Share

Rahasia Ghina

"Aku pengen impian kamu terwujud, Ghin. Sebenarnya kamu juga suka sama Reza, kan? Ya, kali aja kalian bisa jadi pasangan kekasih nantinya," celetuk Bela.

"Eh, sembarangan aja kalau ngomong."

"Emang kenyataannya begitu, kan?" goda Bela.

"Kamu tahu rahasiaku?" lirih Ghina karena merasa penasaran. Dia tidak pernah menceritakan perihal perasannya kepada Bela. Atau jangan-jangan ....

Beberapa minggu yang lalu

"Bel, minta tolong buku Ghina yang masih ada di laci kami bawa, ya."

Bela mengangguk saat Evi berpesan kepadanya. Ada-ada saja tingkah teman sebangkunya itu.

Setelah jam istirahat berakhir dan masuk ke pelajaran selanjutnya, Ghina mengeluhkan perutnya. Ia bilang penyakit maagnya kambuh. Bela tidak tega melihat temannya yang kesakitan, akhirnya memintakan izin agar Ghina bisa pulang. Yang dilakukan Bela membuahkan hasil, Ghina akhirnya bisa pulang terlebih dahulu.

Berawal dari situlah rahasia besar Ghina terbongkar. Di antara buku paket yang berada di laci ternyata terselip buku kecil dengan warna biru. Awalnya Bela tidak mau tahu sama sekali tentang buku itu. Hingga akhirnya dia tidak sengaja menjatuhkan dan mengakibatkan terlihatnya salah satu lembar dari buku tersebut.

Sekilas Bela membaca jika tulisan tersebut berisi curahan hati Ghina. Bela penasaran, namun ia tidak boleh asal membaca buku milik Ghina tersebut. Ini rahasia temannya, dia tidak akan memberitahukan kepada siapapun, ia akan membacanya jika dalam keadaan seorang diri nanti.

Bela masih berdiam diri di kelas ketika teman-temannya berhamburan keluar saat bel tanda pulang berbunyi. Biasanya Bela selalu keluar kelas paling awal, namun khusus kali ini dia akan menunggu hingga hanya dirinya di kelas karena ada sesuatu yang akan ia lakukan. Buku biru milik Ghina tadi masih ia sembunyikan dan begitu sudah dalam kondisi kondusif, ia akan membacanya. Hal seperti itu tidak bagus, tapi jika tidak ketahuan pemiliknya tidak apa, kan?

Bela mengeluarkan buku biru milik Ghina. Tadi ia sengaja meletakkan sticky note pada bagian yang ingin ia sasar. Bela mulai membacanya, maafkan temanmu, Ghina.

[Tidak semua yang aku inginkan akan menjadi milikku. Rasanya sungguh tidak adil jika Tuhan menciptakanmu namun tidak untuk kumiliki. Reza, sebagai remaja yang masih sering bersikap kekanak-kanakan, rasanya tak pantas jika aku menyukaimu. Jika suatu saat aku membaca ulang tulisan ini, aku akan sangat malu, Za]

Jangankan Ghina, Bela saja merasa malu ketika membaca tulisan tersebut. Tidak disangka, ternyata seorang Ghina yang terkenal cuek dan tertutup masalah laki-laki, ternyata memiliki sebuah rahasia. Bela pikir, Ghina dan Reza cocok juga. Dan, mulai saat itu Bela berusaha mewujudkan impian Ghina yang ingin memiliki Reza.

"Kamu tahu dari mana?" selidik Ghina.

"Dari bukumu. Maaf, aku salah sudah membacanya," lirih Bela.

"Serius, Bel? Aku malu!"

"Kenapa malu?"

"Kamu sudah membacanya."

"Santai aja, Ghin. Harusnya kamu memberitahu aku lebih dulu. Kalau tau gitu aku bantu."

"Eh, nggak usah. Jangan sampai teman-teman tahu, ya, Bel. Aku malu!"

Ghina berpikir jika Bela jugalah yang kemarin memberikan makanan kepada Reza atas namanya. Rasanya kesal juga kalau seperti itu. Bela sungguh menyebalkan, gadis itu tampak cengengesan karena sudah ketahuan.

"Kamu juga ngasih ke Reza, kan? Kamu ngasih dan bilang kalau itu pemberian dariku?" tanya Ghina.

"Kalau yang ngasih cokelat ke kamu terus aku bilang yang ngasih itu Reza, memang pelakunya aku. Tapi kalau itu aku justru nggak tahu."

"Serius?"

"Beneran, aku nggak tahu."

"Terus siapa?" Bela mengendikkan bahunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status