Bab 6 Peristiwa di Masa Lalu
Naira terkejut mendengar nama yang barusan disebutkan Nathan. "Darimana kamu tau nama itu?" tanya Naira. Mendadak suasana hati gadis cantik itu pun berubah menjadi semakin buruk usai mendengar kembali nama yang disebutkan oleh Nathan barusan. Belum sempat Nathan menjawab pertanyaan Naira, gadis berhijab itu lantas kembali bersuara dengan memperlihatkan tatapan nanarnya pada pria berstatus suaminya itu. "Jangan pernah kamu sebut nama itu lagi. Aku membenc*inya. Sangat memben*cinya!" satu tetes bukiran bening berhasil membasahi pipi Naira. "Aku tau keadaan mu, karena itu lah Arhan menitipkan mu padaku," ujar Nathan. Mendengar perkataan Nathan barusan, Naira hanya bisa terdiam. Perasaan sedih karena tiba-tiba ingatannya akan peristiwa buruk yang terjadi pada dirinya beberapa bulan sebelum ia menikah dengan Nathan pun kembali muncul. 🍃🍃🍃 🍃Flashback beberapa bulan sebelum Naira menikah dengan Nathan. Saat itu, Naira yang bekerja sebagai pelayan restoran dan tengah bersiap untuk pulang, melihat kakaknya yang sedang berbicara empat mata dengan Roy, pria yang juga merupakan bos di tempat kerja Naira. Meski begitu, karena harus bergegas Naira tak memedulikan apa yang sedang dilakukan kakaknya bersama bosnya itu. Naira masuk ke dalam ruang ganti di mana ia dan teman sepekerja lainnya menyimpan barang-barang pribadi mereka di sana selama jam kerja berlangsung. Sementara itu, ternyata obrolan yang terjadi antara Arhan dan Roy berkaitan dengan Naira itu sendiri. "Sudahlah, lebih baik kamu terima saja lanaranku itu. Aku berjanji akan membuat adikmu itu hidup bahagia dan pastinya bergelimang harta. Bagaimana?" tawar Roy. "Teruslah bermimpi Bung. Sampai kapanpun aku gak akan pernah menyerahkan adikku pada pria beristri seperti kamu," jawab Arhan. Mendengar jawaban Arhan, seketika itu raut wajah Roy berubah. Yang tadinya tampak ramah kini menjadi seakan sedang menahan amarah. Sebenarnya, lamaran untuk menikahi Naira dari Roy ini bukanlah kali pertamanya terjadi. Sebelumnya Roy sudah beberapa kali mengutarakan niatnya itu pada Naira, bahkan sudah pernah datang ke rumah gadis berhijab itu dan langsung menyatakan keinginannya itu pada Arhan selaku wali dari Naira. Akan tetapi jawaban Arhan tetap sama, ia menolak Roy dikarenakan Roy sendiri adalah pria yang sudah berkeluarga. Toh, seandainya Roy bukan suami orang, Naira tetap tidak akan menerima Roy lantaran ia sendiri tidak menyukainya. "Naira ayo pulang!" panggil Arhan. Naira yang mendengar namanya dipanggil pun segera keluar dari ruangan dan mendatangi tempat di mana kakaknya itu berada. "Iya, Kak," jawab Naira saat ia sampai di hadapan Arhan. "Saya permisi," ucap Arhan sembari beranjak dari tempat duduknya. "Permisi, Pak." Naira menyusul langkah kakaknya yang sudah pergi lebih dulu. Semenjak kejadian malam itu, Arhan berulang kali meminta Naira untuk keluar dari pekerjaannya tersebut. Sayangnya, Naira tak menuruti perintah dari kakaknya itu dengan alasan ia membutuhkan uang untuk membantu kakaknya supaya bisa membayar pengobatan ibu mereka. Tak mau kalah, Arhan pun menegaskan bahwa perihal pengobatan ibu mereka akan ia tanggung sepenuhnya walaupun harus bekerja siang dan malam. Sebab Arhan sendiri merasa khawatir dan tidak menyukai sifat dari Roy yang bersikukuh ingin menikahi adiknya itu. Akan tetapi, sama halnya dengan Arhan, Naira sendiri juga tak mau kalah dan tetap pada pendiriannya. Alhasil, karena tak mengindahkan perintah dari kakaknya itu, di suatu malam, Naira yang pada saat itu menjadi karyawan terakhir yang pulang, hampir mengalami peristiwa buruk yang disebabkan oleh Roy. Sementara di sisi lain, Arhan yang sudah menunggu cukup lama di parkiran restoran, bahkan ia melihat satu per satu dari teman sepekerjaan dari Naira yang sudah meninggalkan tempat pun dibuat gelisah lantaran adiknya itu tak kunjung muncul. "Tumben, lama banget dia," gumam Arhan. Arhan mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia berpikir kalau adiknya itu mungkin saja masih bersiap-siap. Akan tetapi, pikiran Arhan itu mendadak terpatahkan ketika tanpa sengaja pandangannya tertuju pada satu mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya berada. "Mobil itu ... gak mungkin pengunjung kan?" batin Arhan, menatap curiga. Sedetik kemudian Arhan pun menyadari sesuatu dan ia langsung berlari dengan kencang masuk ke dalam restoran. Dan tentunya tempat yang pertama kali ia tuju adalah ruang ganti para karyawan yang ia yakini berada di dekat dapur restoran. "Naira!" teriak Arhan, memanggil nama adiknya, sambil terus berlari menuju ruang ganti. Dan pada akhirnya, ketika Arhan sampai di ruang ganti, ia terkejut bercampur marah saat melihat apa yang terjadi pada adiknya itu. "Dasar baj*ing*n!" teriak Arhan. Tanpa ba bi bu, Arhan langsung menarik Roy yang saat itu sedang berusaha mele*cehkan Naira. Bugh! Satu pukulan keras mendarat di wajah Roy. "Berani kamu sentuh adikku, ku hancurkan hidupmu sampai tujuh turunan!" ancam Arhan. Roy hanya terdiam seraya menatap tajam ke arah Arhan. Ia memegangi wajahnya sambil menahan sakit karena terus mengeluarkan da*rah. Roy sendiri sebenarnya takut melihat Arhan yang tampak geram bak kesetanan seperti itu. Terlebih ketika Arhan melontarkan ancaman padanya barusan yang membuat Roy semakin takut dan tak berani membalas pukulan dari pria yang cukup kekar itu. "Ayo, Dik!" Arhan menarik Naira untuk keluar meninggalkan restoran. *** "Mulai besok, dan seterusnya, jangan lagi kamu menginjakkan kakimu di tempat itu!" tegas Arhan. Naira yang masih syok dengan kejadian sebelumnya pun hanya bisa mengiyakan perkataan kakaknya sembari masih terisak. "Iya, Kak." Naira mengusap sisa-sisa air matanya. Melihat adiknya yang masih bergelut dengan air matanya, Arhan lantas memeluknya dan mencoba menenangkan Naira. "Tenanglah, selama masih ada Kakak, Kakak akan selalu jagain kamu," ucap Arhan yang membuat Naira merasa lebih tenang. 🍃🍃🍃 "Tenanglah, selama kamu masih menjadi istriku, aku akan selalu jagain kamu. Dan akan ku pastikan kamu akan aman dari pria jahat itu," ucap Nathan, yang melihat perubahan sikap Naira. Mendengar ucapan Nathan barusan, Naira pun hanya terdiam tak merespon. "Inikah alasanmu, kak, memilih Nathan menjadi suamiku?" batin Naira. Kesedihan Naira kembali muncul karena mengingat kakaknya yang bahkan ketika ia harus pergi jauh ia masih memikirkan nasibnya. Air mata Naira tak lagi bisa ia bendung. Ia menangis karena menyadari pengorbanan kakaknya yang begitu besar terhadap dirinya. Di momen itu jugalah yang tiba-tiba membuat Nathan menarik Naira ke dalam pelukannya. Alhasil, Naira yang teringat sosok kakaknya pun menangis semakin menjadi-jadi. Dan karena hal ini lah yang akhirnya membuat Nathan membiarkan gadis yang kini sudah menjadi istrinya