Share

Kirani dan Kevin

Penulis: Althafunnisa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-10 10:31:53

Theo melepaskan cekalan tangannya pada Kirani. Lelaki itu menatap lekat-lekat manik mata Kirani yang mulai berair.

"Dengar, Kirani. Kamu bekerja dengan saya. Kamu sudah menandatangani kontrak. Dan kamu pasti tahu dendanya."

"Saya tidak tahu kalau ternyata saya juga harus melayani anda seperti ini!" teriak Kirani.

Theo berdecih. Ia kembali menahan telapak tangan Kirani dan menindih tubuh perempuan itu. Emosinya meledak melihat Kirani yang mulai melawan.

"Melayani saya yang bagaimana maksudnya?"

"Memasangkan baju, mencium pipi, menyuapi."

"Bukankah itu memang tugas asisten pribadi?"

"Tapi tidak tertulis di dalam kontrak!" Dada Kirani naik turun menahan amarah. Ia benar-benar menyesal telah bekerja menjadi asisten pribadi Theo. Ia tak menyangka akan terjebak dalam sebuah pekerjaan yang menyulitkannya.

"Saya sudah menjelaskan sejak awal bahwa kamu bekerja untuk mengurusi semua kebutuhan saya sejak membuka mata sampai menutup mata. Jadi kamu pasti tahu apa saja yang dibutuhkan oleh seseorang selama itu kan?" Theo tersenyum santai.

"Tapi tidak dengan mencium bibir saya dan memeluk saya seenaknya!"

"Itu hukuman untukmu. Dan kita juga sudah menyepakati kalau kamu pasti akan menerima hukuman apa pun dari saya jika melakukan kesalahan."

"Termasuk melayani nafsu bejatmu di atas ranjang?!"

Theo terbelalak mendengar ucapan Kirani. Lelaki itu semakin menekan tangan Kirani dan menindih tubuhnya sehingga Kirani merasakan sesak.

"Siapa yang meminta dilayani di atas ranjang?" Theo mulai membelai wajah Kirani.

"Ini? Apa namanya ini?!" Kirani semakin berteriak dan memberontak.

Theo terkekeh. "Kamu pikir aku lelaki gila yang suka menjamah tubuh perempuan tanpa menikahinya?" 

Kirani semakin emosi. Ia terus mencoba memberontak. Namun gerakan Theo lebih kuat dari segalanya.

Theo tersenyum. "Aku hanya ingin menghukum asisten pribadi yang membantah ucapan bosnya dengan memintamu tidur di ranjang ini seharian." Ia menarik selimut dan menutupi tubuh Kirain sampai ke dada.

"Moodku sudah buruk atas tuduhanmu. Jadi, hari ini kamu mendapat hukuman. Jangan pergi dari apartemenku sebelum aku pulang kerja." Theo menarik diri dari tubuh Kirani, lalu menutup pintu kamar dengan rapat.

"Dasar Bos gila!" Kirani memaki Theo karena lelaki itu pergi begitu saja.

Ia benar-benar merasa sakit hati karena Theo sudah menjebaknya dalam sebuah pekerjaan yang mengharuskan dirinya melakukan tugas sebagai seorang kekasih.

"Tomo saja tidak pernah minta disuapin. Lah dia? Dasar Bos Mesum!"

***

Selama Kirani dikurung di dalam apartemennya, Theo tidak masuk kantor. Ia meminta bantuan Wira untuk menghandle urusan kantor.

"Antarkan aku ke tempat biasa bertemu dengan Kevin," ujar Theo pada sopirnya.

Theo tersenyum ketika melihat Kevin yang sedang bermain seorang diri di taman kecil tempat mereka biasa bertemu.

"Om Evan kemana saja? Selama beberapa hari ini tidak bertemu denganku?" Kevin bertanya pada Theo yang baru saja menghampirinya.

"Om sangat sibuk. Sejak kemarin selalu ada meeting tiap hari."

Kevin tertunduk. Anak kecil itu seakan menyimpan beban yang berat. Ia pun menghela napas panjang.

"Kamu kenapa?" Theo yang menyadari kesedihan hati Kevin, berjongkok seperti biasa di hadapan anak itu.

"Ibuku sekarang tidak bisa lagi menemaniku bermain. Dia bekerja sejak pagi sampai malam." Mata Kevin berkaca-kaca. 

"Ibumu bekerja di mana?" 

"Aku tidak tahu. Tapi tadi pagi ibu dijemput seorang sopir."

"Berarti ibumu kerja di perusahaan besar?"

"Mungkin."

Theo menatap bocah kecil itu dengan seksama. Ia seperti melihat Rafael kecilnya yang kini ada di surga.

"Jangan bersedih ya. Om akan usahakan selalu menemanimu. Setidaknya setiap tiga hari Om akan datang ke sini untuk menemanimu bermain." 

"Beneran?"

"Kita kan sahabat!"

"Horeee ...!" 

Theo tersenyum melihat Kevin yang selalu ceria setiap mereka bersama. Sejak tiga bulan terakhir, Theo sering menghabiskan waktunya untuk bermain dengan Kevin. Anak kecil itu sudah menjadi sahabat Theo yang selalu membuatnya tersenyum.

Theo menyayangi Kevin seperti menyayangi Rafael—putranya yang akhirnya menyerah karena tak kuat melawan penyakitnya.

"Om, kenapa baik banget sama aku?" Kevin bertanya sambil menjilat es krimnya.

Theo terdiam. Ia khawatir jika ucapannya nanti akan membuat Kevin bersedih.

"Kamu tidak marah kalau Om cerita?"

"Kenapa harus marah?"

"Kali aja."

"Nggak. Aku akan dengarkan cerita Om sampai selesai."

Theo tersenyum dan mengusap pucuk kepala Kevin. Lelaki itu merasa tenang dan nyaman setiap kali berbincang dengan Kevin.

"Om hanya ingat pada anak Om yang sudah meninggal dunia. Namanya Rafael. Dia anak yang cerdas." Theo tertunduk. "Sayangnya Tuhan lebih menyayangi dia dari pada Om."

"Benarkah?"

"Iya. Namanya Rafael. Ia meninggal dunia saat usianya baru menginjak tiga tahun." 

Kevin menutup mulut mendengar ucapan Theo. "Kenapa meninggal?"

"Sakit leukimia."

Kevin pun mendengarkan cerita Theo yang mengalir hangat di sepanjang sore.

"Apa aku juga akan bernasib sama dengan Rafael?" Kevin tertunduk lesu.

Theo mengernitkan keningnya. Ia tak mengerti maksud ucapan Kevin.

"Maksudmu apa?" Theo membingkai wajah Kevin dan menatap lekat manik mata bocah itu.

"Aku juga sakit, Om." 

"Serius? Sakit apa?"

"Aku tidak tahu. Tapi kata Ibu, aku harus sering cek up ke dokter." Kevin menyahut. "Ibu juga selalu membeli obat untukku."

"Obat? Seperti apa?" Theo semakin cemas mendengar ucapan Kevin.

"Aku nggak tahu. Tapi ibu sangat mengkhawatirkanku."

"Kamu ... Pasti sembuh ...!" Theo langsung meraih Kevin ke dalam dekapannya. "Om pasti akan bantu biaya pengobatanmu," tambahnya lagi.

Mereka berpelukan cukup erat seperti anak dan ayah yang baru bertemu.

"Aku rindu dipanggil Daddy," desis Theo.

"Kalau begitu biar aku saja yang memanggil Om Daddy. Daddy Evan. Bagaimana?"

Theo tersenyum hangat. Lelaki itu merentangkan kedua tangannya dan Kevin pun kembali berhambur memeluk lelaki yang selama tiga bulan terakhir menjadi sahabatnya.

Sepanjang sore, mereka bercanda ria di tepi sungai Batang Hari. Kevin semakin merasa bahagia dan merasa memiliki seorang ayah.

"Seandainya ibuku mau menikah lagi. Aku pasti meminta ibuku menikah dengan Daddy." Kevin melempar batu ke dalam sungai.

Theo menoleh. Sejak kemarin, Kevin memang tidak menceritakan apa pun padanya tentang kedua orang tuanya. Kevin hanya mengatakan memiliki ibu yang suka marah-marah jika ia pergi main dengan temannya.

"Ibumu tidak mau menikah lagi? Kenapa?" 

"Entahlah. Ibu hanya bilang aku tidak boleh ikut campur urusan orang dewasa!" Kevin mengerucut bibirnya.

"Emangnya kalau ibumu mau menikah lagi, kamu mau ayah yang seperti apa?"

"Hmmm. Aku akan meminta ibuku menikah dengan Daddy Evan. Aku pasti sangat bahagia!" sorak Kevin. "Sayangnya, ibuku pasti akan marah-marah setiap aku cerita soal sosok ayah." Anak kecil itu lalu tertunduk.

"Ibumu cantik?"

"Cantik banget!"

