Arsa sudah janji untuk ke rumah sakit khususnya ruangan Dokter Daniel. Ia akan memberikan hasil usg hati Arsa, karena menurutnya ada sesuatu penting yang harus ia katakan kepada lelaki itu.
Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan Dr. Daniel Yogaswara spesialis Hati. Tak lupa mengetuk dahulu dan masuk ke dalamnya. Dokter Daniel mengukir senyumnya dan menyuruh Arsa untuk duduk di kursi yang berada di depannya.
"Ini hasil usg hati kamu kemarin," ujar Dokter Daniel sambil memberikan foto hasil usg kemarin.
Arsa menatap hasil usg tersebut dan menyunggingkan senyumnya tipis, "Ini apa, Dok?" tunjuknya, saat melihat sesuatu yang aneh di hatinya dan menatap ke arah Daniel yang menghela napas panjang.
Daniel mengusap wajahnya dengan kasar, "Maaf, saya lalai dalam mengobati alcoholic fatty liver disease kamu, saya minta maaf, Arsa," jawabnya dengan mata berkaca-kaca.
Arsa menggeleng dan tersenyum kepada Daniel, "Bukan salah dokter, jus
Sia berlari turun ke bawah saat melihat motor Arsa masuk ke perkarangan rumahnya. Dengan cepat Sia membuka pintu rumahnya, berlari ke arah Arsa dan memeluk pemuda itu. "Maaf tentang kemarin, aku yang salah. Maaf ya, Sa," gumamnya seraya memeluk tubuh lelaki itu dengan erat. Arsa menggeleng, "Bukan salah lo, gua aja yang terlalu emosi kemarin. Seharusnya gua yang harus minta maaf," ucapnya sembari mengusap rambut Sia. Sia melepaskan pelukannya, kemudian menggenggam tangan Arsa, "Ayo masuk, ada banyak hal yang perlu kamu tau," cetusnya sambil tersenyum manis ke arah Arsa. Arsa mengangguk, Sia langsung menarik tangan kekasihnya. Saat masuk ke dalam rumah, tak sengaja mereka berpapasan dengan Brian yang baru saja keluar dari kamarnya, "Pa! Aku mau ajak Arsa masuk ke kamar
Jam menunjukkan pukul 09.30, Sia sudah bersiap untuk piknik di luar bersama Arsa menikmati bukit yang katanya bagus di wilayah tersebut. Sia menyetujuinya, kemana saja asal bersama Arsa, Sia siap ujarnya. Sesudah berpakaian dengan rapi, ia langsung turun ke bawah menghampiri Bi Jami yang sedang mengaduk kopi hitam, "Bi," panggil Sia sambil menyenggol lengan Bibi Jami. "Astaga Non, bikin kaget aja," ucapnya. Hampir saja air panas tidak tumpah ke tangan Bi Jami. Si empu hanya cengar-cengir melihatnya, "Bi, bikinin bekal dong," pinta Sia. Bi Jami lantas menoleh ke arahnya, "Untuk apa? Mau dibawa ke atas?" Sia menggeleng cepat seraya mengambil ponselnya di saku celana dan memperlihatkan gambar makanan, "Bekal gini yang lucu-lucu gitu, buat aku bawa jalan-jalan bareng Arsa. Bisa ga, Bi?" Bi Jami menjentikkan jarinya, "Ini mah kecil, gampang buat Bibi mah. Mau dibawa kapan?" Sia menepuk tangannya, "Wih Bibi hebat, kalau b
Sudah hampir seminggu Arsa tak kunjung muncul batang hidungnya. Terakhir kali mereka berkumpul di pesta wisuda Gibran, para sahabat Arsa pun begitu, berulang kali menelepon nomor Arsa karena lelaki itu tak ada di apartemen Satria, awalnya mereka mengira Arsa balik ke rumahnya tapi setelah 3 hari Arsa menghilang itu, Bunda Diana selaku ibu Arsa menelepon Satria untuk menanyakan kabar anaknya.Mereka sedang berkumpul di apartemen Satria."Arsa kemana coba dah, bikin khawatir anjing!" gerutu Satria sambil memijit kepalanya."Gua tanya-tanya ke setiap cewe yang dia deketin dan mereka bilang kalau Arsa sudah lama ghosting mereka dan malah ngeblok kontak mereka. Ah gila tu anak, kemana dah," jelas Radit menggaruk kepalanya frustasi.Gibran mengusap wajahnya kasar, "Mungkin dia nginep di ruma
Sia bersembunyi untuk menemui teman-teman Arsa yang sedang menunggu di kafe dekat rumahnya. Mereka sudah berjanji akan bertemu, untuk membahas tentang Arsa. Ia melewati tempat yang biasa ia lewati saat malam, kabur bersama Arsa. Tapi hari ini ia hanya bisa menatap sendu ke lubang tersebut dan akhirnya tanpa memikirkan apapun ia berhasil keluar, karena kalau ia terlalu lama membayangkan Arsa, bisa-bisa ia ketahuan dengan bodyguard Papa. Ia pun dengan cepat memberhentikan salah satu tukang ojek yang tak sengaja lewat di sana, "Mas tolong antar ke cafe Elegi." Awalnya tukang ojek itu terkejut saat tiba-tiba seorang gadis cantik menghalangi jalannya, hampir saja ia menabrak gadis itu kalau ia tidak cepat menarik rem motornya. Tukang ojek itu mengangguk dan melajukan motornya menuju arah yang disebutkan Sia. Tak perlu menunggu waktu lama untuk sampai di cafe yang letaknya hanya 7 menit dari rumahnya. Tak lupa memberi bayaran kepada tukang ojek yang sudah m
