"Ijab kabul?!" Naira terkejut mendengar apa yang barusan disampaikan Arhan, kakak kandungnya. Di mana Arhan mengatakan kalau dirinya baru saja melakukan ijab kabul dengan atasannya, alias menikahkan Naira dengan bosnya sendiri. *** Naira, seorang gadis yang dalam sekejap telah berubah statusnya menjadi istri orang lain yang juga merupakan atasan kakak kandungnya sendiri hanya karena sebuah kesepakatan. Kesepakatan apakah itu? Lantas, akankah Naira mampu bertahan di dalam sebuah rumah tangga yang ternyata banyak "bunga" dibaliknya. *** Ikuti terus ceritanya ya, jangan lupa share dan semoga ada hikmah yang bisa dipetik š Tetap Utamakan Baca Alqur'an š
View MoreBunga Di Balik Pernikahan
Bab 1 Mendadak Menikah "Ijab kabul?!" Naira terkejut mendengar apa yang barusan disampaikan Arhan, kakak kandungnya. Di mana Arhan mengatakan kalau dirinya baru saja melakukan ijab kabul dengan atasannya, alias menikahkan Naira dengan bosnya sendiri. "Jadi tujuan Kakak bawa aku tempat ini karena ...." Arhan mengangguk tak berdaya. "Astaghfirullah, Kak ... kenapa?" mendadak kedua mata Naira mulai berair mendapati kenyataan yang ... bagaimana bisa kakaknya berbuat demikian tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu. Arhan masih bergeming tak bersuara. "Jawab aku, Kak!" sentak Naira. Naira betul-betul merasa syok. Tak habis pikir rasanya dengan perbuatan kakak kandungnya yang dimana hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan sakral. Terlebih Arhan sendiri tidak pernah mengatakannya pada Naira sebelumnya. "Maafkan Kakak Naira, Kakak terpaksa melakukan semua ini," jelas Arhan dengan wajah tak berdayanya. Naira menggeleng tak percaya. "Bisa-bisanya Kakak ngejual aku." Naira tak sanggup lagi menahan tangisnya. Arhan terkejut. "Astaghfirullah, Naira tolong jangan ngomong kayak gitu." "Kakak gak ngejual kamu. Ini semua Kakak lakuin demi kebaikan kamu dan ibu," imbuh Arhan. "Kalau emang kayak gitu, harusnya Kakak bilang dari awal. Bukan kayak gini caranya!" "Pernikahan itu hal yang sakral, Kak! gak seharusnya dijadiin permainan seperti ini," ujar Naira seraya menahan amarah di dada. "Kalau Kakak bilang dari awal kamu pasti gak akan mau," sanggah pria di hadapan Naira itu. Air mata Naira benar-benar tak lagi bisa ia bendung. Satu per satu buliran bening kini mulai deras berjatuhan membasahi kedua pipinya. Pecah sudah tangisan gadis berjilbab itu. Ia menangisi nasib yang entah ini sebuah keberuntungan atau sebuah awal malapetaka. Naira tak tahu apa yang harus ia perbuat. Perasaan kecewa, kesal hingga benci mendadak menumpuk di hatinya karena keputusan Arhan yang mendadak menikahkannya tanpa persetujuannya itu. Terlebih ia menikahkannya dengan atasannya yang Naira sendiri sama sekali tak mengenalnya. Bahkan sekedar tahu nama apalagi wajahnya saja ia tak tahu. Jahat? iya, Naira merasa kakaknya itu begitu jahat dengan mengorbankan dirinya. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Sekarang ini status Naira sudah terlanjur berganti menjadi istri pria yang sangat asing baginya. Lantas, akankah Naira sanggup menjalani alur kehidupannya selanjutnya? Arhan mendekati Naira dengan wajah sedihnya. "Maafkan Kakak, Dek." Naira mengusap sisa air mata di kedua pipinya. "Ibu tau soal ini?" tanyanya. "Enggak." "Kakā" "Karena ibu harus ke luar negeri hari ini," tukas Arhan. Naira mengernyit tak mengerti. "Maksud Kakak?" "Bos Kakak akan menanggung semua biaya pengobatan ibu." Naira terperangah. Sekarang ia mulai mengerti mengapa kakaknya itu menikahkan dirinya dengan atasannya tanpa sepengetahuannya. "Jadi bener kan Kakak ngejual aku buat pengobatan ibu?" tuduh Naira. "Kakak gak ngejual kamu, Dek." Arhan masih bersikukuh dengan jawabannya sebelumnya. "Terus apa pernikahan ini? pengobatan ibu? Kakak bisa jelasin?" Naira menatap serius ke arah pria yang sudah menggantikan sosok ayahnya selama bertahun-tahun itu. Arhan mengatur napasnya. Lalu ia mulai menceritakan bahwa sebenarnya ia mempunyai kesepakatan dengan bosnya yang pada akhirnya dengan terpaksa ia menikahkan adik kandung satu-satunya itu dengan atasannya sendiri. "Aku kecewa sama kamu, Kak!" dengan cepat Naira beranjak dari tempat duduknya. "Dek! dengerin Kakak dulu, Dek!" balas Arhan yang mencoba menahan kepergian Naira. Tapi sayang, gadis itu tak mengindahkannya. Naira terus berjalan meninggalkan Arhan dengan perasaan kecewa. Sampai tiba-tiba ketika Naira baru saja membuka pintu ruangan, ia dikejutkan oleh seseorang yang berpenampilan rapi, bertubuh tinggi dan berwajah datar. "Permisi Nona, tolong ikut saya," ucap seorang yang berdiri di hadapan Naira itu yang ternyata bernama Namu. Naira tahu dari name tag yang terpasang di jas yang ia kenakan. "Pak Namu." Tiba-tiba Arhan muncul. Naira menoleh ke arah Arhan dengan raut wajah tanda tanya. "Dia sekertaris pak Nathan," ucap Arhan yang seolah mengerti dengan maksud adiknya itu. Tanpa bersuara dan dengan ekspresi tak mengerti masih Naira tunjukkan pada kakaknya. "Bos Kakak, suami kamu," ucap Arhan yang seketika pandangan Naira teralihkan ke arah Namu. "Di mana bos mu?" tanya Naira ketus. Ingin sekali ia amuk pria itu sekalipun kini ia sudah menjadi suaminya. Mendengar pertanyaan Naira yang begitu ketus membuat Namu seketika menatapnya dengan tajam. Namun sedetik kemudian ia pun merubah ekspresi wajahnya itu. "Mari ikuti saya," ucap Namu ramah. Naira pun mengikuti Namu dari belakang. Terus berjalan hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah ruangan yang Naira sendiri tak tahu itu ruangan apa. Terlebih tak ada papan nama yang terlihat yang membuatnya semakin bertanya-tanya. Namu berdiri di samping Naira dan mulai membuka pintu. Dan tepat ketika pintu dibuka, di momen itu lah gadis berusia dua puluh lima tahun itu kembali dikejutkan dengan sosok pria yang sedang terduduk di tengah sofa yang menghadap ke arahnya yang seolah memang sedang menunggu kehadiran Naira. "Itu Pak Nathan, silakan masuk, Nona." Namu mempersilakan Naira masuk. Dengan ragu Naira mulai melangkah masuk dan berhenti di jarak sekitar dua meter-an dari pria yang terlihat dingin di hadapannya itu. "Mulai sekarang kamu milik ku." Seketika pandangan Naira pun tertuju pada Nathan. Benar, Nathan Yoongi Alfarizi, pria berdarah campuran indonesia ā korea selatan juga arab yang menjadi bos kakaknya sekaligus kini menjadi suaminya itu. Nathan beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekati Naira. "Ganti pakaian mu dengan gaun yang ada di sana." Nathan menggerakkan kepalanya sekilas ke arah gaun pengantin berwarna putih yang berada tak jauh darinya. Naira menoleh dan menatap gaun yang ia akui memang terlihat indah nan menawan. "Namu?" ujar Nathan pada Namu yang masih berada di dekat pintu. "Baik, Pak," jawab Namu yang seolah mengerti ke mana arah tujuan bosnya itu. Lalu ia pun menoleh ke arah luar ruangan. Sedetik kemudian masuklah dua orang wanita yang langsung menuju ke arah Naira. "Hari ini adalah hari pernikahan kita. Dan semua orang harus tau soal itu," ucap Nathan dengan wajah dinginnya. "Aku yakin kakak mu sudah memberitahukan semuanya. Jadi sekarang lebih baik kamu ikuti saja alurnya." Naira menatap