Share

4. Penguasa Katanya

Penulis: suncake
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-29 22:16:21

Khalisa duduk bersama Lili di meja ke tiga dekat jendela. Orang yang duduk di depannya adalah Adelia dan Dea.

Khalisa sempat melirik ke arah Abi, namun anehnya Abi hanya fokus melihat penjelasan dari guru.

"Astaghfirullah Sa, fokus!" ujar Khalisa pada dirinya sendiri.

"Khalisa, lo kenapa?" tanya Lili yang tentunya tadi mendengar perkataan Khalisa.

"Eh, nggak pa pa kok," balas Khalisa seraya tersenyum kecil.

Lili hanya menganggukkan kepala mendengar balasan dari Khalisa.

Sedangkan Khalisa masih sibuk dengan pikirannya. Ia ingat dengan janjinya dulu, apabila bertemu lagi dengan Abi, Khalisa akan menggantikan uangnya. Tapi hari ini Khalisa hanya membawa uang Rp 20.000,00. Baiklah, insyaallah Khalisa akan menggantikan uangnya Abi besok.

***

Bel keluar main baru saja berbunyi, setelah guru pergi Khalisa segera melangkah menuju ke mejanya Abi.

"Si Khalisa itu mau kemana, Li?" tanya Adelia yang menoleh ke belakang.

Lili hanya menaikkan kedua bahunya untuk menjawab pertanyaan Adelia.

"Abi!" panggil Khalisa.

Abi menoleh ke arah Khalisa.

"Iya Lisa?" balas Abi seraya mengernyitkan dahinya.

"Wah gila lo, Bro. Lo kenal sama murid baru ini?!" sahut teman sebangkunya Abi. Ia beralih menatap Khalisa seraya tersenyum.

"Hai gue Glen Adrian Pangestu," sapanya seraya mengulurkan tangan kanannya.

Khalisa tersenyum kecil.

"Khalisa," ujarnya tanpa membalas uluran tangan dari Glen.

Glen menatap tangannya yang tidak dijabat oleh Khalisa.

"Gila lo sombong banget, giliran temen gue, lo samperin duluan!" ketusnya.

"Maaf, aku udah wudhu," balas Khalisa merasa tidak enak. Tidak boleh juga seorang yang bukan mahram berjabatan tangan.

Khalisa mengingat salah satu hadist yang diriwayatkan oleh imam ath-Thabrani.

لِأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمَخِيْطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ

"Sesungguhnya andai kepala seseorang kalian ditusuk dengan jarum yang terbuat dari besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya."

Hadits ini dengan jelas menunjukkan penegasan haramnya seseorang lelaki menyentuh wanita yang bukan mahramnya. Demikian juga sebaliknya, seorang wanita tidak boleh menyentuh lelaki yang bukan mahramnya.

"Emang gue tai apa!" ujar Glen ketus.

Abi menatap tajam ke arah Glen, "Glen! Lo ke kantin duluan aja, gue ada perlu sama Lisa!" ketusnya bermaksud mengusir.

Khalisa sempat mengernyitkan dahinya kala mendengar perkataan Abi. Bukankah waktu itu, perkataan Abi sangat terlihat sangat sopan. Entahlah, lebih baik Khalisa tidak memikirkannya.

Glen mendengus kesal, lalu segera meninggalkan Abi dan Khalisa.

"Kenapa kamu nyamperin aku, Lisa?" tanya Abi. Perkataannya sekarang terdengar lembut.

"Gini, kan aku udah janji sama kamu buat gantiin uang kamu waktu itu kalau kita ketemu sekali lagi. Tapi maaf ya, hari ini aku cuma bawa uang pas buat jajan aja," ujar Khalisa.

Abi terlihat tertawa mendengarkan perkataan Khalisa. Sungguh tawa Abi begitu manis di mata Khalisa. Khalisa sempat terbuai oleh tawa laki-laki itu. Tapi ia dengan cepat untuk menundukkan pandangannya. Karena itu merupakan zina mata.

"Ya ampun Sa, kamu lugu banget sih. Iya kali nggak papa. Walau kamu nggak ganti juga, aku nggak masalah kok," balas Abi.

Beberapa murid-murid yang masih tinggal di kelas XII IPS 1 saat ini memperhatikan mereka berdua. Ada yang menggunjing Khalisa karena wanita berhijab seperti dia malah menghampiri seorang cowok terlebih dahulu.

Lili, Adelia dan Dea yang dari tadi memang menunggu Khalisa untuk pergi ke kantin bersamanya berpikir untuk memanggil gadis itu karena mereka sudah merasa sangat lapar.

"Khalisa! Kita mau ke kantin nih, kamu mau ikut atau kita duluan!" panggil Lili ke arah Khalisa.