"Namanya siapa?"

"Kirani!"

Theo terbelalak, lalu memegang kedua bahu Kevin untuk meminta kepastian. "Kirani?"

"Iya."

"Kamu punya Poto ibumu?" Theo tertarik mendengar cerita Kevin. Ia pun teringat pada nama anak Kirani, asisten pribadinya.

"Aku tidak punya ponsel. Tapi aku tahu kontak ibuku." Kevin mengeluarkan kalung dari dalam bajunya, lalu memperlihatkan sederet angka di kalung itu pada Theo.

Bergegas, Theo mencatat deretan nomor di balik kalung Kevin. Ia terbelalak ketika menyimpan kontak tersebut dan menyadari bahwa kontak itu milik Kirani.

"Ini ibumu?" Theo memperlihatkan Poto profil Kirani pada Kevin.

"Iya, Daddy. Cantik 'kan?" Kevin dengan semangat menyahut ucapan Theo. "Tapi galak," ujarnya lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Anisah Cute
gabung ahhhhh
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
udah lgsung manggil Daddy aja niihh siii Kevin, semoga aja Kirani Mao tpi itu jg klo Kirani gak trauma sama klakuan bozz nya yg dkit2 kena hukuman .........
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
udah akrab banget ya ini kevin sama Theo. omo omo kaget ini pastinya si Theo pas tau mamanya kevin kirani kira2 gimana tuh masih kirani selanjutnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Tamat

    "Brengsek kalian berdua!" Tomo menatap penuh kebencian pada Kirani yang tengah digandeng oleh Theo. "Kamu yang brengsek. Hukuman yang pantas untukmu adalah hukum mati karena kamu sudah merusak masa depan Kirani!" Theo tak kalah menatap Tomo dengan penuh kebencian. "Theo. Kamu harus membebaskan aku." Bella yang diringkus oleh polisi pun ikut berteriak di hadapan Theo. "Membebaskanmu? Untuk apa? Kamu juga pantas mendekam di dalam penjara." Bella mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Aku akan segera menghubungi kedua orang tuamu untuk membebaskanku," ujarnya dengan lantang. "Itu tidak akan pernah terjadi. Kami tidak akan pernah membebaskanmu," ujar nyonya Marissa yang tiba-tiba datang bersama suaminya. "Tante, Tante harus membebaskan aku agar aku bisa membantu tante untuk menyingkirkan Kirani." Bella berusaha memberontak agar bisa mendekati nyonya Marissa. "Menyingkirkan Kirani? Kenapa aku harus menyingkirkan Kirani?" Nyonya Marisa menyunggingkan senyumnya."Maksud Tante apa? Bukankah

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Titik terang

    "Itu 'kan mobil daddy? Gimana ini?" Kevin terbelalak ketika melihat mobil Evan sudah terparkir di halaman rumahnya. "Kayaknya iya. Aduh mana ibumu belum pulang." Ibunya Kirani pun ikut cemas karena putrinya belum datang. Mereka berdua kebingungan karena tidak tahu harus berbuat apa. "Sebaiknya kamu hampiri Evan. Nenek akan menghubungi ibumu dan meminta dia pulang sekarang," ujar ibunya Kirani.Kevin terburu-buru menghampiri mobil tersebut membuat Kirani yang berada di dalam mobil itu semakin merasa ketakutan. Ia khawatir jika Kevin tidak bisa menerima kedatangan Theo yang hendak mengutarakan keinginan untuk menikahinya. "Sayang, Ayo kita turun," ujar Theo yang segera turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuk Kirani. Dengan berat hati akhirnya Kirani segera turun dari mobil dan bergandengan tangan bersama Theo. "Ibu? Kok Ibu sudah duluan sama Daddy Evan?" Kevin mengerutkan keningnya ketika melihat ibunya yang sedang digandeng oleh Evan. "Daddy Evan? Mana orangnya?" Kirani m

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Tak ingin menikah

    "Ibu mau pergi kerja? Malam-malam begini?" Kevin terkejut ketika melihat Kirani yang sudah bersiap-siap hendak berangkat ke kantor. "Bukannya kamu istirahat dulu selama beberapa hari? Kok malah pergi lagi?" Ibunya Kirani pun menatap heran pada putrinya. "Aku tiba-tiba ada meeting penting, Bu." Kirani menyahut dengan tergesa-gesa. "Inilah makanya Daddy Evan ingin menikahi Ibu. Dia tidak mau Ibu bekerja tanpa kenal waktu seperti ini." Kirani menoleh pada Kevin yang tengah berbicara sambil menatapnya dengan cemas. "Benar sekali, Kirani. Apa sebaiknya kamu tolak saja permintaan dari atasanmu itu? Bilang kamu tidak ikut meeting malam ini. Kamu sudah bekerja dengan sepenuh waktu. Tidak ada salahnya kalau kamu istirahat dulu hari ini." Ibunya Kirani pun mendekati putrinya. "Besok Daddy Evan datang ke sini untuk bicarakan tentang pernikahan. Bagaimana mungkin Ibu mau pergi?" Kevin menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. "Ibu nggak akan ninggalin Kevin 'kan? Ibu nggak akan kabur dari pe

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Berita mengejutkan

    "Kamu harus menguatkan hati jika suatu saat trauma Kirani kembali kambuh. Kita tidak tahu bagaimana kondisi Kirani selanjutnya. Tapi mudah-mudahan saja dengan perasaan nyaman yang dia rasakan setiap di dekat anda, dia benar-benar tidak ingat lagi pada trauma itu," ujar Dokter Dwi."Nggak masalah, Dokter. Saya bisa mengerti bagaimana keadaan Kirani. Yang pasti saya tidak akan menuruti keinginan saya untuk meminta hak sebagai suami."Theo menyalami Dokter Dwi sebelum kembali ke ruangan Kirani dan membawa kekasihnya itu untuk segera pulang. "Bos." Kirani terkejut ketika melihat Theo yang sudah berada di luar ruangan sambil merentangkan kedua tangannya. Perempuan itu berlari berhambur memeluk Theo dan membenamkan kepalanya di dada bilang sang atasan. "Aku kangen." Theo mengecup kening Kirani dan memeluk perempuan itu dengan erat. Sesekali diciumnya dengan gemas sambil membingkai wajah kekasihnya itu dengan penuh cinta. "Kita pulang ya," bisik Theo pada Kirani seraya melambaikan tangan

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Jalan terbaik

    "Iya. Daddy bersedia menikah dengan ibumu," sahut Theo sambil tersenyum."Bagaimana kalau Ibu tidak mau menikah dengan Daddy?" Kevin mengerjapkan matanya. "Bisa kita atur nanti. Yang penting Kevin bilang sama Ibu kalau Kevin ingin menikahkan Ibu dengan Daddy.""Oke deh." Kevin mengacungkan jari jempolnya. "Horeeee. Akhirnya Kevin punya Ayah," ujarnya lagi sambil berhambur memeluk Theo. Theo segera berpamitan pada ibunya Kirani dan Kevin. Ia berencana mendatangi Wira dan membicarakan masalah perusahaan. Sepanjang perjalanan menuju perusahaannya, Theo tak berhenti memikirkan Kirani yang saat ini masih berada di klinik Dokter Dwi. Betapa ia ingin menghubungi sang dokter dan menanyakan bagaimana keadaan Kirani saat ini, tapi ia khawatir jika pertanyaannya nanti justru akan mengganggu Dokter Dwi yang tengah fokus merawat kekasihnya. Sesampai di halaman kantornya, Theo langsung terburu-buru menuju ruangan Wira. "Kamu tuh bener-bener nggak ada otak ya. Bisa-bisanya kamu membatalkan meet

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Trauma

    "Bella, Tomo?" Kirani dan Theo sama-sama terkejut melihat klien mereka yang masuk ke dalam ruangan. "Ah, aku lupa memberitahu kalian kalau klien yang datang dari Perancis itu meminta diwakilkan pada pemilik saham di grup mereka yaitu Bella dan Tomo," ujar Wira berusaha menenangkan Kirani dan Theo.Kirani terkejut ketika menoleh ke arah Tomo yang sedang memainkan lidahnya. Lidah Tomo dimainkan persis seperti saat ia melakukan pelecehan pada Kirani.Kirani tiba-tiba merasakan sakit kepala yang teramat sangat. Kenangan bagaimana Tomo yang telah melecehkannya di masa lalu dan beberapa bulan yang lalu pun seketika berputar-putar di otaknya. "Jangan!" Kirani tiba-tiba duduk di bawah kursi sambil menutup wajahnya. Hal itu membuat Theo merasa cemas hingga berusaha menenangkan Kirani. "Lepaskan aku!" Kirani menepis tangan Theo berkali-kali. Bersamaan dengan itu juga, Tomo mendekati Kirani dan berbicara pada perempuan itu. "Kemarilah, Sayangku," bisiknya di telinga Kirani."Menyingkir kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status