Kabar Mira sedang mengandung anak Arsa pun sampai ke telinga Tama. Tama jujur malu, semua kliennya memutuskan hubungan dengannya lantaran karena latar belakang keluarganya yang acak-acakan dan juga anak brengsek itu.Tama masuk ke rumah dengan keadaan mata yang merah tajam dengan dasi yang sudah tak beraturan serta rambut yang berantakan."Dimana Arsa! Anak sialan itu, selalu saja berbuat masalah," pekik Tama. Diana yang sedang membantu pembantu di dapur terkejut mendengar teriakan sang suami.Ia melepaskan Apron yang ia gunakan dan dengan cepat melangkah menghampiri Tama yang sedang duduk sambil menyenderkan punggungnya, "Ada apa lagi si Yah, selalu saja tiap pulang kerja seperti ini," cetus Diana.Tama menoleh ke Diana, "Ada apa kata kamu?! Anak kamu itu selalu saja bikin masalah, an
Satria sudah mengirim lokasi atau cafe tempat Diana meminta bertemu dengan Mira. Satria enggan datang walau tadi disuruh Mira untuk menemani, karena ia tahu ini masalah pribadi Mira dengan Ibunda Arsa jadi Satria mempertemukan mereka berdua.Sebenarnya niat Satria mempertemukan Diana dan Mira untuk membuat Mira berhenti berbohong dan membuatnya kapok karena berulah seperti kemarin.Ia sudah menjelaskan semuanya kepada Ibunda Arsa, awalnya Diana marah besar karena gadis itu dengan seenaknya membuat berita seperti itu. Tapi entah kenapa saat ia melihat tubuh Mira yang sedang berbadan dua dan dengan susah berjalan, sebagai seorang Ibu tentu Diana juga merasakan itu.Tanpa seorang suami di sampingnya membuat Diana miris menatap Mira.Di depannya gadis itu sudah duduk sambil menyeka keringa
Tama menghukum satu persatu anak buahnya, ia melayangkan kepalan tangannya dan mengarahkannya ke bagian perut 5 orang yang sedang berdiri tegak di depannya."Bodoh! Mencari preman seperti itu saja tidak bisa, kerja kalian ini apa! Sebegitu susahnya mencari preman. Cari di bar ataupun tempat hiburan, anak itu pasti bersembunyi di sana," tutur Tama sambil mengacak rambutnya kasar."Maaf Pak, saya sudah mencari di seluruh tempat hiburan yang pernah dikunjungi oleh tuan muda. Tapi, selama sebulan ini tak ada satu orang pun yang melihatnya, Pak," jawab salah satu pemuda yang tengah berdiri tegak.Tama mendengus dingin, "Bukannya tak ada, tapi kalian mencarinya kurang teliti. Saya tunggu sampai besok, kalau anak bermasalah itu tidak ketemu. Saya akan turun tangan dan kalian semua dipecat. Camkan itu!" ketusnya dan mengangkat kakinya meninggalkan gedung kosong tersebut.Setelah keluar dari gedung kosong tersebut. Tama mendapatkan ponselnya berdering, hampir ia m
Setelah kejadian kemarin, ia pingsan dan hari ini Arsa memaksakan diri untuk rawat jalan saja dari pada harus bermalam di rumah sakit. Namanya juga Dokter Daniel yang akan memaksanya menuruti perkataannya, tetapi pasiennya ini adalah Arsa anak yang keras kepala.Arsa menuju ke basement rumah sakit untuk mengambil motornya yang diparkiran oleh Daniel di sana. Tetapi ia merasakan ada yang janggal di sekitarnya dan ia juga mendengar langkah kaki dari tadi di belakangnya. Awalnya ia mengira orang tersebut berjalan ke arah yang sama.Tapi, saat Arsa memelankan langkahnya, orang di belakangnya juga mengikutinya. Ada yang tidak beres menurut Arsa.Saat ia memberhentikan langkahnya. Ia otomatis menoleh ke belakang dan melihat orang tersebut dengan sikap acuh melewatinya. Mungkin perasaan Arsa saja.Ia mengusap wajah sambil memejamkan matanya. Dengan perlahan Arsa membuka matanya, ia bertatapan dengan mata tajam seperti elang dan beberapa orang lainnya yang telah