Share

2. Apes, Julia.

Author: SIM
last update Last Updated: 2020-11-20 09:15:06

Julia melebarkan bola matanya syok. Memandang dua manusia yang sedang melakukan aksi mesum itu di ruangan CEO. Perempuan itu menjadi salah tingkah ketika Arjuna si pemeran utama lelaki yang lebih dulu tersadar tengah balas menatapnya dengan tajam.

Bersiap-siap Arjuna akan mengamuk.

"Pak Arjun eh …. Maaf saya tadi sudah mengetuk pintu tapi and-"

"KELUAR!" Teriakkan Arjuna menggema memenuhi ruangan itu.

Julia sadar kalau Arjuna akan semakin marah padanya setelah ini. Dengan raut menyesal karena telah mengganggu “aktifitas” sang atasan, Julia pamit undur diri dengan gerakan tubuh yang masih sangat sopan. Walaupun sebenarnya ia mati-matian menahan ketegangan. Leher belakangnya tiba-tiba merinding. Bulu halus di sekujur tubuhnya sepertinya ikut berdiri.

Julia berkomat-kamit memohon ampun kepada Sang Kuasa karena matanya sudah mulai ternodai untuk aksi tidak senonoh yang tidak sengaja ia lihat tadi. 

Gadis itu menunggu di luar dengan gelisah. Kata-kata “pecat” dari tadi terus terngiang di otaknya. Tetapi sesekali Julia merutuki bosnya yang sebenarnya lebih salah. Kenapa harus di kantor, sudah begitu pintu tidak dikunci. Memangnya si bos ingin karyawan lain lihat? Pamer? Di rumah, hotel, atau apartemen kan bisa. Kalau di kantor malah mengganggu tata tertib. Enak sekali jadi bos, melanggar aturan seenaknya tapi tidak akan pernah mendapat hukuman, kecuali kena sanksi moral. Ya, semoga dia cepat sadar dan terkena sanksi moral, atau kalau tidak azab dari Sang Kuasa saja sekalian. 

Setelah ini pasti Arjuna akan memecatnya secara tidak terhormat. Julia merutuki kecerobohannya yang selalu saja berakhir dengan sial. Ada saja kejadian aneh yang selalu berhubungan dengan bosnya itu. Andai dia mempunyai kekuatan untuk menghilangkan diri, sepertinya Julia akan menghilang dari tadi. 

Huh, sial!

"Pak Arjuna menyuruhmu masuk!" wanita cantik yang tadi bersama Arjuna tengah kepergok melakukan perbuatan mesumnya itu keluar menatap Julia kesal.

Julia balas menatap penampilan wanita itu dengan ngeri. Rambut yang acak-acakan. Kemeja yang kusut dengan beberapa kancing atas yang masih terbuka. Bibir yang bengkak dengan lipstik yang tercoret ke mana-mana. Juga rok span yang sangat pendek berwarna hitam itu terdapat bekas menurut Julia itu adalah bekas sperma? Mungkin. 

Oh, astaga mengerikan sekali. 

"Apa yang kamu lihat. Cepat pergi sana!" Perempuan itu terlihat mengusir. 

Julia menggeleng kuat, lalu melangkah tergesa masuk ke dalam ruangan CEO dengan langkah was-was. Baik, ia sudah sangat ketakutan sekarang. Ruang yang seharusnya membuatnya segan ketika masuk ke dalam, kali ini terasa sama persis seperti ruangan eksekusi tahanan penjara. Ia berharap nasibnya tidak seperti wanita tadi.

Suhu dingin AC membuat langkahnya berjalan lambat dan kaku. Keringat dingin bertambah lebih dingin. Julia berharap ia tidak akan masuk angin setelah keluar dari sini. Tadi sebelum masuk ke dalam sini, ia sudah memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh supaya hidupnya selamat setelah ini. Amin. 

"Permisi?" Gadis itu berjalan mengendap-ngendap. Ia berhenti menahan nafasnya ketika melihat tampilan bosnya dari belakang yang tengah sibuk memakai kemeja warna hitam. Julia melirik ke bawah tidak berani menatap atasannya itu secara langsung. 

Astaga jantungku, seram sekali, batin Julia dalam hati. 

Arjuna terlihat sangat menarik dengan tubuh yang berotot dilapisi kemeja hitam yang membentuk tubuhnya dengan pas. Tidak kebesaran, dan tidak juga kekecilan. Otot-otot bosnya terlihat sangat keras sempurna. Pasti akan sakit sekali jika ia kena tinju. Juga terlihat dada bidang yang lebar dan tubuhnya yang kekar.

"Silahkan duduk!" Arjuna berbalik badan dengan jemari yang masih sibuk mengancingi kemejanya satu persatu. Pria itu menatap Julia penuh minat. Julia yang sekarang jauh berbeda ketika terakhir kali mereka bertemu saat kecelakaan kecil waktu itu sekitar tiga bulan yang lalu. 

Julia yang sekarang lebih fresh tanpa wajah kusut, kelelahan, dan juga cengkungan hitam itu berganti dengan tatapan mata yang cerah. Gadis itu terlihat putih bersih natural. Hidungnya memang tidak mancung, tapi di mata Arjuna gadis itu memiliki hidung yang mungil. Bibir gadis itu berwarna merah, bukan merah mencolok seperti wanita penggoda yang sering bersamanya, tapi bibir gadis ini merah lembut. Juga yang selalu menjadi perhatian Arjuna adalah saat gadis di depannya ini tengah menatapnya dengan mulut agak terbuka. Dia berkomat-kamit. 

Julia sungguh menggemaskan.

Julia melempar pandangannya ke jendela berusaha bersikap biasa saja ketika secara terang-terangan sang atasan menatapnya buas. Menilai tubuhnya dari atas sampai ke bawah. Julia merasa pakaian di tubuhnya dilucuti dengan paksa. Dan itu tidak sopan menurut Julia.

"Baiklah aku tidak mau basa-basi lagi. Dan kamu sudah terlanjur membuatku marah-"

"Maaf, Pak, tapi tadi itu-"

"Jangan menyelaku. Aku belum selesai bicara!" teriak Arjuna marah dengan menggebrakkan tangan pada meja kerjanya. Cukup kuat untuk membuat Julia terkejut dan ketakutan setengah mati. Lagi-lagi Julia memilih menunduk setelah mengangguk singkat.

"Lain kali lebih sopan padaku!"

Julia mengangguk lagi tanpa berani memandang wajah atasannya.

"Jadi….” Arjuna menatap Julia penuh minat. “Kapan kamu akan membayar ganti rugi, hem? Sudah tiga bulan aku menunggunya. Kamu tidak lupa kan dengan kesalahanmu?" tanya Arjuna. Ia masih berdiri dengan kedua tangan yang menumpu pada meja, memandang Julia rendah.

"Maaf Pak Arjuna, saya belum memiliki uang. Tapi saja janji akan membayar ganti rugi itu. Tolong beri saya waktu lagi.” Mohon Julia meminta keringanan. Lagi-lagi Julia harus memperlihatkan wajah melasnya yang sama sekali tidak berpengaruh pada Arjuna. 

Arjuna mengitari mejanya. Berdiri di sebelah Julia dengan tangan kanan yang menumpu pada meja, dan tangan kiri yang tertekuk memegang pinggangnya. Tidak lupa dengan senyuman manisnya. Sengaja dibuat manis. Arjuna memang memperlihatkan wajah santainya supaya Julia tidak merasa terintimidasi ataupun terancam. 

Julia harus mendongak untuk menatap Arjuna.

"Tenanglah Julia. Aku bukanlah bos yang kejam. Tapi aku akan memotong lima puluh persen dari gajimu selama dua tahun," ucap Arjuna enteng, dan jelas-jelas Julia malah menampilkan wajah syok yang terlihat lucu untuk Arjuna.

"Tapi, Pak!"

"Shtttt … jangan banyak protes!"

"Pak Arjuna, saya membutuhkan banyak uang untuk-"

"Dan satu lagi, Nona Julia." Arjuna menjulurkan tangannya menggapai nota kecil di tepi mejanya.

"Menurut catatan yang diberikan asistenku, kamu beberapa kali telah meminjam uang dengan nominal yang bisa dibilang tidak sedikit pada perusahaan. Untuk apa uang itu, hah?" Arjuna menutup nota tersebut cepat dengan satu gerakan tangannya.

Julia menunduk berusaha berpikir keras. Tubuhnya bergetar hebat dengan situasi yang tidak bersahabat. Mana mungkin Julia akan memberitahukan alasannya. Karena bagaimanapun juga itu adalah aib keluarganya, dan Julia mati-matian akan menjaga rahasia keluarganya.

"Saya sangat membutuhkan uang itu. Maaf saya tidak bisa memberitahu anda," Ia menggeleng, menyesal.

"Untuk apa? Shopping, SPA, liburan, mempercantik diri, atau membeli barang mewah?" tanya Arjuna penuh gertakan. Rasa penasarannya semakin menjadi. Ia tidak terima ketika Julia memilih bungkam. Tentu itu bukan jawaban yang bagus yang sesuai dengan yang Arjuna harapkan. 

Julia tetap kukuh diam membisu.

"Dengar, Nona Julia. Aku akan memberikanmu penawaran yang menarik. Kamu boleh meminjam uangku berapapun yang kamu mau tanpa perlu menggantinya. Asalkan kamu-" Arjuna tiba-tiba menarik dagu Julia. Mengecup bibir lembut perempuan itu dengan gemas. Julia terkejut dan mendorong dada Arjuna dengan kuat, membuat lelaki itu terpaksa mengakhiri ciuman sepihaknya, "-menjadi milikku." 

Plak. 

Pipi Arjuna terasa panas. Ia mengusap pipinya dan menatap Julia tajam.

"Saya memang membutuhkan uang itu, tapi saya bukan wanita murahan yang mau menjual diri hanya untuk mendapatkan uang dengan mudah. Ingat itu baik-baik, Pak Arjuna yang terhormat!"

"Cih, beraninya kamu-" Arjuna menarik Julia, lalu mendorong tubuh Julia dan menghimpitnya ke tembok. Lelaki itu berusaha mencium Julia untuk yang kedua kalinya. Tapi Julia berusaha memberontak. Aksi saling mendorong pun terjadi. Tenaga Arjuna tentu lebih unggul. Julia sampai kewalahan untuk menyelamatkan dirinya. 

"Pak, tolong lepaskan saya!"

"Sekuat apapun kamu berteriak tidak akan ada yang menolongmu!" sela Arjuna marah dengan tangan yang berusaha menarik lepas kemeja Julia.

Brekkk.

"Pak, jangan lakukan ini, saya mohon …!" Julia semakin berteriak menjadi-jadi. Ia berusaha menutupi tubuhnya yang terekspos. Air matanya meluncur deras seiring ketakutannya.

"DIAM!"

"Lepas ...." Julia berusaha mendorong tubuh Arjuna. Hanya ini kesempatan terakhirnya, membuat lelaki brengsek di depannya sadar. Julia berpikir akan menendang bagian tertentu Arjuna dengan kuat. 

Dug.

"Arghhh, perempuan sialan!"

Julia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu ketika Arjuna lengah sibuk memegang selangkangannya yang nyeri sambil mengerang kesakitan. Dengan langkah tergesa-gesa Julia berlari keluar meninggalkan ruangan terkutuk itu.

Arjuna terus mengumpat melihat Julia yang lolos dari ruangannya. 

Bersambung. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
SIM
.........Semangat
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sepertinya menarik! ga sabar buat baca semuanyaaa btw author ada sosmed ga? mau follow dong
goodnovel comment avatar
SIM
Up up up up up up
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    45. Tamat.

    Bonus. Arjuna dan Julia adalah pasangan suami istri yang bahagia. Delapan bulan setelah pernikahan mereka, mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Arka. Kehadiran Arka membawa keceriaan baru dalam kehidupan mereka.Arka tumbuh dengan pesat. Di usianya yang ke-8 bulan, dia sudah mulai bisa berjalan dan sesekali memanggil "papa" dan "mama". Arka juga suka sekali menunggu di depan pintu, menanti kepulangan sang papa dari bekerja. Setiap kali Arjuna pulang, Arka akan berlari ke arahnya dan memeluk kakinya dengan erat. Arjuna selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan Arka, menggendongnya, dan membacakannya cerita. Julia pun tak kalah sayang dengan Arka. Dia selalu sabar dan telaten mengurus Arka, memandikannya, memakaikannya baju, dan memberinya makan.Suatu hari, Arjuna harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan selama beberapa hari. Julia merasa sedih karena anaknya harus berpisah sementara dengan papanya. Namun, dia tetap tegar dan berusaha untuk tidak menunjukkan

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    44. Pulang.

    Arjuna dan Julia menyambut sang buah hati dengan penuh rasa haru dan bahagia. Sejak kepulangan Julia dari rumah sakit, Arjuna dengan penuh semangat mempelajari segala hal tentang mengurus bayi. Dia dengan telaten memandikan, mengganti popok, dan menggendong buah hati mereka dengan penuh kasih sayang.Suatu sore, Julia mengamati Arjuna dari atas kasur saat dia memandikan bayinya. Arjuna dengan penuh kelembutan membersihkan tubuh mungil sang bayi, sesekali mengajaknya berbicara dengan suara yang begitu lembut. Julia tersentuh melihat betapa Arjuna begitu menikmati momen tersebut, dan rasa cinta serta kasih sayangnya terhadap buah hati mereka semakin kuat."Terima kasih, Arjuna," bisik Julia dengan penuh rasa haru.Arjuna menoleh ke arah Julia dan tersenyum. "Apa pun untuk anak kita," jawabnya dengan penuh kasih sayang.Hari-hari Arjuna dan Julia pun diwarnai dengan kebahagiaan sebagai orang tua baru. Mereka saling bahu membahu dalam mengurus buah hati mereka, dan cinta serta kasih sayan

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    43. Menunggu.

    Jantung Arjuna berdegup kencang, rasa cemas dan khawatir mewarnai wajahnya. Ia duduk di kursi tunggu rumah sakit, menunggu kabar dari sang istri yang tengah menjalani operasi caesar di dalam ruangan yang terlihat sangat tertutup itu. Operasi yang sudah ditunggu-tunggu sekaligus penuh kekhawatiran, karena ini adalah anak pertama mereka.Jam demi jam terasa begitu lama. Arjuna terus memanjatkan doa, memohon kelancaran operasi dan keselamatan bagi istri tercinta. Bayangan wajah sang istri selalu terngiang di benaknya, senyumannya yang hangat dan tawa riang yang selalu menghiasi hari-harinya. Kegiatan istrinya yang suka sekali memasak aneka kue membuatnya teringat pilu. Tiba-tiba, pintu ruangan operasi terbuka. Seorang suster dengan wajah teduh melangkah keluar, membawa selimut kecil berwarna putih. Arjuna bangkit dari kursinya, jantungnya berdebar semakin kencang."Pak Arjuna," Suster itu tersenyum hangat, "Ini putra Bapak." Perlahan, suster membuka selimut itu, memperlihatkan wajah mun

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    42. Operasi Caesar.

    Arjuna berjalan cepat mengikuti perawat yang sudah mendorong istrinya di atas brankar rumah sakit untuk segera dilakukan pemeriksaan. Sedari tadi yang ia lihat Julia hanya menggerang kesakitan dengan mata terpejam. Sungguh Arjuna yang melihat itu ikut merasakan kengerian. Sebagai calon bapak-bapak yang menunggu anaknya lahir dengan kepanikan yang luar biasa, mestinya ia tidak tenang. ***Semua tahap pemeriksaan telah dilakukan. Dokter spesialis kandungan menyarankan Julia untuk segera melakukan operasi caesar hari itu juga dikarenakan posisi janin belum sesuai, juga volume ketuban yang malah berkurang. Tentu saja itu bukanlah hal yang bagus untuk calon bayi. Julia sudah mulai tenang tidak kesakitan lagi. Iya berbaring dengan nyaman di atas brankar. Arjuna menarik kursi, dan duduk di dekat istrinya. Ia mengusap kening istrinya, lalu tersenyum manis. "Kamu mau minum?" tawar Arjuna menyodorkan air mineral ke arah Julia. Para perawat sudah pergi. Kamar VVIP yang sangat luas itu teras

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    41. Curhat.

    Julia Pov. Seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini aku berangkat bekerja dihantar oleh suamiku, Arjuna. Di dalam mobil terasa sunyi, aku maupun dia sama-sama saling menutup mulut. Tidak ada basa-basi seperti biasanya. Hanya ada suara desah nafas lelahku yang sepertinya kebanyakan memikirkan masalah akhir-akhir ini. Yah, lagi-lagi masalah sepele. Selalu saja kepikiran. Sebenarnya aku masih memikirkan perihal semalam. Tentang keinginan Arjuna untuk tetap menjadikan aku istri selamanya. Sebenarnya hal itu diluar ekspektasiku. Kadang aku berpikir untuk tidak bersama selamanya. Tiba-tiba menjelang kelahiran anakku, entah kenapa hatiku menjadi plin-plan. Aku merasa seperti keberatan untuk terus menjadi istrinya. Terkadang pikiran terburukku muncul, aku tidak ingin meneruskan pernikahan ini. Bagaimana kalau aku tidak bisa sepenuhnya mencintainya? Atau bagaimana kalau dia selama ini hanya berpura-pura baik di depanku saja? Maksudku di luar sana, seorang pebisnis besar pasti memiliki selingku

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    40. Belanja Keperluan Bayi.

    Julia mengerang. Ia melepaskan pelukan suaminya. Namun pelukan itu tak mau terlepas. Semakin erat. Ia juga bahkan sudah mencubit-cubit lengan Arjuna supaya mau melepaskannya, namun suaminya tetap tak bergeming. Julia menghela nafas pendek. "Aku mau mandi. Lengket semua badanku," ujar Julia dengan intonasi lirih. Terlalu pagi untuk bicara dengan intonasi agak tinggi. "Sebentar lagi ... tunggu lima menit lagi," Arjuna merengek, menenggelamkan wajahnya ke dalam rambut panjang istrinya. Menghirup aroma wangi yang semerbak. Sambil tetap masih memeluk istrinya. Julia mengambil ponselnya yang berada di nakas dengan susah payah. Lalu menyetel stopwatch dengan hitungan dimulai lima menit. Ia dengan anteng menikmati setiap detik waktu yang mulai berkurang. Sesekali mengusap lembut wajah suaminya. Jemari lentiknya bermain di sana. Sedang Arjuna semakin tidur terlelap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status