Share

Masa Lalu

Penulis: Ainun Qolbi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-23 13:26:00

Hubungan Bella dan Cakra mulai renggang saat Cakra ketahuan selingkuh dengan mantannya.

“Aku mau kita udahan” ucap Bella sesenggukan.

Cakra tidak menjawab, dia hanya diam karena sudah tidak bisa beralasan lagi, dia benar-benar tertangkap basah.

“Tolong jangan Bel, aku janji ga akn ngulangin lagi” pinta Cakra.

Sembari sesenggukan, suara bela lemah, dia sudah tidak kuasa lagi menumpahkan amarahnya, dia tidak menyangka orang yang selama ini dia sayangi menghianatinya, lebih parahnya kepergok tepat dihadapannya.

Malam itu sebenarnya Bella sama sekali tidak berniat keluar, tubuhnya sudah capek bekerja seharian, tapi entah kenap dia ingin keluar sekedar mencari makan dan melepas penat.

Bella melihat ponselnya, masih pukul 10 malam, belum terlalu larut untuk keluar cari makan dan mencari udara segar, juga tidak ada pesan dari Cakra, terkahir Cakra bilang badanya demam, jadi dia tidur duluan.

Bella menghidupkan mesin motor matic, melewati jalan yang biasa ia lalui bareng Cakra. ‘Makan mie dog-dog enak kali ya’ gumanya dalam hati.

Ada warung makan langganan Bella yang jual makanan murah dan enak, dia juga sering makan bersama disana, menghabiskan malam.

Sesampainya diparkiran, Bella melihat motor Cakra terparkir diujung, Bella tidak mau berkipir negativ dengan pacarnya ‘ah itu mungkin motor yang sama milik Cakra’

Warung makan itu bertema santai, dengan beberapa gazebo yang nyaman untuk orang pacaran, lampu yang remang-remang, cocok untuk mengobrol bersama kekasih.

Bella berjalan melewati beberapa muda-mudi yang sedang mengobrol asik, terdengar beberapa sorak canda tawa dari berbagai sudut.

Tiba-tiba matanya terkunci pada sosok yang memakai jaket levis dengan penutup kepala, jaket yang biasa dikenakan Cakra.

Penglihatan Bella sedikit rabun, dia tidak mau salah sangka atau menuduh sembarangan bahwa itu Cakra. Untuk memastikn kebenarannya, Bella mendekati gazebo itu, berlagak seperti pengunjung lain yang mencoba mencari tempat kosong.

Semakin mendekati pria berjaket itu, degub jantung Bella semakin kencang, ‘apa yang harus aku lakukan kalo itu benar-benar Cakra?’.

Perasaannya campur aduk, antara ingin mengiraukan dan membiarkan, tapi rasa penasarannya tinggi.

Saat pria itu berhenti tertawa, tiba-tiba pandanngya tepat melihat ke arah Bella, disisi lain Bella juga terkejut bahwa itu benar-benar Cakra pacaranya.

Cakra lungsung buru-buru menghampiri Bella, mengetahui dirinya akan dihampiri, Bella berusaha kembali ketempat parkir secepat mungkin.

Langkah Bella terhenti, tangannya telah digapai oleh Cakra, digenggam erat.

“Aku bisa jelaskan ini yang” ucap cakra sambil meraih tangan Bella.

Bella berusaha melawan dengan melepaskan genggaman tangan Cakra. “Lepasin!”

“Enggk, aku nggk mau lepasin tangan kamu, dengerin penjelasanku dulu.” Cakra memaksa.

“Udah lepasin, tolong” pinta Bella sembari menahan sekuat mungkin agar air matanya tidak jatuh.

Terlihat jelas mata Bella berkaca-kaca, berusahan menumpahkan segala emosi campur aduk mengetahui pacarnya ketahuan selingkuh didepan matanya sendiri.

Masih menggenggam tangan Bella.

“Maafin aku yang, tolong beri aku kesempatan untuk jelasin ke kamu.”

Bella diam, masih meronta agar tangannya dilepaskan.

“Udah, kamu have fun aja sama mantan kamu.” Bella mulai menaikkan suaranya.

