Dewa Archer, Sang Kaisar yang saat ini sedang berada di ruang bacanya, tiba-tiba meletakkan gulungan yang dibacanya tadi.
Dewa Archer dapat merasakan kesedihan yang mendalam yang dirasakan Aranjo. Sewaktu menerima permintaan Raja Iblis untuk terlibat dalam tumbuh besar bayi itu, dirinya telah meletakkan sedikit kekuatan sihir kepada bayi itu. Dan sihir itu akan memberitahunya saat bayi itu dalam keadaan terancam, marah maupun sedih.
500 tahun sudah berlalu dan ini pertama kalinya dirinya menerima perasaan bayi itu. Kaisar bangkit dari duduknya lalu pergi ke tempat di mana Aranjo berada dengan kekuatan sihirnya.
Kembali ke hutan kabut, Aranjo menghapus air matanya dan kembali memeriksa keadaan burung itu. Aranjo memberikan kekuatan sihirnya yang tidak seberapa kepada burung kecil itu, berharap burung itu dapat bertahan. Dan benar saja, setelah menerima kekuatan sihirnya burung kecil itu membuka mata kecilnya dan menatap Aranjo.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Aranjo girang. Kesedihannya teralihkan saat melihat burung kecil itu sudah lebih baik.
Kaisar tiba di hutan kabut, apa yang terjadi dengan Aranjo? Kaisar tahu anak itu tidak diterima baik di dalam keluarga Dewa Malam, namun itu bukan alasan yang tepat untuk mengirim anak itu ke hutan kabut.
Aranjo melihat ke arahnya, dan untuk seketika Aranjo terdiam seakan sedang berpikir keras."Apakah Anda siluman?" tanya Aranjo polos.
Saat ini dihadapannya berdiri sosok yang mengagumkan, tidak seperti Dewa yang biasa dilihatnya di alam langit. Sosok itu sangat indah, wajahnya terpahat sempurna dan yang paling menarik perhatian Aranjo adalah warna rambut sosok itu yang tidak pernah dilihatnya.
Sosok tinggi dengan wajah terpahat sempurna dan rambut panjang berwarna abu-abu serta tubuh tinggi itu dibalut pakaian mewah berwarna hitam pekat.
"Aku bukan siluman!" jawab sosok itu.Bahkan suaranya sangat merdu, membuat Aranjo merasa tenang.
Kaisar melihat jelas aura yang mengelilingi tubuh mungil Aranjo, aura berwarna kuning tanda kekuatan sihir yang rendah.Namun, yang menarik perhatiannya adalah warna lain yang membingkai aura kuning tersebut. Ada biasan berwarna emas kemerahan membingkai aura tersebut.
Kaisar dapat melihat bagaimana bayi itu tumbuh menjadi anak yang berparas jelita dengan aura penggoda yang kental. Tatapan anak itu dapat membuat yang menatapnya merasa sayang padanya dan senyumannya dapat membuat mereka yang melihatnya menyerahkan segala hal untuknya.
Kaisar tidak dapat memprediksi masa depan anak itu dan ini adalah pertama kali baginya.
"Jika begitu, siapa Anda?" tanya Aranjo kembali.
"Temanmu," jawab Sang Kaisar.
Mata Aranjo berbinar, saat mendengar kata teman. Selama ini dirinya tidak memiliki teman sama sekali, tidak ada yang berani melihatnya apalagi menjadi temannya.
"Apakah Anda yakin? Anda tahu biasanya mereka menghindari diriku karena mereka mengatakan diriku adalah anak iblis!" ujar Aranjo, dirinya tidak ingin teman barunya mendapatkan masalah.
"Tentu!" jawab Sang Kaisar. Lalu dengan kekuatan sihirnya, satu buah persik yang cukup besar muncul di atas genggaman tangan Sang Kaisar. Kaisar mengulurkan tangannya yang memegang buah persik ke hadapan Aranjo.
"Itu buatku?" tanya Aranjo sambil menatap penuh tanya ke arah Sang Kaisar. Aranjo tidak pernah menerima pemberian dari siapapun selain dari pengasuhnya, Ara.
Kaisar mengangguk, lalu Aranjo mengambil buah itu. Burung kecil yang terbungkus cadar hitamnya berada di atas pangkuan. Aranjo membelah buah persik itu menjadi beberapa bagian, walaupun dirinya sangat haus dan lapar namun potongan pertama Aranjo berikan kepada burung kecil itu.
Burung kecil memakannya dengan lahap, Aranjo senang melihat burung itu pulih. Lalu potongan kedua, Aranjo berikan kepada Sang Kaisar.