itu berada di dalam pelukannya. Dan ... ya, Naira sendiri mulai merasakan ketenangan menghampiri dirinya karena pelukan yang diberikan oleh Nathan padanya. Sampai beberapa saat kemudian tiba-tiba ponsel Nathan berbunyi. Nathan melepas pelukannya. "Tenangkan dirimu, aku angkat telepon dulu ya." Naira mengangguk lalu duduk di sofa di dekatnya. Tak lama setelah itu, Nathan selesai dengan panggilan teleponnya. Akan tetapi, di saat itu lah, pria bertubuh tinggi itu malah memperlihatkan raut wajah kesedihan yang membuat Naira bertanya-tanya. Naira beranjak dari tempatnya dan mendekati Nathan. "Ada apa? ada masalah?" tanya Naira. Nathan menoleh ke arah Naira. "Ada yang harus aku sampaikan ke kamu." "Apa itu?" Naira tampak penasaran. Nathan terdiam sejenak. Lalu ia kembali bersuara dan mengatakan kalau sebenarnya .... Bersambung ...Bab 8 Kemunculan Seseorang di Masa LaluNaira memukul paha Nathan yang membuat dirinya langsung terduduk. "Tolong dong sekali-kali ngertiin aku. Jangan cuma bisa nyakitin aja!" ujar Naira kesal."Iya, iya."Sembari menahan rasa sakit di pahanya, Nathan lantas mengambil hp nya dan menuruti keinginan Naira. Singkat cerita Nathan berhasil menghubungi seseorang dan mendapatkan kabar tentang Arhan."Arhan baik-baik aja, sekarang ini hp nya emang lagi gak aktif aja," kata Nathan."Alhamdulillah ...," ucap Naira lirih."Gimana? masih mau ngamuk lagi?" goda Nathan, yang sebenarnya ia tak ingin melihat wanitanya itu berlarut-larut dalam kesedihan.Naira yang tadinya senang karena baru saja mendapatkan kabar baik tentang kakaknya pun mendadak diam usai mendengar pertanyaan Nathan barusan. Karena bagi Naira, se-effort apapun yang dilakukan pria di hadapannya itu, ia tetap saja tak menyukai sikapnya.Menyadari perubahan sikap Naira, Nathan kembali bersuara. Dan kali ini, lagi-lagi karena ia tak
Bab 7 Meninggalnya Orang Yang DisayangNathan menoleh ke arah Naira. "Ada yang harus aku sampaikan ke kamu.""Apa itu?" Naira tampak penasaran.Nathan terdiam sejenak. Lalu ia kembali bersuara dan mengatakan kalau sebenarnya ibu Naira telah meninggal dunia.Naira yang mendengar kabar tersebut pun seketika syok dan tak percaya. Karena terakhir kabar yang ia dapatkan dari kakaknya adalah ibunya sudah baik-baik saja dan sedang dalam masa pemulihan."Kamu gak bohong, kan?" ucap Naira, yang kini kembali meneteskan air mata.Nathan terdiam seolah mengiyakan pertanyaan dari Naira tersebut.Melihat respon Nathan, tubuh Naira pun lemas seketika. Ia menyadari kalau kabar yang disampaikan suaminya barusan adalah benar adanya."Ibu ...," lirih Naira.Naira terus terisak sambil memanggil ibunya. Lalu, kembali lagi, Nathan memeluk istrinya itu karena perasaan tak teganya melihat wanita yang menjadi tanggung jawabnya itu lagi dan lagi meneteskan air mata.***Singkat cerita jenazah ibu Naira sudah k
Bab 6 Peristiwa di Masa LaluNaira terkejut mendengar nama yang barusan disebutkan Nathan. "Darimana kamu tau nama itu?" tanya Naira. Mendadak suasana hati gadis cantik itu pun berubah menjadi semakin buruk usai mendengar kembali nama yang disebutkan oleh Nathan barusan. Belum sempat Nathan menjawab pertanyaan Naira, gadis berhijab itu lantas kembali bersuara dengan memperlihatkan tatapan nanarnya pada pria berstatus suaminya itu."Jangan pernah kamu sebut nama itu lagi. Aku membenc*inya. Sangat memben*cinya!" satu tetes bukiran bening berhasil membasahi pipi Naira."Aku tau keadaan mu, karena itu lah Arhan menitipkan mu padaku," ujar Nathan.Mendengar perkataan Nathan barusan, Naira hanya bisa terdiam. Perasaan sedih karena tiba-tiba ingatannya akan peristiwa buruk yang terjadi pada dirinya beberapa bulan sebelum ia menikah dengan Nathan pun kembali muncul.🍃🍃🍃🍃Flashback beberapa bulan sebelum Naira menikah dengan Nathan.Saat itu, Naira yang bekerja sebagai pelayan restora
Bab 5 Usaha Mengubah Keputusan "Mulai sekarang jangan bicara apapun sama aku sebelum kamu menarik tugas yang kamu berikan ke kakakku!" ancam Naira. Mendapati sikap Naira yang demikian, Nathan, yang tadinya bersikap lembut mendadak kembali memperlihatkan sikap dinginnya. Ia menatap Naira dengan tajam yang membuat Naira merasa ketakutan. "Kemarahanmu tidak akan mengubah apapun. Kakakmu sudah pergi dan sekarang harusnya dia sudah sampai di tempat tujuannya," ujar Nathan. "Jadi ... benar—" "Ya. Demi kamu dan pengobatan ibumu, Arhan mengambil pekerjaan ini," tukas Nathan. Ia lantas beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya meninggalkan Naira begitu saja. Naira kembali menangis yang bahkan kali ini semakin menjadi-jadi. Ia berteriak histeris dan mempertanyakan mengapa kakaknya semudah itu mengambil pekerjaan kotor hanya demi uang, demi dirinya yang Naira sendiri merasa kalau ia baik-baik saja. "Kenapa, kak? kenapa?" racau Naira sambil terisak. Beberapa saat kemud
Bab 4 Terkuaknya Tugas yang Diberikan? Arhan terus berjalan dengan sesekali menoleh ke arah Naira. Dari raut wajahnya, ia begitu berat untuk meninggalkan adiknya itu. Namun di sisi lain, karena kesepakatan yang ia buat dengan bosnya lah yang membuatnya terpaksa melangkah pergi dengan membawa tujuan yang masih menjadi misteri. *** Seperginya Arhan, Nathan lantas meminta Namu untuk mengantar Naira kembali ke ruang pribadinya. "Apa kamu tau ke mana perginya kakakku?" tanya Naira yang berjalan hampir beriringan dengan sekertaris suaminya itu. Sayangnya, Namu tak menjawab dan terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Naira. "Ternyata dia sama aja dinginnya dengan bosnya," batin Naira, melirik kesal ke arah Namu dan melanjutkan langkahnya. Mendapati sikap Namu yang demikian, Naira hanya menghela napas kasar. Kali ini pikirannya kembali berisik dan tak lagi bisa berpikir positif. Bahkan pikirannya itu terus saja berlangsung hingga ia sampai di ruang pribadi Nathan.
Bab 3 Benda Terlarang Dengan terpaksa Naira lantas beranjak dari tempatnya. "Lagian siapa sih yang dia maksud? kenapa juga aku harus ikut?" gerutu Naira seraya terus berjalan menyusul langkah Nathan. Singkat cerita Naira sudah sampai di kantor milik Nathan. Kedatangannya untuk pertama kalinya ke tempat kerja pria berstatus suaminya itu betul-betul disambut dengan senyuman ramah dari setiap orang yang ia temui. Sebuah sambutan yang sebelumnya tak pernah ia terima selama hidupnya. Naira dan Nathan terus berjalan beriringan menuju satu ruangan. Sementara itu, Namu tetap mengikuti mereka dari belakang. "Kita mau ke mana?" tanya Naira saat ia dan Nathan akan memasuki sebuah lift. "Ruang kerja ku," balas Nathan tanpa menoleh ke wanita berhijab itu. Naira hanya mangut-mangut dan memilih tak bertanya lagi. Walaupun sebenarnya isi kepalanya begitu berisik lantaran dipenuhi berbagai pertanyaan terkait keikutsertaannya ke kantor milik Nathan hari itu. Ting! Begitu terde