Hari berganti,
Dengan niat yang sudah di pikirkan tadi malam, yaitu berhenti berusaha untuk mendapatkan penuh perhatian Rani, Rio terus menerus melawan perasaan tersebut dalam batinnya di dalam kelas. Rio terus mencoba mengalihkan perhatiannya untuk Rani. Ia mencoba untuk selalu menghindari tegur sapa dengan Rani, dan fokus belajar serta bermain dengan teman-teman laki-laki di kelas tersebut.
Begitu juga dengan Rani, Ia sudah tak lagi memperdulikan surat yang Ia terima kemarin. Ia sudah tak lagi merisaukan surat dan perasaannya di depan teman-temannya, Ia pendam rasa penasaran dan perasaannya. Rani masih seperti biasanya, bercengkrama dengan teman-temannya di kelas. Pikiran Rani saat ini hanyalah Belajar dan Bermain di sekolah.
Tak seperti Rio, Rani lebih pandai dalam menyimpan perasaan dan tak pernah merisaukan hal tersebut. Karena, Rani sudah sedari lama menyimpan perasaannya, Ia selalu mencoba bersikap biasa terhadap perasaannya dan sudah beradaptasi.
Hari demi hari berlalu, Rio terus berusaha membiasakan diri dengan memendam perasaan dan selalu bersikap seperti biasanya, tak lagi menunjukkan sesuatu atau berusaha untuk mendapatkan perhatian Rani lagi.
Sama dengan Rio, Rani pun Masih seperti biasanya, memendam perasaan kepada Rio yg sedari akhir kelas 5 SD sampai di kelas 6 ini Ia lakukan.
Namun dengan Surat yg masih Ia simpan, Rani masih sering penasaran dengan si penulis surat tersebut, dan terkadang memikirkannya di banyak kesempatan, di sela-sela belajar malamnya.
Sampai di suatu malam di kamarnya, seusai belajar, Rani kembali terpikir dan kepikiran untuk mencari tahu Penulis Surat tak bernama tersebut. Terbersitlah ide untuk mencari tahunya, yaitu dengan cara mencocokan goresan-goresan tulisan tangan di surat itu dengan goresan-goresan tulisan tangan di buku teman-temannya di kelas, satu persatu. Rani berharapan dengan cara itu, Ia bisa mengetahui siapa penulis surat tersebut yg menamai dirinya "Pengagum Rahasia".
Di malam itu setelah malam sudah mulai larut, Rani mempersiapkan diri untuk tidur dan tak lupa Ia juga menyiapkan kembali surat yg pernah Ia terima ke dalam tasnya untuk di bawa kembali ke sekolah. Dengan maksud, agar besok pagi di kelas bisa mencocokan tulisan tangan di surat itu.
Pagi tiba. Setibanya di dalam kelas, Rani tak langsung melakukan apa yg Ia pikirkan tadi malam. Ia terus bersikap seperti biasanya, agar tak membuat kegaduhan lagi di kelas.
Rani ingin, saat Ia mencocokan tulisan tangan di surat itu dengan tulisan tangan di buku teman-temannya, semua temannya tidak menyadari, bahwa Ia sedang memeriksa tulisan tangan di buku-buku teman-temannya satu persatu.
Saat kegiatan belajar mengajar dimulai. Ketika semua anak murid sedang fokus memperhatikan guru yg sedang menyampaikan materi pelajaran, Rani membuka kembali surat yg Ia bawa untuk mengingat setiap goresan goresan huruf di surat tersebut.
Setelah itu, Rani melirik buku teman-teman di sekitar tempat duduknya, dengan maksud bisa memeriksa tulisan tangan di buku teman-temannya itu. Teman sebangku, 2 teman di bangku belakangnya, 2 teman di bangku depannya, 2 teman di bangku sebelahnya, Ia lirik dan periksa. Tak ada yg mirip atau cocok, apalagi sama dengan tulisan di surat yg sudah Ia terima.
Bell istirahat berbunyi, seluruh anak murid keluar kelas untuk beristirahat. Namun Rani memilih untuk beristirahat belakangan, dengan maksud agar supaya Ia dapat leluasa melakukan rencananya. Baiknya pula, di atas semua meja temannya tersebut terdapat buku masing-masing murid, tak perlu susah Rani repot membuka tas teman-temannya satu-satu.