Mereka berdua menjadi pusat perhatian pengunjung lainnya, perempuan yang bersama Cakra hanya bisa diam ditempat, serba salah dan tidak bisa berkata apa-apa.

“Aku cuma keluar nongkrong aja sama dia Bel” Cakra mulai menjelaskan.

Bella tak acuh, hatinya terlalu sakit untuk mendengarkan penjelasan apapun, ia tidak bisa lagi berpikir, mana yang harus ia percaya dan lakukan.

Tangan Bella berhasil terlepas, Bella lari menuju parkiran, menghidupkan motornya lalu pergi. Bella tidak menyangka apa yang telah ia temukan. Niat awal hanya ingin pergi cari makan, karena perutnya kebetulan lapar malam hari, tapi yang ia dapatkan bukan makanan, melainkan perselingkuhan.

*

Cakra datang ke kontrakan Bella setelah memulangkan selingkuhannya, hari itu sudah larut malam, Cakra sampi dikontrakan Bella dini hari lewat.

“Beeell, bukain gerbangnya, aku mau jelasin ke kamu”

Bella mendengar suara Cakra dari luar pagar, tapi Bella tidak bergeming, dia sudah muak dengan Cakra, dirinya saat ini hanya butuh ketangan.

Setengah jam lebih Cakra memanggil Bella dari luar pagar, sama sekali tidak ada respon dari dalam. Sudah tak terhitung berapa kali Cakra menghubungi Bella tapi tak diangkat.

Cakra tahu pacarnya pasti sangat marah, dia juga tak menyangka Bella keluar malam ketempat yang sama saat dia sedang keluar bersama mantannya.

Cakra ingin meminta maaf, menyesali perbuatannya tersebut, tapi apakah Bella sanggup memaafkan.

“Bella sayang, aku minta maaf ya, aku ga ada maksud buat nyakitin kamu, aku khilaf sayang, maaf ya.” Kata Cakra dari luar pagar.

Dalam kamar, Bella menutup rapat-rapat telinganya agar tidak terdengar suara Cakra dari luar, Bella benar-benar tidak busa diajak kompromi malam itu.

Pukul 2 lewat, akhirnya Cakra pulang, setelah lebih dari 2 jam dia menunggu dari luar pagar kontrakan Bella, Cakra memutuskan pulang dengan penuh rasa penyesalan.

Bella sebenarnya tidak enak hati membiarkan Cakra diluar pagar malam-malam, tapi rasa marahnya mengetahui perselingkuhan itu membuatnya tidak bisa lagi mentoleransi.

*

“Selingkuh itu bukan masalah janji ga ngulangin lagi, selingkuh itu sifat, udah ga bisa berubah, kamu juga kalau ada kesempatan lagi bakal ngulangin terus.” Nada suara Bella mulai meninggi.

Mereka berdua bertemu disebuah caffe kecil dipinggiran kota Surakarta.

Mereka berdua menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung lain karena melihat Bella menangis, dan Cakra berusaha menenangkan.

“Iya aku tahu Bel aku salah, tapi tolong aku gamau kalo kita harus pisah” mohon Cakra.

Hening.

Bella berusaha tegar, sebenarnya dia sudah menahan air mata untuk tidak keluar, tapi usahanya percuma.

“Tolong kasih kesempatan aku sekali lagi Bel” lanjut Cakra.

“Sudah Cak, aku ga bisa, plis jangan paksa aku untuk menjalani hubungan ini dengan keterpaksaan.” Jawab Bella dengan suara yang mulai mereda.

“Aku udah gabisa lagi kaya dulu Cak, aku pasti bakalan akan berubah, aku sudah tidak bisa se-care kaya dulu lagi sama kamu.” Lanjutnya.

Cakra diam.

Dia benar-benar menyesali apa yang telah dia perbuat.

Hening beberapa saat.

“Aku gapapa Bel kalo kamu gabisa peduli sama aku kaya dulu lagi, tapi aku mohon jangan akhiri hubungan kita.” Cakra tetap pada pendiriannya untuk mempertahan Bella.

“Kenapa sih kamu harus pertahanin aku? Kenapa kami ga sama mantan kamu saja? Dia juga bakalan nerima kamu kan? Dia pasti senang kalo tahu hubunganmu sama aku berakhir.” Ucap Bella memborong pertanyaan.