"Ini sangat lezat! Anda juga harus memakannya!" ujar Aranjo, saat dirinya melihat sosok itu tidak menerima potongan buah yang diberikannya.Kaisar menerima potongan buah itu, namun tidak memakannya dan menghilangkan potongan buah itu menggunakan sihir.
Setelah memberikan potongan buah itu kepada teman-temannya baru Aranjo memakan sisa buah itu.
"Jika Anda adalah temanku, bukankah itu artinya Anda juga teman burung kecil ini?" tanya Aranjo dengan mulut yang penuh buah.
Kaisar menatap burung kecil di atas pangkuannya dan mengangguk pelan.
"Bisakah Anda memberi sedikit kekuatan kepadanya? Dia sangat lemah, tadi aku sudah memberi kekuatanku tapi tidak terlalu berpengaruh," ujar Aranjo.
Kaisar memberikan sedikit kekuatannya kepada burung itu. Burung kecil itu mengepakkan sayapnya dan mulai terbang mengitari Aranjo. Aranjo bangkit dari duduknya dan sangat bahagia melihat burung kecil itu telah pulih.
Sedikit kekuatan Kaisar tentu memberikan pengaruh yang sangat kuat. Tidak banyak yang beruntung memiliki kesempatan menerima kekuatan sihir Sang Kaisar.
Setelah beberapa kali terbang mengitari Aranjo, burung kecil itu terbang ke hadapan Sang Kaisar, seakan hendak mengucapkan terima kasih.
"Pastikan kamu membalas budi baik gadis itu!" ujar Sang Kaisar saat burung kecil itu saat terbang dihadapannya.
Burung kecil itu terbang mengitari Kaisar lalu terbang pergi meninggalkan mereka.
Griffin, itulah sebutan untuk burung kecil tadi. Burung elang dengan tubuh singa yang merupakan binatang roh yang hidup di hutan kabut.
Griffin akan terlahir dari tanah hutan kabut yang penuh dengan logam dan bebatuan mulia. Logam dan batu mulia di alam langit tentu berbeda dengan yang ada di alam lainnya.
Jika kegunaan batu dan logam mulia di alam lain untuk bertransaksi tapi yang ada di alam langit dapat memberikan kekuatan sihir kepada yang menemukannya.
Hanya akan ada satu Griffin yang terlahir menggantikan pendahulunya yang telah mati. Dan burung itu terlihat baru saja terlahir dari tanah hutan kabut ini.
"Wah... Kekuatan Anda sungguh hebat!" ujar Aranjo kagum. Melihat bagaimana burung kecil itu dapat langsung terbang setelah menerima kekuatan dari sosok itu.
Kaisar melihat jelas luka di kaki Aranjo, lalu Kaisar memberikan sihirnya kepada Aranjo.
Seketika Aranjo merasa tubuhnya menjadi lebih kuat dan perlahan luka-luka di kakinya menghilang. Tidak sempat mengucapkan terima kasih, Aranjo merasa matanya sangat berat dan akhirnya jatuh tertidur.
"Istirahatlah! Dan esok kamu akan kembali ke Paviliun, saat dirimu terbangun!" ujar Sang Kaisar, masih memberikan sihirnya kepada Aranjo.
Masa depan Aranjo tidaklah sederhana, terlihat jelas bagaimana jodoh baru terbentuk antara Griffin dengan dirinya. Griffin burung roh tertua yang lahir di alam langit, burung legendaris itu tidak pernah menampakkan diri mereka di hadapan mahluk manapun.
Kaisar memberikan sedikit kekuatan sihir untuk Aranjo, tubuh anak itu sangat lemah dan dirinya juga membuat anak itu tertidur. Itu akan membantu tubuh Aranjo pulih.
Keesokan harinya, Aranjo terbangun dan matanya terbuka perlahan. Untuk sesaat Aranjo memperhatikan keadaan disekelilingnya."Aranjo..." suara Ara memanggil dirinya terdengar jelas.
"Ara.. " ujar Aranjo sambil menatap ke arah pengasuhnya.
Ara memeluk erat tubuhnya, tadi pagi saat dirinya terbangun Aranjo sudah berada di sisinya. Mereka selalu tidur bersama di ranjang kecil ini.
Ara tidak berani menyentuh Aranjo karena tubuh anak itu di lindungi oleh sihir yang kuat. Dan saat Aranjo terbangun, sihir itupun menghilang. Ara tidak yakin apa yang terjadi dengan Aranjo, dirinya akan menanyakannya nanti.
Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh
"Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer
Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap
Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri
"Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp
Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan