Share

3. Mama Lauren.

Author: SIM
last update Last Updated: 2020-11-20 09:18:36

"Di mana adikku, Ma?" Arjuna menatap Lauren, mamanya yang baru saja muncul dari dapur sambil sibuk membawa nampan berisi dua gelas jus jeruk.

Wanita itu meletakkan dua gelas jus jeruk itu di atas meja. Di depan Arjuna dengan hati-hati. "Kamu tiba-tiba datang berkunjung ke apartemen Mama hanya untuk menanyakan hal tidak penting itu pada Mama?" tanya wanita itu menunjukkan muka sedih yang sengaja dibuat-buat.

Arjuna mendengus muak. Sudah berkali-kali dia datang menanyakan kabar adiknya. Tetap saja hasilnya nihil. Berkali-kali juga mamanya seolah menghindari topik pembicaraan seputar adik yang belum pernah ia ketahui itu.

Semenjak Lauren bercerai dengan Anton, papa kandung Arjuna, Arjuna diasuh oleh papanya sendiri. Lauren yang notabene adalah mama kandungnya sendiri sangat cuek kepada Arjuna sejak kecil. Wanita itu seakan tidak peduli terhadap tumbuh kembang anaknya.

Arjuna tumbuh besar tanpa kasih sayang dari seorang mama, hal itu yang membuat Arjuna juga tidak terlalu dekat oleh mamanya. Semua sifat yang dimilikinya adalah warisan dari sang papa. Terlebih alasan Lauren bercerai dengan Anton karena Lauren ketahuan selingkuh dengan saingan bisnis Anton sepuluh tahun yang lalu.

Saat ini Arjuna telah berusia dua puluh delapan tahun. Ia semakin dewasa. Semenjak kematian papanya tiga tahun yang lalu, Arjuna hidup mengurusi perusahaanya warisan papanya dibantu oleh pamannya.

"Arjuna tanya sekali lagi. Apa Mama juga menelantarkan adikku sama seperti ketika Mama menelantarkan Arjuna dulu?" tuduh Arjuna dengan nada tinggi. Menatap tajam pada mamanya yang sama sekali tidak terpengaruh dengan bentakan anaknya itu.

Lauren duduk di sofa. Mereka saling berhadapan. Wanita itu bersedekap sambil menyilangkan kaki dengan santai. Menatap Arjuna penuh penilaian. "Arjuna, kamu mewarisi sifat pemarah papamu, ya," ejek Lauren sambil tersenyum basa-basi. "Ya, soal adikmu itu tenang saja. Mama sudah mengirim dia ke panti asuhan, dia pasti dirawat dengan baik di sana," lanjut Lauren santai sambil mengaduk jus jeruknya dengan sedotan. Seolah ia tidak memiliki dosa besar sama sekali.

"Mama benar-benar keterlaluan! Kenapa Mama tidak menitipkannya padaku?" bentak Arjuna marah.

"Memangnya kenapa, anak itu cacat, dan Mama tidak sudi memiliki anak cacat seperti dia. Lagipula buat apa Mama titipkan dia padamu, kamu saja tidak pernah mau bertemu dengan Mama!" Lauren ikut membentak Arjuna, ia kali ini menatap Arjuna tidak suka. Arjuna selalu saja menyalahkannya dalam hal apapun, dan itu membuat Lauren muak.

"Dia anak Mama juga!"

"Apa gunanya memiliki anak cacat!"

"Di mana?" guman Arjunan dengan giginya yang gemeletuk. Ia berusaha mengontrol emosinya yang tinggal di ubun-ubun. "Di mana alamat panti asuhannya?" ujarnya sekali lagi dengan masih menahan amarahnya.

Lauren menyeruput jus jeruknya anggun, gerakan yang sensual. Setengah gelas jusnya tandas. Jemari lentiknya bergerak mengetuk pelipisnya. "Tunggu Mama ingat-ingat dulu." Wanita itu terlihat berpikir keras. Jari telunjuknya menjentik ke atas. "Aaaaa … Mama tahu. Mama tidak akan memberitahumu sebelum kamu mentransfer Mama uang sebanyak tiga ratus juta," ujarnya kemudian dengan santai.

Arjuna mengepalkan tangannya erat. Uang, uang, uang, dan uang. Selalu saja uang yang dipikirkan oleh mamanya. Kalau saja wanita di depannya bukanlah seorang mama kandungnya yang harus dihormati, sudah dari tadi Arjuna menamparnya dengan keras.