Setelah semuanya keluar kelas, Rani memulai untuk memeriksa dan mencocokkan tulisan tangan itu, dari bangku ke bangku dan dari buku satu ke buku yg lain, milik teman-temannya.
Sampai akhirnya, Rani terkejut saat di hadapan buku Rio. Ia kaget, bahwa tulisan tangan Rio di bukunya sama persis dengan tulisan tangan di surat itu. Rani terhenti beberapa detik yg lumayan lama di bangku Rio, kemudian Ia kembali memeriksa buku-buku temannya yg belum sempat Ia periksa, untuk memastikan bahwa Rio adalah benar-benar pemilik surat yg Ia terima tersebut.
Setelah semua buku teman-temannya sudah selesai Ia periksa, Rani sangat senang dalam perasaannya, karna mengetahui si penulis surat ternyata adalah Rio. Yang dimana, Rani sudah sedari lama memendam perasaannya terhadap Rio.
Di jam istirahat yg masih berlangsung, dalam keadaan hati yang sangat senang karna mengetahui Rio ternyata juga memiliki perasaan yang sama kepada dirinya, Rani kemudian keluar kelas untuk beristirahat menyusul teman-temannya di luar kelas yg sedang beristirahat.
Bell sekolah berbunyi, tanda kegiatan belajar mengajar dimulai.
Di dalam kelas, semua teman Rani tidak mengetahui bahwa Rani telah membuka semua buku mereka dan memeriksanya. Begitupun dengan Rio, Rio masih bersikap biasa saja dan masih terus menyembunyikan perasaannya terhadap Rani.
Setelah mengetahui pemilik surat itu adalah Rio, Rani kini terus memperhatikan Rio. Ia tak lagi ragu menunjukkan perasaannya, dalam benaknya "Toh si Rio juga memiliki perasaan yg sama".
Rani terus memperhatikan Rio di dalam kelas, sesekali Rani mencoba untuk mencari dan memberi perhatian kepada Rio, dengan terus bertanya dan basa-basi. Namun, Rani tetap diam dan enggang menyinggung, apalagi mengatakan fakta tentang surat yang pernah Ia terima.
Di sisi lain, Rio nampak heran dengan sikap Rani, yg tiba-tiba sering bertanya dan basa-basi terhadap dirinya. Rio heran, sikap yg ditunjukkan Rani terhadap dirinya sama persis dengan yg Ia tunjukkan setelah Tangisannya pecah di bangku kelas 5 dulu . Sikap itulah yg Rio rindukan dari Rani.
Dalam keheranan, perasaan Rio bercampur aduk, antara Senang dan Kesal. Senang, karna Rani mulai memperhatikannya lagi seperti dulu. Dan Kesal, karna Rio sudah mulai terbiasanya dengan menyembunyikan perasaannya tapi malah tiba-tiba Rani muncul dengan sikap yang sudah lama Rio rindukan.
Hal itu membuat Rio bergumam dalam batinnya, "Apakah Rani sudah mengetahui 'Pengagum Rahasia' dalam surat itu adalah aku. Ahh.., tapi sepertinya tidak, darimana mungkin dia tahu, sebab tak ada seorang pun yg tahu bahwa aku yg menulis dan memberikan surat itu" .
Rani dan Rio di hari itu kembali memulai keakraban mereka, sama seperti setelah Tragedi Tugas Kelompok Membatik di kelas 5 waktu itu.
Rani senang, karna mengetahui fakta, bahwa apa yg Ia rasakan sama dengan yg dirasakan Rio terhadap dirinya. Rio juga senang dengan sikap Rani yg sudah mulai meng-akrab-i dan memperhatikannya, walaupun Rio belum tahu sebab kembalinya perhatian Rani terhadap dirinya.
Bell sekolah kembali berbunyi, menandakan waktu kegiatan belajar mengajar telah usai. Sebelum keluar kelas dan pulang, setelah berdoa dan dipersilahkan gurunya untuk pulang, Rio melihat Rani yg sedang merapikan bangku dari buku-bukunya untuk dimasukkan ke dalam tas. Melihat itu, Rio sengaja tak keluar dari ruang kelas dan memilih menunggu Rani.
Akhirnya setelah di tunggu sekian lama, momen jalan berdua keluar kelas pun kembali Rio rasakan. Rio dan Rani jalan berdua keluar kelas, mereka asyik bercanda dan mengobrol sepanjang perjalanannya, sampai di pinggir jalan raya depan sekolah.