“Enggk Bel, mau bagaimanapun aku tetep milih kamu.” Cakra meyakinkan.

“Tetap milih aku kenapa kamu selingkuh?, aku bener-bener kecewa sama kamu Cak, aku rasanya sudah tidak bisa lagi menjalin hubungan ini” tegas Bella.

“Coba kamu pikir lagi Bel, orang tua kita sudah saling tahu, apa kamu mau mengecewakn mereka?” Bujuk Cakra.

“Kalo orang tua kita tahu kamu selingkuh pasti mereka juga mewajari keputusanku ini, aku bener-bener gabisa Cak, mau kamu bagaimanapun aku ga bisa, aku udah ga peduli orang tua kita tahu atau tidak, aku udah ga bisa. Titik.” Bella tetap kukuh dengan keputusannya.

“Aku akan tetap menganggap kamu pacarku sampai kapapun Bel, meskipun kamu sudah tidak menganggapku.”

Pertemuan malam itu tidak menemui titik terang, Bella tetap ingin mengakhiri hubungannya, sedangkan Cakra masih ingin mempertahankan.

Sampai pada akhirnya, Bella menyerah, dia mencoba untuk sekali lagi menerima Cakra, tapi dengan beberapa syarat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Asmaraloka   Patah Hati yang Paling Patah

    Ain berdiri tegak di tepi pantai, angin laut yang sejuk menerpa wajahnya. Langit sore itu begitu tenang, seperti mencoba menenangkan hati yang sedang terbelah. Ombak yang berdebur di ujung kaki pantai seakan menjadi suara yang menggema di dalam pikirannya, mengingatkannya pada semua yang telah terjadi. Pada Bella, pada Alfi, pada segala hal yang telah menghiasi hidupnya—dan kini, semuanya terasa hilang begitu saja.Dia menatap horizon yang tak berbatas, di mana langit bertemu dengan laut. Seperti halnya dirinya, tak tahu lagi harus kemana, tak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Keseimbangannya goyah, seolah semua yang telah dia perjuangkan selama ini hancur dalam sekejap mata. Momen-momen indah bersama Bella dan Alfi seperti bayangan yang terus terulang di pikirannya, namun setiap kali ia meraihnya, ia merasa semakin jauh darinya. Kenangan itu sekarang hanyalah serpihan-sepihan yang menorehkan luka di hatinya—luka yang tak akan pernah sembuh.Ain menar

  • Asmaraloka   Asmaraloka yang Hilang

    Kehidupan telah membawa Bella dan Ain melalui begitu banyak kejadian yang penuh teka-teki, pengorbanan, dan kehilangan. Mereka telah melewati jalan yang panjang dan berliku, dengan banyak kali terjatuh dan bangkit kembali. Namun, kali ini, di bawah langit yang sama, di tempat yang penuh dengan kenangan, mereka berdiri bersama, siap menghadapi kenyataan yang mereka takuti selama ini.Mereka telah mengalahkan Cakra, menghancurkan rencana balas dendam yang berbahaya. Namun, meskipun kemenangan itu membawa kedamaian sementara, keduanya tahu bahwa mereka harus menghadapi sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang telah mengikat mereka dengan masa lalu yang penuh kebingungan dan luka. Semua jalan mereka telah terjalin dalam satu kisah yang sama, kisah yang melibatkan Alfi, cinta yang hilang, dan semua pengorbanan yang telah mereka buat demi mencapai kedamaian.Bella dan Ain berdiri di tempat itu, di sebuah taman yang pernah menjadi saksi bisu dari banyak kenangan indah. Tam

  • Asmaraloka   Akhir yang Tak Berujung

    Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya, meskipun langit dipenuhi bintang. Bella dan Ain berdiri di tengah keheningan, perasaan mereka masih terombang-ambing oleh apa yang baru saja mereka temui—tulisan tangan Alfi, pesan yang mengungkapkan bahwa kebenaran yang selama ini mereka cari ternyata lebih rumit dan lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan. Di atas batu itu, di tempat yang penuh kenangan, mereka menyadari bahwa Cakra masih mengendalikan banyak hal, meski kini, ia hanya ada dalam bayang-bayang.“Cakra,” Bella berbisik, suaranya penuh kebingungan dan ketakutan. “Dia masih ada, Ain. Kita bisa saja terjebak dalam perangkapnya tanpa kita sadari.”Ain mengangguk pelan, hatinya dipenuhi dengan keresahan yang mendalam. Meskipun mereka telah menemukan begitu banyak petunjuk, meskipun mereka akhirnya mengerti bahwa Alfi masih hidup dan mungkin menyimpan kunci untuk menghentikan Cakra, rasa takut itu tak bisa hilang begitu saja. Cak