Nathan dengan penuh kebencian. Tak hanya merasa dijebak oleh kakaknya sendiri tapi Naira juga merasa dilempar ke dalam kandang singa yang terasa begitu dingin dan mengerikan. Nathan menghela napasnya dengan tetap menatap lurus ke depan. "Tenang saja, tak hanya keselamatan ibumu tapi juga keselamatan kakakmu sudah aku jaminkan." "Keselamatan? maksudnya?" Nathan menoleh ke arah Naira dengan tatapan dinginnya. "Kakakmu gak cerita?" Perlahan Naira pun memalingkan wajahnya. Ia mengingat-ingat kejadian sebelumnya yang mana Arhan sempat ingin menjelaskan sesuatu namun karena saking emosinya ia lantas pergi begitu saja yang akhirnya malah bertemu Namu. "Sebenarnya apa yang mau kakak jelaskan tadi? apa mungkin berkaitan dengan keselamatan yang dia maksud?" gumam Naira, yang ternyata Nathan mendengarnya. "Lupakan saja. Karena lebih baik kamu tidak mengetahuinya," sahut Nathan. Lalu berlalu begitu saja. Naira menatap kepergian Nathan dengan penuh tanda tanya. Apa maksud perkataannya barusan? Apa jangan-jangan pernikahan ini terjadi bukan hanya untuk pengobatan ibu Naira saja? Bersambung ...Bab 15 Keinginan Naira Mendengar jawaban Alvin, Naira menghela napas kesal. Ia tak puas dengan jawaban yang baginya sama sekali tak membantunya itu. Ia pun pergi meninggalkan Alvin begitu saja."Masa iya sih aku harus tanya langsung ke Nathan?" pikir Naira dalam hati. Ia bingung sekaligus ragu.***Malam pun tiba. Dan Naira yang terduduk di atas kasur pun masih saja terpikirkan perihal dua nama yang begitu asing baginya. "Zara? Devan? siapa mereka dan apa hubungannya dengan Nathan?" pikir Naira.Ditengah-tengah lamunannya itu, tanpa Naira sadari tiba-tiba Nathan sudah berada sangat dekat di depan wajahnya."Naira?" panggil Nathan. Naira tersentak kaget dan reflek menjauhkan wajahnya dari suaminya itu."Kamu mikirin apa?" tanya Nathan lembut.Naira terdiam sejenak. Ia berusaha mengumpulkan keberanian untuk menanyakan dua nama asing yang tengah menyelimuti pikirannya saat itu."Boleh aku tanya sesuatu?" ujar Naira."Boleh. Kamu mau nanya apa?" Nathan lantas memposisikan duduknya dan
Bab 14 Dua Nama Asing"Kami akan pergi. Tapi sebelumnya izinkan saya bicara empat mata dengan Anda. Maaf kalau ini tidak sopan," ucap Aland.Nathan terdiam. Ia bingung harus mengizinkan Aland berbicara padanya atau tidak. Karena sebenarnya, Nathan sendiri sudah cukup lama mengenal siapa sosok Aland itu. Hanya saja karena masalah yang ada membuat hubungan keduanya merenggang.Namun pada akhirnya Nathan mempersilakan Aland untuk berbicara empat mata dengannya. Selain karena sudah mengenalnya, Nathan juga sedikit penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh pria yang usianya di bawahnya itu. Setelah mendapat persetujuan, Aland lalu meminta Alvin untuk meninggalkannya terlebih dahulu. Alvin menurut dan akan menunggu Aland di luar."Aku harap kamu tetap baik," pesan Alvin pada Aland. Lalu ia pun pergi.Ternyata, meski Alvin tak tahu pasti apa yang akan disampaikan Aland kepada Nathan, namun dengan pesan yang diucapkannya kepada rekannya itu seakan dirinya mengerti dengan keadaan yang