Khalisa menoleh ke arah Lili.

"Iya, aku ikut!" ujarnya. Ia menoleh ke arah Abi. Tapi laki-laki itu sudah berjalan meninggalkannya terlebih dahulu.

Tanpa berpikir panjang lagi, Khalisa langsung menghampiri Lili, Adelia dan Dea. Mereka berempat langsung melangkah menuju kantin.

"Lo kok kayaknya akrab banget sama Abi, Sa?" Pertanyaan itu berasal dari Dea.

"Itu mah panjang ceritanya, nanti di kantin aku ceritain," balas Khalisa.

***

"Gini ya Sa, si Abi itu orangnya sebenarnya baik, cuman dia itu suka taruhan sama geng nya. Lo harus hati-hati, Sa. Bisa aja nantinya lo dijadiin taruhan," ujar Adelia yang diangguki oleh Lili dan Dea setelah mendengarkan cerita Khalisa tentang Abi.

Dari beberapa menit yang lalu, mereka berempat suruh duduk di kursi panjang di kantin SMA Gentara.

Khalisa mencoba mencerna perkataan Adelia. Tapi ia tetap tidak boleh berburuk sangka dengan orang lain. Baiklah, Khalisa hanya perlu untuk menjaga diri. Khalisa mengingat firman Allah Swt. dalam surah al-hujurat ayat 12

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah dari kebanyakan prasangka, karena sebagian prasangka adalah dosa..."

Suara yang sangat berisik membuat Khalisa membuyarkan lamunannya. Ia merasa aneh karena para gadis yang saat ini berada di kantin seperti sangat bersemangat.

"Khalisa, itu Pentara baru datang," ujar Dea sedikit antusias.

Pentara?

"Lo liat kelima orang itu, Sa," sambung Lili seraya menunjuk ke arah ke lima pria yang baru datang.

Khalisa memperhatikan ke lima pria tersebut. Jadi mereka yang membuat suasana kantin menjadi seberisik ini. Ah sungguh, gaya pakaian mereka berlima tidak memenuhi aturan sekolah.

Seragam yang di keluarkan, dasi yang tidak diikat dengan benar. Dan, dua kancing atas yang dibiarkan terbuka memperlihatkan bagian dada mereka.

"Mereka berlima adalah Pentara atau penguasa Gentara," ujar Dea seraya menunjuk ke arah kelima pria tersebut.

Penguasa Gentara?

Emangnya mereka itu siapa sampai bisa nguasain sekolah ini. Sungguh, Khalisa tidak habis pikir mengenai sekolah yang katanya modern ini.

"Itu yang paling tengah namanya Avior Diego Aldinata sang ketua dari Pentara," ujar Lili kepada Khalisa.

"Nah kalau yang di samping kanannya Avi itu adalah ketua OSIS, Rizal Bagaskara," lanjut Lili.

What? Ketua OSIS di SMA Gentara adalah dia. Bahkan seorang bernama Rizal itu saat ini juga melanggar peraturan sekolah. Sungguh, Khalisa benar-benar tak habis pikir.

"Gue yang lanjutin, kalau yang di sebelah kirinya kak Avi itu yang mukanya kayak tembok, datar banget soalnya...."

"Huss nggak boleh," sambung Khalisa memotong perkataan Adelia.

"Iya-iya, maaf. Itu namanya Langit Biru Setiawan. Namanya unik kan, tapi walaupun dia cuek banget dan muka tembok tapi udah beberapa kali dia di tembak oleh teman kelasnya sendiri," lanjut Adelia.

Khalisa geleng-geleng kepala mendengarkan perkataan Adelia. Memang sih menyatakan cinta ke pria duluan itu adalah sunah seperti yang dulu dilakukan oleh Siti Khadijah kepada nabi Muhammad saw. tapi bukan dalam hal untuk mengajak sesuatu yang tidak disukai Allah, seperti berpacaran.

"Nah kalau yang itu, Jonathan Christ Emilio atau biasa dipanggil Jojo. Dari namanya lo udah tau kan dia itu non muslim," lanjut Adelia yang dibalas anggukan oleh Khalisa.

Khalisa beralih menatap cowok yang menurutnya sangat berlagak itu. Lihat saja sekarang, cowok itu tidak henti-hentinya menyapa para adik kelas seraya melambaikan tangannya.

"Nah sekarang lo yang ngasih tau terakhir, De!" ujar Adelia menatap ke arah Dea.

"Lah, kok gue sih?!" tanya nya tak terima.

"Udah De, lo aja. Sekalian ceritain dia itu mantan lo dan Adel," sahut Lili lalu tergelak.

"Lili!" geram Adelia dan Dea serentak.

Khalisa yang mendengar perkataan Lili tidak menyangka ternyata Dea dan Adelia dulu menyukai orang yang sama.

"Kalian berdua pacaran sama dia berapa tahun?" tanya Khalisa menatap bergantian ke arah Dea dan Adelia.

Lili langsung tergelak mendengarkan pertanyaan Khalisa.

"Nggak sampai seminggu Sa, kalau Dea cuma 4 hari kalau Adelia 5 hari," balas Lili yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Dea dan Adelia.

Khalisa sempat membelalakkan matanya mendengar perkataan Lili. Sungguh pria itu menurutnya benar-benar fuckboy sejati.

Khalisa bisa mengetahui bahwa Lili adalah orang yang ceplas-ceplos. Jujur ia lebih menyukai orang yang berbicara langsung daripada di belakangnya.

Dea mendengus kasar.

"Itu namanya Aidan Reynaldi Renandra. Lo pasti udah bisa nebak kalau dia itu playboy kelas kakap. Bahkan dia dijuluki sebagai fuckboy Gentara. Nih ya, dia itu nggak pernah pacaran lebih dari seminggu. Walaupun begitu tetap aja cewek-cewek di sini rela walaupun mereka tau, mereka akan jadi mantan nantinya ... ya termasuk gue sih. Lo liat aja, sumpah dia itu ganteng banget. Gak papa deh, buat ngoleksi kumpulan mantan cakep," ujar Dea.

Lili kembali tergelak mendengarkan perkataan Dea. Tidak halnya dengan Adelia. Wajah gadis itu terlihat biasa saja.

Khalisa yang mendengarkan perkataan Dea tidak menyangka bahwa gadis itu berpikiran seperti itu.

"Gue serius Sa, kalau Aidan mau buat negara dengan mantan-mantannya, gue yakin itu bisa," sahut Lili kembali tergelak.

Khalisa menatap ke arah Aidan, apa sih hebatnya pria itu. Kenapa banyak orang yang mengagumi dirinya. Khalisa sampai berdoa, semoga saja jodohnya kelak tidak seperti Aidan.

Sial!

Khalisa langsung menunduk, saat Aidan juga melihat ke arahnya seraya tersenyum. Khalisa yakin, cowok itu pasti kegeeran saat ini.

_____________________

Happy reading semuanya:)

Jangan lupa tinggalkan jejak 🔥

Salam author❤️

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Astaghfirullah My Husband!    27.

    Aidan sengaja mendatangi kelas XII IPS 1 karena khawatir Khalisa akan risih dengan semua pertanyaan dari cewek-cewek yang mengangguminya.Ia bisa melihat dari lantai atas bahwa banyak para siswi di luar kelas Khalisa, Aidan yakin mereka semua ingin bertanya mengenai hubungan antara mereka berdua. Pasalnya pertemuan awal Khalisa dan dirinya di SMA Gentara terbilang cukup unik.Dengan bujukan dan rayuan nya, Aidan berhasil membuat sahabat-sahabatnya mau menemani dirinya ke kelas XII IPS 1.Mereka berlima langsung diberi jalan oleh para gadis yang tadi ada di luar kelas XII IPS 1.Sekarang kelas itu nampak sangat ribut. Padahal kelas-kelas di sebelahnya sedang belajar.Khalisa diam melihat Aidan dan teman-temannya datang ke kelasnya.Untuk apa?Aidan berjalan sendirian menuju Khalisa. Pria itu melihat ke arah semua orang."Gue ke sini mau beritahu kalian berhenti bikin sepupu gue risih dengan pertanyaan yang gak pe

  • Astaghfirullah My Husband!    26.

    Tidak ada yang berubah setelah Avior dan yang lainnya mengetahui tentang rahasia besar yang disembunyikan oleh Aidan. Semua kembali seperti semula, seperti biasanya. Mereka memahami mengapa Aidan melakukan itu.Saat ini mereka berlima sedang berada di rooftop SMA Gentara. Menyantap beberapa bungkus snack dan minuman dingin. Tidak ada yang merokok, mereka tidak ingin hanya wajah mereka yang tampan tapi paru-paru mereka harus juga tampan."Dan serius lo nggak ada perasaan sama sekali sama Khalisa?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Jojo.Aidan mengernyitkan dahinya."Kenapa tiba-tiba lo bahas soal itu lagi, Jo?""Bukan apa-apa nih, lo jangan kayak Avior dan Langit. Bilang nya nggak cinta eh sekarang malah bucin parah," ucap Jojo seraya melirik ke arah Avior dan Langit.Uhuk uhukLangit yang mendengar namanya saat sedang meminum pop ice langsung tersedak oleh perkataan Jojo.Avior menatap tajam ke arah Jojo."Nga

  • Astaghfirullah My Husband!    25.

    Suara klakson motor terdengar ribut di luar rumah Aidan. Sepertinya ia mengenal suara motor tersebut. Sial! Itu adalah suara motor dari sahabat-sahabat nya!Aidan merasa panik, mereka sebelumnya tidak memberi tahu dirinya terlebih dahulu bahwa mereka akan berkunjung. Memang biasanya Avior dan yang lainnya tidak pernah memberi tahu Aidan apabila datang berkunjung.Aidan menghembuskan napas kasar, untungnya Khalisa saat ini sedang berada di rumah orangtuanya, karena mama gadis itu baru saja keluar dari rumah sakit. Khalisa menginap di sana dari kemarin untuk menemani mamanya. Sedangkan Aidan pulang duluan dari rumah mertuanya.Tapi foto-foto pernikahan dirinya dan Khalisa terpampang di luarnya tamu. Aidan berlari menuju keluar tamu untuk menyembunyikan foto tersebut.Avior terlebih dahulu masuk diikuti Rizal dan yang lainnya. Mereka memasuki rumah Aidan sepertinya rumahnya sendiri.Aidan gelagapan melihat sahabat-sahabatnya. "Hai?

  • Astaghfirullah My Husband!    24.

    "Keadaan lo sekarang gimana Sa?" tanya Lili saat di ruangan UKS, sekarang hanya mereka berdua yang ada disana.Khalisa tersenyum tipis, tidak ingin melihat sahabatnya itu khawatir."Udah baikan kok, lagian aku cuma kelelahan aja.""Syukurlah.""Di kelas gak ada guru?" tanya Khalisa.Lili memperlihatkan deretan giginya."Ada Buk Sri, cuma tadi kan gue disuruh maju kedepan, terus gak sengaja liat ke arah lapangan. Eh, ada Aidan lagi bopong cewek. Dan gue yakin itu lo karena cewek di sekolah ini, cuma lo yang make jilbab." Lili menjelaskan dengan detail.Khalisa mengangguk singkat mendengarkan perkataan Lili."Btw ada berita penting buat lo, Sa.""Apa?""Si Abi pindah sekolah cobak. Pindahnya mendadak banget, padahal udah kelas XII," ujar Lili memberikan informasi.Khalisa tidak memberikan respon apa-apa mendengarkan perkataan Lili. Ia hanya diam."Nih obat buat lo!" Perkataan itu membuat

  • Astaghfirullah My Husband!    23.

    Setelah terjadi proses tawar menawar mengenai hukuman yang diberikan, akhirnya Pak Budi pun setuju untuk mengurangi hukuman Aidan. Jadi Aidan hanya berlari mengelilingi lapangan SMA Gentara hanya 15 kali dan Khalisa berakhir 7 kali putaran. Itu adalah keputusan terakhir Pak Budi. Tidak bisa ditawar-tawar lagi.Namun Khalisa tetap menghela napas lega setidaknya Aidan tidak akan dihukum 25 kali keliling lapangan.Aidan berlari lebih dulu, meninggalkan Khalisa yang jauh dibelakangannya. Khalisa mengakui, lari Aidan sangat cepat jauh ketimbang dirinya.Benar-benar menguras tenaga, baru sekali putaran saja Khalisa sudah merasa sangat lelah dan tentu saja haus. "Semangat dong, Sa, masa segitu aja udah lelah!" ujar Aidan yang melihat Khalisa berjongkok karena kelelahan.Khalisa berdiri, ia mendongak ke atas. Ternyata banyak sekali siswi SMA Gentara sedang menyemangati Aidan dari lantai dua dan tiga.Khalisa menghela napas kasar, ia lal

  • Astaghfirullah My Husband!    22.

    "Aman. Gak ada orang. Sekarang lo duluan yang naik!" ujar Aidan. Ia mengajak Khalisa untuk melompati dinding yang cukup tinggi di belakang sekolah.Khalisa memandang dinding tersebut. Menurutnya itu sangat tinggi!Tidak mungkin ia bisa memanjat dinding itu. Khalisa sebenarnya juga takut dengan ketinggian."Aidan, aku lewat depan aja. Aku gak papa kok kalau dihukum.""Ih apaan lo. Lo mau muter keliling lapangan gitu? Atau lo mau hormat ke bendera sampai jam 11 nanti hah?" balas Aidan.Khalisa berpikir sebentar."Ya gak papa, itu udah konsekuensi yang harus aku lakuin," ujarnya. "Hmm, btw sorry ya gara-gara aku, kamu jadi ikut telat. Lain kali kamu gak usah nungguin aku ya biar gak telat.""Gak gue gak maafin lo," balas Aidan."Tapi kan aku nggak minta buat ditungguin, lagian kamu tumben-tumbenan mau bareng sama aku ke sekolah," ujar Khalisa."Gue tetap gak akan maafin lo.""Aidan, aku---"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status