  • Asmaraloka   Di Bawah Bintang yang Sama

    Langit malam terlihat lebih luas dari yang Bella ingat. Bintang-bintang berkelip cerah di langit yang gelap, seolah-olah menatapnya dengan tatapan penuh misteri. Tempat ini, sebuah taman kecil di pinggir kota, selalu menjadi tempat mereka bertemu di masa lalu—tempat yang penuh dengan kenangan manis, tawa, dan kebahagiaan yang tampaknya sudah lama hilang. Namun malam ini, suasana itu terasa berbeda. Udara yang biasanya menenangkan kini terasa berat, seolah menyimpan kegelisahan yang sama dalam dada mereka berdua.Bella berdiri di sana, di bawah pohon besar yang dulu sering mereka duduki bersama. Angin semilir menggerakkan dedaunan, dan bau tanah basah menguar di udara. Setiap langkah yang ia ambil menuju tempat itu terasa penuh keraguan, setiap detik semakin menambah ketegangan dalam dirinya. Begitu banyak yang telah terjadi sejak terakhir kali mereka bertemu. Begitu banyak kata yang tidak terucap, begitu banyak luka yang belum sembuh. Dan kini, di bawah bintang-bintang

  • Asmaraloka   Mimpi yang Terlupakan

    Bella duduk di tepi tempat tidurnya, mata terpejam rapat, mencoba mencari kedamaian dalam kegelapan yang melingkupi malam. Suara detak jam yang berdetak pelan, seakan-akan menjadi satu-satunya pengingat bahwa waktu terus berjalan, meskipun hidupnya terasa terhenti. Sudah berhari-hari sejak kejadian yang mengubah segalanya—sejak perpisahannya dengan Ain. Setiap saat yang dilaluinya seakan diselimuti oleh bayangan wajah Ain, yang seakan terus menghantuinya, meski ia berusaha sekuat tenaga untuk melupakan.Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya. Tidak ada suara hujan, tidak ada angin yang berdesir, hanya kesunyian yang terasa begitu pekat. Bella menarik napas panjang, berusaha mengusir semua pikiran yang datang mengganggu. Ia harus melanjutkan hidup. Itu adalah keputusannya. Ia tidak bisa terus berada di tempat ini, terjebak dalam kenangan yang menyakitkan. Tidak bisa terus menghukum dirinya sendiri atas keputusan yang sudah ia buat.Namun, seiring dengan pemiki

  • Asmaraloka   Janji yang Tak Tertunaikan

    Langkah Ain terasa semakin berat seiring semakin dekatnya ia dengan tempat itu. Jalan yang dilalui sudah begitu familiar, namun ada perasaan yang berbeda—sebuah rasa yang mencekam, seperti ada sesuatu yang tak terlihat mengikutinya, menunggu di balik setiap sudut. Hujan yang turun sejak tadi semakin deras, membasahi rambutnya, mengaburkan pandangannya, namun ia tidak peduli. Ini adalah perjalanan yang ia pilih untuk ditempuh. Perjalanan yang ia rasa tidak hanya akan mengungkapkan misteri Bella, tetapi juga dirinya sendiri.Taman itu—tempat yang pernah mereka kunjungi bertahun-tahun lalu—terletak di ujung jalan kecil, tersembunyi di balik pepohonan lebat dan pagar besi yang sudah mulai berkarat. Dulu, tempat ini adalah tempat yang tenang, penuh dengan kenangan indah, namun kini, setiap sudutnya terasa asing dan penuh dengan kesunyian yang menekan. Angin malam berdesir, membawa aroma tanah basah, dan suasana yang dulu nyaman kini terasa suram, seperti menyembu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status