"Untuk apa Mama membutuhkan uang sebanyak itu?"

"Kamu tahu sendirikan kehidupan Mama bagaimana setelah bercerai dari papamu. Dan sekarang papa tirimu hanyalah seorang pemabuk setelah dia bangkrut. Oh, dia benar-benar tidak bisa diandalkan. Mama menyesal telah menikahinya." Lauren mendengus. Mengusap pelipisnya kasar berusaha menunjukkan wajah melasnya pada Arjuna.

"Itu karma yang setimpal untuk Mama," seru Arjuna dengan pedas.

"Huh, Mama tidak percaya dengan karma," balas Lauren santai sambil melihat cat kukunya yang mulai terkelupas, lalu mengusapnya pelan membuat kukunya kembali mengilat.

"Arjuna sudah mentransfer uang yang Mama minta ke rekening Mama. Sekarang beri tahu Arjuna di mana adik Arjuna." Arjuna memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya lagi. Sebelumnya ia telah mengirimkan pesan kepada asistennya untuk mentransfer uang sebanyak yang disebutkan Lauren tadi.

Lauren tampak menatap Arjuna dengan wajah berbinar. Kemudian wanita itu menggeleng prihatin. "Astaga, dia cuma adik tirimu. Kenapa kamu peduli sekali padanya dibandingkan dengan Mama, Sayang?" tanya mamanya dengan nada merajuk yang dibuat-buat.

"Ma …!"

Wanita itu menghela nafas panjang. Ia tampak pasrah seraya mengangkat kedua telapak tangannya. "Oke … oke …. Mama kasih tahu. Dia sekarang dirawat oleh anak papa tirimu. Mama tidak tahu kenapa dia mau saja merawat anak cacat itu. Nanti Mama akan mengirimkan berkas dan alamatnya sama kamu. Kamu boleh pegang kata-kata Mama." Lauren berhenti berbicara setelah menjelaskan panjang lebar. Ia kembali menyeruput jus jeruknya sampai tandas. Lalu menatap jam tangan mewahnya. "Oh, ya, Mama tiba-tiba ada urusan mendadak. Mama harus pergi. Bay Sayang, jangan lupa kunci pintunya. Mama menyayangimu, Nak."

Arjuna mengusap kening bekas ciuman singkat mamanya barusan. Telapak tangannya memerah, lipstik mamanya menempel di sana. Lalu pandangannya beralih pada pintu apartemen yang masih terbuka. Kosong. Mama sudah pergi meninggalkannya lagi dengan alasan sibuk. Selalu saja seperti itu. Menghindar.

***

Arjuna menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia menyugar rambut hitamnya yang sedikit memanjang secara asal sehingga terlihat acak-acakkan. Jaket kulit berwarna hitam pekat dipadu celana jeans hitam membalut tubuhnya dengan sempurna. Lalu ia berjalan keluar kamar, memakai sepatu boots kasual berwarna coklat. Seharusnya ia terlihat keren ala “bad boy”, tapi karena wajahnya yang ditekuk kusut sepertinya akan ada banyak orang yang memilih menghindar ketika berpapasan dengannya daripada mengagumi. 

Arjuna memakai helm hitamnya. Selanjutnya ia berjalan menuju bagasi untuk mengambil motor sportnya. 

Arjuna melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Pikirannya hari ini sedang kacau. Emosi yang bergejolak terus menguasai dirinya. Diikuti rasa sesak di dada, Arjuna menambah kecepatan laju motornya. Menembus asap polusi sore hari yang semakin hari semakin susah untuk diatasi. 

Ketika hidupnya ada di posisi titik terendah seperti ini, Arjuna selalu pergi ke suatu tempat yang tenang dan asri sendirian. Ia membutuhkan waktu untuk berkomunikasi dengan alam. 

Menghabiskan waktu di sana adalah salah satu ide liburan terbaiknya. Tempat sejuk nan jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang kejam. Di sana akan sangat tenang dan damai. 

Di atas bukit itu Arjuna dapat melihat pepohonan hijau yang menyegarkan mata. Mereka kebetulan tumbuh dengan subur. Arjuna memarkirkan motornya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Beberapa meter di depannya ada sebuah danau, dan terdapat beberapa orang yang masih memancing di sana dengan suara gelak tawa candaan dari salah satu temannya yang juga ikut memancing. Tempat ini membuat ingatannya tergiring kemasa lalu yang penuh dengan cinta keluarga. Ya, itu dulu sekali. 

Arjuna samar-samar mengingat tempat dan kejadian yang indah itu. Tempat inilah yang paling berarti untuknya. Saat ia berusia delapan tahun, papa dan mamanya masih akur. Mereka masih harmonis. Yah, walaupun sebenarnya mamanya kebanyakan lebih sibuk sendiri dengan teman-teman. 

Waktu itu Arjuna kecil sangat bahagia. Setiap liburan, tempat ini adalah tempat favorit mereka. Arjuna pernah mendapatkan ikan dengan ukuran besar hasil ia memancing, dan mama langsung memujinya dengan bangga karena waktu itu papa sama sekali belum mendapatkan ikannya. Tetapi semuanya berubah ketika mamanya secara terang-terangan memilih berpaling dan meninggalkan keluarganya demi lelaki lain. Mama melupakan semua kenangan indah mereka. Menganggap semuanya tidaklah penting. Keluarga Arjuna hancur. Waktu ketika orangtuanya memilih untuk bercerai adalah saat Arjuna berusia tiga belas tahun. 

Papa yang ditinggalkan mama mulai sakit-sakitan. Tetapi ia tidak pernah memperlihatkan wajah terlukanya di depan Arjuna. Papa selalu berusaha menunjukkan semuanya akan baik-baik saja. Padahal sesuatu yang baik itu tidak pernah ada. Sampai ketika usianya dewasa, papa mulai mengajarkannya untuk memimpin perusahaan. Beberapa tahun kemudian papa wafat. Selanjutnya Arjuna dibantu oleh pamannya untuk memimpin perusahaan. 

Mengingat papanya, tiba-tiba membuatnya sedih. 

Arjuna melempar batu kerikil secara asal. Seolah-olah emosinya ikut terbuang. Sesak. 

"Papa, apa kabarmu di sana semoga papa baik-baik saja di surga. Aku rindu duduk berdua sambil melepas penat. Aku merindukan papa!" ujarnya setengah berteriak kepada angin kencang yang berhembus, diikuti matanya yang berkaca-kaca. 

Bersambung. 

SIM

Facebook @Sim Prabu.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    45. Tamat.

    Bonus. Arjuna dan Julia adalah pasangan suami istri yang bahagia. Delapan bulan setelah pernikahan mereka, mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Arka. Kehadiran Arka membawa keceriaan baru dalam kehidupan mereka.Arka tumbuh dengan pesat. Di usianya yang ke-8 bulan, dia sudah mulai bisa berjalan dan sesekali memanggil "papa" dan "mama". Arka juga suka sekali menunggu di depan pintu, menanti kepulangan sang papa dari bekerja. Setiap kali Arjuna pulang, Arka akan berlari ke arahnya dan memeluk kakinya dengan erat. Arjuna selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan Arka, menggendongnya, dan membacakannya cerita. Julia pun tak kalah sayang dengan Arka. Dia selalu sabar dan telaten mengurus Arka, memandikannya, memakaikannya baju, dan memberinya makan.Suatu hari, Arjuna harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan selama beberapa hari. Julia merasa sedih karena anaknya harus berpisah sementara dengan papanya. Namun, dia tetap tegar dan berusaha untuk tidak menunjukkan

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    44. Pulang.

    Arjuna dan Julia menyambut sang buah hati dengan penuh rasa haru dan bahagia. Sejak kepulangan Julia dari rumah sakit, Arjuna dengan penuh semangat mempelajari segala hal tentang mengurus bayi. Dia dengan telaten memandikan, mengganti popok, dan menggendong buah hati mereka dengan penuh kasih sayang.Suatu sore, Julia mengamati Arjuna dari atas kasur saat dia memandikan bayinya. Arjuna dengan penuh kelembutan membersihkan tubuh mungil sang bayi, sesekali mengajaknya berbicara dengan suara yang begitu lembut. Julia tersentuh melihat betapa Arjuna begitu menikmati momen tersebut, dan rasa cinta serta kasih sayangnya terhadap buah hati mereka semakin kuat."Terima kasih, Arjuna," bisik Julia dengan penuh rasa haru.Arjuna menoleh ke arah Julia dan tersenyum. "Apa pun untuk anak kita," jawabnya dengan penuh kasih sayang.Hari-hari Arjuna dan Julia pun diwarnai dengan kebahagiaan sebagai orang tua baru. Mereka saling bahu membahu dalam mengurus buah hati mereka, dan cinta serta kasih sayan

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    43. Menunggu.

    Jantung Arjuna berdegup kencang, rasa cemas dan khawatir mewarnai wajahnya. Ia duduk di kursi tunggu rumah sakit, menunggu kabar dari sang istri yang tengah menjalani operasi caesar di dalam ruangan yang terlihat sangat tertutup itu. Operasi yang sudah ditunggu-tunggu sekaligus penuh kekhawatiran, karena ini adalah anak pertama mereka.Jam demi jam terasa begitu lama. Arjuna terus memanjatkan doa, memohon kelancaran operasi dan keselamatan bagi istri tercinta. Bayangan wajah sang istri selalu terngiang di benaknya, senyumannya yang hangat dan tawa riang yang selalu menghiasi hari-harinya. Kegiatan istrinya yang suka sekali memasak aneka kue membuatnya teringat pilu. Tiba-tiba, pintu ruangan operasi terbuka. Seorang suster dengan wajah teduh melangkah keluar, membawa selimut kecil berwarna putih. Arjuna bangkit dari kursinya, jantungnya berdebar semakin kencang."Pak Arjuna," Suster itu tersenyum hangat, "Ini putra Bapak." Perlahan, suster membuka selimut itu, memperlihatkan wajah mun

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    42. Operasi Caesar.

    Arjuna berjalan cepat mengikuti perawat yang sudah mendorong istrinya di atas brankar rumah sakit untuk segera dilakukan pemeriksaan. Sedari tadi yang ia lihat Julia hanya menggerang kesakitan dengan mata terpejam. Sungguh Arjuna yang melihat itu ikut merasakan kengerian. Sebagai calon bapak-bapak yang menunggu anaknya lahir dengan kepanikan yang luar biasa, mestinya ia tidak tenang. ***Semua tahap pemeriksaan telah dilakukan. Dokter spesialis kandungan menyarankan Julia untuk segera melakukan operasi caesar hari itu juga dikarenakan posisi janin belum sesuai, juga volume ketuban yang malah berkurang. Tentu saja itu bukanlah hal yang bagus untuk calon bayi. Julia sudah mulai tenang tidak kesakitan lagi. Iya berbaring dengan nyaman di atas brankar. Arjuna menarik kursi, dan duduk di dekat istrinya. Ia mengusap kening istrinya, lalu tersenyum manis. "Kamu mau minum?" tawar Arjuna menyodorkan air mineral ke arah Julia. Para perawat sudah pergi. Kamar VVIP yang sangat luas itu teras

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    41. Curhat.

    Julia Pov. Seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini aku berangkat bekerja dihantar oleh suamiku, Arjuna. Di dalam mobil terasa sunyi, aku maupun dia sama-sama saling menutup mulut. Tidak ada basa-basi seperti biasanya. Hanya ada suara desah nafas lelahku yang sepertinya kebanyakan memikirkan masalah akhir-akhir ini. Yah, lagi-lagi masalah sepele. Selalu saja kepikiran. Sebenarnya aku masih memikirkan perihal semalam. Tentang keinginan Arjuna untuk tetap menjadikan aku istri selamanya. Sebenarnya hal itu diluar ekspektasiku. Kadang aku berpikir untuk tidak bersama selamanya. Tiba-tiba menjelang kelahiran anakku, entah kenapa hatiku menjadi plin-plan. Aku merasa seperti keberatan untuk terus menjadi istrinya. Terkadang pikiran terburukku muncul, aku tidak ingin meneruskan pernikahan ini. Bagaimana kalau aku tidak bisa sepenuhnya mencintainya? Atau bagaimana kalau dia selama ini hanya berpura-pura baik di depanku saja? Maksudku di luar sana, seorang pebisnis besar pasti memiliki selingku

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    40. Belanja Keperluan Bayi.

    Julia mengerang. Ia melepaskan pelukan suaminya. Namun pelukan itu tak mau terlepas. Semakin erat. Ia juga bahkan sudah mencubit-cubit lengan Arjuna supaya mau melepaskannya, namun suaminya tetap tak bergeming. Julia menghela nafas pendek. "Aku mau mandi. Lengket semua badanku," ujar Julia dengan intonasi lirih. Terlalu pagi untuk bicara dengan intonasi agak tinggi. "Sebentar lagi ... tunggu lima menit lagi," Arjuna merengek, menenggelamkan wajahnya ke dalam rambut panjang istrinya. Menghirup aroma wangi yang semerbak. Sambil tetap masih memeluk istrinya. Julia mengambil ponselnya yang berada di nakas dengan susah payah. Lalu menyetel stopwatch dengan hitungan dimulai lima menit. Ia dengan anteng menikmati setiap detik waktu yang mulai berkurang. Sesekali mengusap lembut wajah suaminya. Jemari lentiknya bermain di sana. Sedang Arjuna semakin tidur terlelap

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    39. Malam Menuju Pagi.

    Pukul 10 malam. Julia menarik selimutnya dan bersiap-siap untuk segera tidur. Arjuna yang berada di sampingnya masih sibuk dengan laptopnya. Lelaki itu masih harus meneliti beberapa berkas yang akan dia kerjakan besok di kantor. "Bagaimana keadaan di kafe untuk beberapa hari ini?" tanya Arjuna memecah keheningan. Lelaki itu menatap ke arah Julia yang juga tengah menatap ke arahnya. Julia mengatur posisi berbaringnya sebelum menjawab. "Kafe kita mengalami peningkatan yang cukup drastis. Hampir setiap hari kafe kita ramai dengan pengunjung," jawab Julia antusias. Lalu ia kembali teringat beberapa waktu yang lalu, ia sangat disibukkan ketika kafe sedang ramai-ramainya dengan pengunjung yang ternyata kebanyakan adalah teman kantornya sendiri. "Kebetulan weekend kemarin teman-teman kantor banyak yang datang ikut melariskan kafe kita," ujar Julia menggebu-gebu. Arjuna mengangguk mendengarkan seluruh cerita dari Julia dengan khidmat. Jadi, usahanya ketika melakukan promosi di kantor bebera

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    38. Promosi Kue.

    Beberapa hari berlalu. Menjelang istirahat di kantor. Arjuna terlihat sibuk dengan ponsel pintarnya. Matanya fokus menatap tajam gambar menu makanan yang tertera di layar ponselnya. Masih dalam mode konsentrasi diiringi perutnya yang mulai berbunyi."Pesan ini saja, atau yang ini?" ujarnya yang lebih tepat untuk diri sendiri. Ia masih sibuk memilih-milih daftar menu makanan di suatu aplikasi yang tertera. Beberapa menu yang ia lihat dalam keadaan lapar membuat semuanya terasa begitu menggiurkan. Di ruangan itu, Arjuna hanya sendiri, tidak ada yang bisa ia mintai pendapat. Beberapa daftar makanan pesanannya sudah masuk ke dalam list pembayaran dan tinggal menunggu pengantar makanan datang membawakan makanan yang sudah ia pesan. ***Seorang perempuan berkaca mata minus tengah memegang ganggang telepon. Jemari lentiknya dengan lihai memencet angka-angka yang tertera di sana. Segera angka-angka tersebut tersambung pada tujuan yang sudah ditetapkan di kantor tersebut. Tak lama setelah itu

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    37. Jalan-jalan.

    Seperti rencana awal yang telah ditetapkannya kemarin. Hari ini Julia berniat untuk pergi ke rumah papanya. Akan tetapi, tadi pagi-pagi sekali perempuan itu menangkap gerak-gerik mencurigakan dari suaminya, yang ternyata Arjuna memutuskan untuk ikut mengantar sekaligus mengawasi Julia. Sampai selamat tentunya. Mungkin lelaki itu baru sadar bahwa dia sudah harus siap siaga mulai dari sekarang. Takut terjadi apa-apa yang tidak diinginkan. "Kita naik motor lagi, ya," ajak Julia yang kelewat antusias, sampai ia mengabaikan mimik muka Arjuna yang tiba-tiba berubah menjadi pelik, dengan satu lirikan heran mengarah pada Julia. "Serius kamu mau naik motor lagi?" tanya Arjuna berusaha untuk bersabar dengan tingkah aneh-aneh istrinya yang menurutnya lumayan ekstrim untuk seseorang yang sedang hamil tua. Sekarang istrinya sedang hamil tua, bagaimanapun ia menginginkan yang terbaik untuk istrinya. "Iya.""Coba jelaskan secara singkat alasan kamu sangat menyukai berpergian naik motor?" "Sebena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status