"Ashraf aku sungguh minta maaf padamu," ucap Wang Yihan dengan nada yang lirih. Bahkan mungkin terdengar seperti gumaman saja. Ashraf diam, dia masih memperhatikan lawan bicaranya. Dia mencari kesungguhan atau kebohongan dibalik kata-katanya yang tampak lugu dan manis. "Aku tentu bisa memaafkan mu kapan saja Master, tapi lagi-lagi semuanya tidak akan berjalan begitu saja. Aku juga butuh imbalan, dan itu juga sudah ku katakan kemarin!" tegas Ashraf.Wang Yihan mengangguk paham, dia tentu masih mengingat semuanya dengan jelas. "Aku melakukan kebaikan ini bukan semata-mata karena aku orang yang baik atau iba dengan mu Master. Aku melakukan semua ini karena memerlukan keahlian mu," ucap Ashraf dengan tegas. "Tentu saja, dan aku sungguh berterima kasih atas itu." Wang Yihan menundukkan kepalanya dalam-dalam, sebagai bentuk berterima kasih paling tulus. "Kalau begitu, aku ingin kau datang bersama anggota yang lain ke markas besar nanti malam. " Ashraf kemudian bertepuk tangan dua kali.
Setelah acara pengangkatan Consigliere itu selesai, Ashraf mencari Yoriko. Rupanya perempuan itu tengah berbincang dengan Kim Dohan dan juga Tuan Mun. Ketiganya tampak berbincang ringan dan sesekali tertawa. "Yoriko!" Panggil Ashraf begitu jarak mereka sudah dekat. Yoriko pun menoleh, dia meletakkan gelas berkaki yang berisi anggur ke atas meja didekatnya. "Ya?" "Bisakah kau ikut denganku sekarang?" tanya Ashraf dengan nada yang datar."Tentu saja," jawabnya. Sedetik kemudian Ashraf dan Yoriko berpamitan dengan yang lain. Malam itu acara dilanjutkan dengan makan-makan bersama para anggota El Abro. Ashraf sendiri sudah berpamitan pada Lizi kalau dia akan pergi lebih dulu dan tidak akan kembali malam ini ke kediaman. Ashraf meminta kunci mobil dari salah satu anggotanya, dengan sopan anggota itu memberikannya. Yoriko sendiri masih berdiri mengekor dibelakangnya. "Ini! kau yang bawa," ucap Ashraf memberikan kunci mobil Mercedez Benz G-Class pada Yoriko. "Apa? aku yang membawanya?"
Ashraf yang telah selesai menelfon pun memperhatikan Yoriko. Dia menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jas dan ikut memperhatikan kamera tersembunyi yang di bawa Yoriko. "Kau tahu lambang apa ini?" tanya Yoriko sembari menunjukkan kamera itu padanya. Ashraf menggeleng pelan, dia memang tidak tahu tapi dia tidak kehilangan akal. "Aku tidak tahu, tapi seseorang pasti bisa memberitahu kita." Yoriko hanya mengerutkan kening sebagai jawaban, dia juga tidak tahu apa yang sedang direncanakan Ashraf kali ini. "Ayo masuk ke mobil dan kita lanjutkan perjalanan ke Hongdae," ajak Ashraf kemudian berjalan masuk ke mobil dan tetap duduk di kursi penumpang sama seperti niat awalnya tadi. Yoriko kemudian menurut dan melakukan hal yang sama. Perempuan itu mulai menyalakan mesin mobil mewah tersebut dan memulai perjalanan kembali. Sekitar pukul empat dini hari, keduanya sudah sampai di salah satu bar dengan pengunjung paling ramai di jalan Hongdae. Daerah itu memang selalu ramai oleh pengunju
"Ku rasa Nona Karalyn tidak perlu menanyakan hal seperti itu padaku." Yoriko mengatakannya diiringi senyuman yang manis. Dia menyingkirkan tangan Karalyn yang masih bertengger di lengannya. Karalyn hanya diam, dia memperhatikan tangan Yoriko yang berniat melepaskan diri darinya. "Karena yang jelas Nona, apa yang anggota biasa seperti ku rasakan tentu tidak akan berpengaruh apa-apa pada Tuan muda Choi." Yoriko melanjutkan ucapnya masih dengan nada yang tenang dan senyuman di wajahnya. "Ta-tapi --""Kalau Nona Karalyn masih ingin mendekati Tuan muda Choi, lebih baik nona lakukan saja sendiri tanpa melibatkan aku. Terimakasih, aku permisi Nona Karalyn Henderson!" Setelah mengatakan itu Yoriko menundukkan kepalanya memberi hormat kemudian dia beranjak dari bar itu untuk menyusul Ashraf yang sudah lebih dulu keluar dari bar. Sepanjang jalan Yoriko merasa kesal, dia tahu banyak perempuan yang menyukai Ashraf. Tapi baru kali ini ada yang meminta bantuan darinya. Entah kenapa rasanya dara
Yoriko mengerjapkan matanya, baru kali ini dia melihat Ashraf memiliki pandangan sedalam ini padanya. Belum lagi seulas senyum manis juga terbit di wajahnya yang tampan dengan garis wajah yang tegas. Sejenak Yoriko merasa tertawan oleh manik mata hitam milik Ashraf. Manik mata hitam itu begitu pekat tapi juga jernih, hal itu membuat Yoriko merasa perlu berlama-lama menatapnya. "Kau sudah tahu, jadi kedepannya jangan banyak bertanya." Yoriko mengerutkan keningnya begitu Ashraf berbicara dengan nada dingin yang benar-benar bertolak belakang dengan ekspresi wajahnya. Setelah itu Ashraf dan Tuan Mun sempat berbicara ringan sekitar sepuluh menit. Tak lama setelahnya mereka memutuskan untuk pergi dari restoran itu dan kembali pada pekerjaan masing-masing. Masih seperti sebelumnya Yoriko menjadi supir bagi Ashraf. Mereka berniat pergi ke kediaman keluarga Choi untuk beristirahat. "Istirahat lah Yoriko, nanti temui aku di jam tiga sore." Ashraf mengatakannya dengan tegas begitu mereka b
Yoriko segera menyerang Ashraf dengan gigih, perempuan itu menggunakan samurainya dengan baik. serangan demi serangan terus dia berikan pada Ashraf. Bahkan ujung samurainya hampir menyentuh leher jenjang Ashraf. Menyadari kalau Yoriko sangat serius dalam latihan, Ashraf pun tersenyum. Dia menaikkan sebelah alisnya kemudian balik menyerang Yoriko. Ashraf mengayunkan pedangnya dengan lincah. Trang!Serangan dari Ashraf ditangkal oleh Yoriko, kini posisi mereka seri dengan samurai dan pedang yang mereka bawa berada menyilang dan sejajar dengan wajah masing-masing. "Tuan muda!"Satu panggilan dari anggota El Abro membuyarkan fokus Ashraf. kemudian dia menarik diri dan menyudahi latihan itu. "Ada apa?" Tanyanya sembari meletakkan pedangnya ke tempat semula. "Tuan Kim Dohan tengah menunggu anda di teras kediaman, ada sesuatu yang ingin dibicarakan." Anggota itu mengatakannya dengan sopan. Ashraf mengangguk kemudian dia menoleh pada Yoriko sebentar sebelum dia beranjak pergi. "Yoriko,
Ashraf hanya tersenyum sekilas kemudian dia bangkit dari duduknya. "Lebih baik kau bersiap saja Yoriko, malam kau akan menemani Lizi ke Shanghai." ucapnya dengan ramah. Yoriko mengangguk patuh, dia masih duduk di tempatnya semula. Setelah itu Ashraf pergi dari sana dan kembali ke ruang kerjanya untuk mengurusi beberapa hal. Tepat jam tujuh malam, saat Ashraf tengah duduk di ruang tamu kediaman sang adik masuk. Suara high heels beradu dengan lantai menggema di seluruh penjuru ruangan. "Baru pulang Liz?" tanya Ashraf sembari mendongakkan kepalanya. Dia meletakkan buku yang sejak tadi dia baca ke atas meja. Kemudian dia mendekati Lizi yang masih berdiri di tengah ruangan tanpa berniat untuk berbicara lama dengannya. "Seperti yang kakak lihat, aku baru saja masuk ke rumah." Lizi berkata tegas. "Ku dengar kau akan ke Shanghai malam ini, benar?" tanya Ashraf lagi. Kali ini dengan mada yang ramah. Lizi mengangguk membenarkan, dia kemudian menatap wajah sang kakak yang tampak tegas di
Tidak mau mati karena termakan rasa penasarannya sendiri, Ashraf kemudian turun dari roof top dan pergi ke gerbang utama kediaman Choi. Anggota El Abro yang bertugas menjaga gerbang pun menundukkan kepalanya memberi hormat ketika mereka melihat kedatangan Ashraf. "Selamat malam Tuan muda, ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu dari dua anggota itu dengan sopan. "Bukan sesuatu yang penting, tapi aku ingin tanya siapa yang tadi sempat berbicara dengan Yoriko?" tanya Ashraf, dia membagi atensinya pada dua anggota yang ada didepannya itu satu-satu. Anggota itu saling pandang, kemudian salah satu dari mereka menunjuk dirinya sendiri. "Saya yang tadi sempat berbicara dengan Nona Yoriko, Tuan muda." "Kalau begitu mari ikut denganku," ajak Ashraf pada anggota itu dengan nada yang datar. Sampai di teras kediaman, Ashraf menatap lurus anggota itu dengan tatapan yang tajam. "Katakan, apa yang Yoriko bicarakan tadi!" perintahnya mutlak. Anggota tadi mengangguk tapi dia tidak berani men