Bab 13 Apa mungkin aku sudah jatuh cinta dengannya? Ketika perasaan Naira sudah mulai lega, tangisannya juga sudah mereda, ia pun melepas pelukan dari Nathan. Ia menatap suaminya itu dengan serius dan mengatakan satu hal yang membuat Nathan tercengang. "Kalau kamu bisa menyuruh kakakku untuk membu*nuh seseorang, bisakah kamu membu*nuh pria jahat itu untuk ku?" Mendengar ucapan Naira, Nathan tercengang sejenak lalu memeluknya. "Tenanglah, biar aku urus satu manusia itu. Percaya sama aku, aku pastikan setelah ini dia gak akan pernah lagi mengganggu hidup kamu." Sebenarnya Naira merasa tak puas dengan jawaban Nathan. Namun mengingat keadaannya, ia juga tak bisa berbuat lebih. Ia pasrah dan mencoba untuk mempercayai suaminya itu. Cukup lama Naira berada dalam pelukan Nathan. Dan selama itu pula lah gadis berambut panjang itu mulai merasa nyaman dan tenang. Begitu juga dengan Nathan, entah mengapa ia juga merasakan kenyamanan selama bersama gadis yang mulanya terpaksa ia nikahi it
Bab 12 Kemunculan Roy di Rumah Nathan "Sudah aku katakan sebelumnya, jangan pernah ganggu Naira lagi," peringat Aland, menatap tajam ke arah Roy.Mendengar ucapan Aland barusan membuat Nathan bertanya-tanya dalam hati. "Darimana dia tau nama istriku? apa mungkin dia dan Naira sudah saling mengenal sebelumnya?""Pergi!" usir Aland seraya mendorong kasar Roy.Meski takut dengan pistol yang dibawa Aland, Roy tak menyerah. "Akan ku buktikan pada Arhan, selama aku masih hidup, aku gak akan nyerah buat dapetin Naira. Kalaupun aku gak bisa, seeggaknya aku harus menyentuhnya!" Roy tersenyum menyeringai. Roy ingat betul dengan perkataan Arhan waktu itu, yang mana memintanya untuk terus bermimpi mendapatkan Naira. Lantas karena hal ini lah yang menjadikan Roy merasa tertantang sekaligus semakin terobsesi pada Naira. Tak hanya itu, karena perkataan Arhan tersebut lah yang akhirnya membuat Roy dendam pada Arhan. Dan tentu saja, salah satu untuk membalaskan rasa sakit di hatinya itu, Roy haru
Part 11 Pertemuan Nathan dengan Anak Buah Devan"Aku yakin terjadi sesuatu sama Arhan. Jadi sekarang lebih baik kamu pergi ke Amerika. Entah mati atau hidup, yang penting kita harus temukan dia.""Baik, Pak. Tapi maaf ...." Namu sengaja menggantungkan ucapannya.Nathan menatap heran ke arah Namu. "Tapi apa?""Tapi ada kemungkinan kalau pak Arhan tertangkap oleh anak buah pak Devan ... atau bahkan oleh polisi. Karena itu nomornya gak aktif lagi.""Itu memang bisa saja terjadi, tapi aku berharap itu gak akan pernah terjadi. Kalaupun iya, aku yakin Arhan akan tetap baik. Kecuali kalau polisi yang menangkapnya, tentu akan beda cerita."Di tengah obrolan serius antara atasan dan bawahan itu, tiba-tiba ada panggilan telepon masuk ke telblephone. Nathan pun segera mengangkatnya yang rupanya dari resepsionis yang mengatakan kalau ada dua orang yang ingin bertemu dengan Nathan. Dua orang tersebut mengaku sebagai anak buah dari Devan, orang yang menjadi target utama dari Nathan. "Biarkan mere
Bab 10 Keberadaan Arhan ?Menepis perasaannya, Naira pun mencoba kembali menghubungi kakaknya. Sayangnya, hasilnya masih tetap sama. Nomor telepon Arhan masih tak aktif. Dan karena inilah membuat Naira khawatir dengan keadaan kakaknya itu sekaligus merasa curiga terhadap Nathan."Jangan-jangan ... dia membohongi ku soal keadaan kak Arhan."Menyadari ada yang tak beres, Naira segera beranjak dan keluar dari kamar. Wanita itu menyusuri hampir seluruh dalam rumah guna menemukan keberadaan Nathan. Dan ya, akhirnya Naira menemukan suaminya itu yang sedang tertidur di atas sofa.Dengan menahan amarah karena merasa dibohongi, Naira berjalan mendekat di mana Nathan berada. Lalu, saat ia tepat di hadapan pria itu, Naira malah terdiam sejenak lalu mengurungkan niatnya untuk membangunkan Nathan. Sebab Naira melihat wajah yang begitu lelah dari suaminya itu.Naira berbalik arah dan meninggalkan Nathan yang terlelap. Ia betul-betul tak tega jika harus membangunkannya di saat keadaannya yang sepert
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments