo memberikan kekuatan sihirnya yang tidak seberapa kepada burung kecil itu, berharap burung itu dapat bertahan. Dan benar saja, setelah menerima kekuatan sihirnya burung kecil itu membuka mata kecilnya dan menatap Aranjo."Kamu baik-baik saja?" tanya Ara
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Ara sambil memeriksa seluruh tubuh Aranjo."Iya!" jawab Aranjo. Lalu bangkit dari tidurnya dan duduk di atas ranjang."Kapan dan bagaimana kamu kembali?" tanya Ara."Entahlah! Ah... mungkin berkat bantuan teman-teman baru saya!" lanjut Aranjo bersemangat."Teman?" tanya Ara, tidak yakin akan apa yang didengarnya."Burung kecil dan siluman dengan rambut berwarna abu-abu!" jelas Ara dengan antusias.Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Aranjo, Ara yakin anak itu bermimpi. Tidak ada mahluk hidup di hutan kabut dan tidak ada satupun mahluk di alam langit dengan rambut berwarna abu-abu selain Kaisar.Ara tidak perduli bagaimana Aranjo bisa kembali ke Paviliun, yang penting saat ini Aranjo baik-baik saja. Ara yakin sepertinya Aranjo dilindungi oleh penjaga hutan kabut tersebut, tentu karena Aranjo anak yang baik."Jangan keluar dari Paviliun selama beberapa hari kedepan!" pesan Ara.Dirinya yakin
Aranjo melewati hari-harinya dengan sangat gembira, dirinya akan pergi diam-diam saat Ara membantu di kediaman utama.Aranjo akan menghabiskan waktunya dengan membaca atau berendam di kolam air hangat yang ajaib.Walaupun waktu yang dihabiskan di sana cukup lama namun tidak pada kenyataannya, semua berkat jam pasir itu. Namun Aranjo tidak pernah bertemu dengan siluman itu lagi, sesekali siluman akan memberikannya catatan yang berisi pertanyaan.Hal itu untuk melihat apakah Aranjo benar-benar memahami bacaannya. Aranjo akan menulis jawaban dari pertanyaan itu, tidak sulit baginya. Aranjo akan memberikan separuh makanan enak yang dimilikinya dan meletakkannya di atas meja baca itu. Itu sebagai tanda terima kasih kepada temannya."Esok akan diadakan cara ulang tahun ayahmu!" ujar Ara saat mereka makan malam di Paviliun."Ya, pesta itu pasti sangat meriah, terlihat bagaimana sibuknya pelayan kediaman utama untuk mempersiapkan acara besok ," ujar Aranjo samb
Helene berdiri dari duduknya dan dengan suara lantang berkata, "Aranjo, cepat sajikan teh itu sebelum dingin!"Ucapan Helene seakan tamparan bagi Aranjo, dirinya yakin Helene ataupun Halley yang meminta pelayan itu menariknya ke kediaman utama. Dan sekali lagi dirinya terjebak dalam perangkap yang mereka buat. Apapun yang dikatakannya untuk menjelaskan alasan mengapa dirinya berada di aula ini sudah tidak berguna, Aranjo harus siap menerima hukumannya nanti."Salam Dewa Malam dan Dewi Angin. Apakah Dewi muda ini putri sulung Anda?" tanya salah satu Dewa yang hadir.Aranjo menunduk dan perlahan mundur, tetapi Helene menghampirinya dan memegang lengannya.Dewa Malam bangkit dari duduknya dan berkata, "Benar."Aranjo hanya menunduk tidak berani menatap ke arah ayah ataupun ibunya. Saat ini dirinya yakin dirinya berada dalam masalah besar."Kakak Aranjo, bagaimana jika kakak memainkan sebuah lagu untuk menambah kemeriahan acara ulang tahun ayah?" tany
Aranjo merasakan angin kencang, tubuhnya mundur ke belakang dan menahan pandangan dengan tangannya. Aranjo tidak ingin debu masuk ke dalam matanya.Roh-roh jahat yang sedari tadi mengikuti Aranjo langsung menghilang saat merasakan kehadiran Griffin.Seketika angin kencang tidak lagi berhembus namun Aranjo merasakan sesuatu berada di hadapannya. Aranjo menurunkan tangannya dan perlahan membuka matanya.Aranjo terlompat kebelakang dan jatuh terduduk, mata Aranjo membelalak melihat mahluk di hadapannya."Tolong jangan makan aku! Diriku tidak memiliki banyak daging dan jika kamu memakan diriku aku yakin kamu akan tersedak!" ujar Aranjo sambil terus mundur kebelakang.Aranjo menatap lurus ke arah mahluk itu, dirinya pernah membaca gulungan mengenai mahluk seperti di hadapannya. Binatang spiritual agung yang jarang terlihat, konon hanya ada satu Griffin di setiap masa dan saat mereka mati akan berubah menjadi abu. Griffin berikutnya akan terlahir dari abu Gri
Aranjo lalu duduk di tepi sungai, lalu menggulung roknya ke atas dan mulai membersihkan ikan-ikan itu. Sebagai Dewi yang memiliki kekuatan sihir rendah, dirinya hanya dapat menciptakan ruang kecil untuk menyimpan benda-benda miliknya.Tidak dapat menampung banyak barang, lain halnya dengan mereka yang memiliki kekuatan sihir tingkat tinggi, mereka akan mampu menciptakan ruang yang luas untuk menyimpan benda-benda berharga.Aranjo mengeluarkan pisau dan bumbu bakar yang telah diraciknya, lalu meminta Griffin mengumpulkan kayu bakar. Setelah ikan bersih, Aranjo membawanya ke tempat dimana kayu bakar ditumpuk.Memilih batang kayu yang kurus dan membersihkannya menggunakan pisau lalu menusuk ikan yang telah dibumbui.Sudah waktunya menyalakan api, kemampuan sihirnya belum mampu untuk mengendalikan unsur inti bumi yakni air, udara, api dan tanah. Aranjo menatap Griffin dan bertanya, "Bisakah kamu menyalakan api?"Griffin mendekatkan paruhnya ke tumpukan rant
Aranjo tidak lagi ingin terkena masalah, jadi dirinya menuruti perkataan Dewi Angin dan tidak menginjakkan kaki ke kediaman utama.Namun, tidak semua hal berjalan sesuai dengan kehendaknya. Keesokan harinya adalah hari terakhir di mana Aranjo berada di alam langit.***Di Kota Danzou, tepatnya di gubuk kumuh. Gemuruh petir menyambut kelahiran seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Dukun yang membantu kelahiran sangat terpukau dengan kecantikan bayi mungil itu.“Seorang bayi perempuan, Nyonya!” ujar Dukun itu sambil membersihkan dan membungkus bayi kecil itu.Nyonya Ji mengulurkan tangannya dan menyambut bayi yang sudah dibalut selimut lembut. Tidak masalah bayi ini perempuan ataupun laki-laki. Dirinya baru dapat hamil setelah berusia senja dan itu merupakan berkat paling indah yang diterimanya.Nyonya Ji memeluk bayi itu, dan melihat bayinya memiliki rupa yang begitu rupawan.“Aku akan panggilkan Tuan Ji!” Dukun itu keluar dari kamar unt
Aranjo tidak lagi peduli dengan seluruh tubuhnya yang basah kuyup. Ingatannya telah kembali, rasa benci dan marah menguasai dirinya.Aranjo menatap Ara dan bertanya, "Mengapa kamu kemari? Tidakkah hal itu akan membuat dirimu dalam masalah?""Kaisar mengijinkan aku mengunjungi dirimu! Namun, tidak bisa terlalu lama!". jelas Ara."Ka-isar...!" ujar Aranjo dan teringat kepada teman silumannya yang ternyata adalah Sang Kaisar. Selama ini, Aranjo selalu menganggap siluman itu adalah temannya, tetapi kenyataannya tidak seperti itu.Temannya itu tidak hanya tidak membelanya, tetapi juga menjatuhkan hukuman yang begitu keji."Apakah... Apakah teman yang kamu bilang membantumu keluar dari hutan kabut adalah Kaisar?" tanya Ara.Ara teringat, dulu Aranjo pernah menceritakan teman yang ditemuinya di hutan kabut. Siluman dengan rambut perak, hanya Sang Kaisar yang memiliki tampilan seperti itu di seluruh alam.Aranjo mengangguk, dan berkata, "D