Di pinggir jalan, Rio menemani Rani menunggu Ayah Rani datang untuk menjemput Rani.
Mereka berpisah di pinggir jalan depan Sekolah Dasar tersebut. Rani di jemput Ayahnya untuk pulang. Sementara Rio, Ia berjalan kaki, sendiri menuju pulang.
Malam tiba.
Seperti biasanya, Rio dan Rani selalu belajar di waktu malam mereka, seusai makan malam di rumahnya masing-masing.
Rio di dalam kamarnya, disela Ia belajar, Ia terus teringat dengan apa yg terjadi tadi, di sekolah bersama Rani. Ia berharap, bisa terus-terusan bercanda berdua bersama Rani. Ingatan itu membuat Rio kembali bersemangat, untuk kembali berusaha mendapatkan perhatian Rani sepenuhnya.
Di tempat lain.
Di dalam kamarnya, Rani juga demikian. Ia tak menyangka, Rio memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya. Kini Rani tak perlu lagi menyembunyikan perasaannya terhadap Rio. Namun, Ia juga tak mau mengungkapkan perasaannya secara langsung kepada Rio, Rani malu. Rani berharap, Rio sadar dengan sikap dan perhatian yang akan selalu Ia berikan kepada Rio, kemudian Rio mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu kepada Rani dan tak perlu menyembunyikan identitasnya.
Tiba di jam pengumuman. Rio dinyatakan Lulus dari SMP-nya. Senang bukan main hati Rio, setelah mengetahui masa-masa SMP sudah benar-benar berakhir.Begitu juga dengan semua Anak Murid di SMP itu, semua mengekspresikan kegembiraan dengan cara mereka masing-masing, sebab semua murid kelas 3 di SMP itu dinyatakan Lulus 100%.Beberapa diantaranya, ada yg mengekpresikan kegembiraan dengan sujud syukur, ada juga yg berteriak dan lompat-lompat. Namun, hal sama dilakukan semua murid ketika itu adalah mencoret-coret baju mereka dengan pilox yg sudah mereka siapkan dan tanda tangan dari teman satu ke teman yg lain menggunakan Spidol Permanen.Setelahnya, masing-masing dari mereka mencari teman akrab mereka, untuk merayakan kelulusan ataupun sekedar mengobrol. Begitupun dengan Rio, setelah bercengkrama dengan Robi dan teman satu ruang kelasnya, kemudian Ia menemui Shinta, Ia sempatkan waktu yg singkat ini untuk bisa berdua dengan Shinta.Taman Sekolah, tempat
Tidak jarang ketika saldo pulsanya sudah menunjukkan 4000 rupiah, Rio mengabaikan SMS dari temannya, dengan cara tak membalas ataupun memberitahukan ke temannya. Sengaja Rio melakukan hal itu, agar supaya Ibunya dapat menggunakan HP dalam keadaan pulsa masih tersedia.Setelah pulsa habis, digunakan Ibunya, Rio akan membalas SMS dari temannya, setelah saldo pulsa kembali diisi ulang oleh orangtuanya.Rio berusaha untuk tidak lagi minta uang untuk membeli pulsa, selain karna sudah ditegur Sang Ibu, Rio juga teringat bahwa Sang Ayah yg saat ini sedang tidak bekerja.Namun, hal yg dilakukan Rio itu tak bertahan lama. Shinta Swastika, gadis yg sudah pernah menyatakan perasaan terhadap Rio itu sepertinya tidak tahan akan ketiadaan Rio di SMSnya. Mengingat, hampir setiap hari mereka berdua SMSan.Sering, ketika Rio memberitahukan bahwa SMSnya akan berakhir karna saldo pulsa yg habis, Shinta membalas, "Yahh... Rio. Huft... :'(".Dan ketika beberapa hari SM
Dirumah, Ayah dan Ibu Rio menyambut kepulangan Sang Anak dengan 'Ucapan Selamat', karena Rio baru saja telah menyelesaikan Ujian Nasional dan SMPnya (meski belum dinyatakan lulus).Ayah dan Ibu Rio tak ragu akan kelulusan Rio, Mereka yakin bahwa Rio akan lulus. Namun, Nilai atau hasil yg dikerjakan Rio yg membuat kedua orangtuanya sedikit was-was dan berharap.Ayah dan Ibu Rio berharap Rio mendapatkan nilai yg bagus, agar nanti ketika mendaftar ke SMK dapat diterima di SMK yg bermutu baik atau SMK favorit.Setelahnya, di jam makan malam. Ayah, Ibu dan Rio, berunding tentang Jurusan yg diminati Rio dan SMK yg akan jadi tujuan Rio.Ibu Rio bilang, "Pilihan Jurusan yg kamu senangi, yg sekiranya itu adalah sesuatu yg membuatmu tertarik dan ingin mempelajarinya. Jangan hanya karena ikut-ikutan teman, kamu memilih Jurusan dengan asal-asalan. Sebab, yg Ibu khawatirkan, nanti kamu gak akan sungguh-sungguh ketika belajar dan mudah bosan".Rio : "Rio b
Tak terasa kelas 3 SMP sudah di ujung waktu, Rio sudah harus menghadapi Ujian Nasional tingkat SMP. Kesibukannya dengan Sepak Takraw dan Berladang mebuat Ia terbiasa tanpa Tiara dan Asmara.Beruntung bagi Rio dan keluarga, Karena di penghujung SMP ini dibarengi juga dengan hasil ladang yg diprediksi akan panen Pass di waktu kelulusan Rio dan kepidahannya ke jenjang pendidikan yg lebih tinggi.Tenang hati Ibu Rio, ketika tahu singkong yg dipersiapkan di ladang untuk biaya sekolah Rio ke jenjang yg lebih tinggi (SMA) sesuai dengan yg diharapkan. Belum lagi Sang Suami yg sedang di luar kota bekerja juga memberi kabar, bahwa Ia akan segera pulang beberapa hari lagi, yg kemungkinan Sang Suami juga akan membawa uang yg lumayan.Lewat telepon, Ayah Rio juga memberitahu keluarganya di rumah, bahwa Proyek yg Ia kerjakan akan mandek dalam pengerjaannya untuk beberapa minggu, karena beberapa alasan. Sehingga para pekerja akan diliburkan dan entah kapan lagi akan mula
Di kelas 3 SMP ini Rio menemukan Hobi barunya, yaitu bermain Sepak Takraw.Di desa tempat Rio tinggal adalah desa yg termasuk kuat akan kegiatan keolahraganya. Di desanya, hampir semua warganya melakukan dan berbakat dalam olahraga, seperti : Sepak Bola, Volly, Badminton, Pingpong dan karambol. Demikian juga dengan Rio, Ia juga hobi berolahraga berkat tumbuh di lingkungan seperti itu.Sebenarnya bukan hal baru bagi Rio, permainan Sepak Takraw ini. Namun, saat Ilham dan Agus yg ketika itu sedang praktik bermain Sepak Takraw di jam pelajaran PenJasOrKes(Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Rio merasa tertarik melihat kedua teman sekelasnya itu memainkan bola Takraw dengan sangat piawai.Rio mencobanya, meminta dua temannya tersebut untuk mengajarinya dan ternyata menyenangkan. Alhasil setiap hari rabu dan sabtu sore, Rio kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Sepak Takraw bersama kedua teman satu kelasnya tersebut yaitu Ilham dan A
Kegiatan baru di hari-harinya, kini Rio selalu menyempatkan waktu untuk dapat mengotak-atik, belajar menggunakan di rumah.Di sekolah pun Rio tak tenang, bukan karena pelajaran atau temannya melainkan Ia ingin segera pulang dan bermain HP. Ibunya pun tak pernah melarang Rio untuk bermain HP, karena memang Rio bisa memabagi waktu untuk belajar, membatu pekerjaa rumah dan bermain.Beberapa hari kemudian, Sang Ayah mendapat telpon dari Pak Mandor. Pak mandor mengabarkan akan ada proyek baru yg akan di mulai 3 hari lagi, Dan menanyakan kenapa Ayah Rio, "Apakah masih mau untuk ikut mengerjakan proyek tersebut bersama Pak Mandor?".Kepada Pak Mandor, Ayah Rio menjawab : "Oke Pak, Siap!!. Saya ikut lagi. H-1 Saya akan berangkat menuju lokasi proyek".Diberitahukanlah hal tersebut ke Anak dan Istrinya.Tak lagi terlalu cemas kini, Rio dan Kedua Adiknya dengan akan kepergian Sang Ayah. Selain karna sudah pernah jauh dan rindu ayah, kini setiap saat Keluarga