Share

Bab 6 Kejujuran

Awalnya Terpaksa Akhirnya Terjerat

Bab 6 (Kejujuran) 

Setelah menempuh perjalanan yang cukup singkat, akhirnya Dino dan Fira sampai disebuah mini market dekat rumah Dino. 

" Lo tunggu sini bentar ya, gue mau beli sesuatu lo mau nitip gak?" Dino berucap sambil menyerahkan helm nya pada Fira.

"Gak usah" ketus Fira singkat.

 

Daripada menunggu di atas motor gadis itu memilih duduk di bangku panjang depan mini market.

 "Gue tunggu disini aja, tapi lo cepetan ya?" ucap Fira pada Dino yang sudang melenggang masuk.

 

Karena bosan menunggu, gadis berhijab itu befikir lebih baik ia scrolling sosmed miliknya. Baru saja ingin mengambil HP butut nya dari saku celana, tiba-tiba sebuah mobil milik seseorang yang begitu ia rindukan berhenti didepannya. Fira mematung bingung harus bagaimana saat ia ingin lari dari sana, Dua orang yang sangat ia kenal turun dari mobil mewah tersebut. 

"Ngapain kamu disini, kamu sengaja ya ngikutin anak saya," ucap galak salah satu penumpang mobil mewah tadi langsung menyambar pada Fira.

Fira enggan menanggapi ia hanya diam, entah kenapa dunia terasa begitu sempit untuknya. Dari jutaan tempat di dunia, kenapa ia harus pergi ketempat yang sama diwaktu yang sama pula dengan Bagus, mantan kekasihnya. 

"Apa kamu sengaja ya kesini janjian sama cewek matre ini yang gak punya malu ini," ucap Lisa Mama Bagus pada sang anak sambil menunjuk-nunjuk kasar gadis didepannya. 

"Enggak Ma, bukanya tadi Mama sendiri yang minta aku buat anterin kesini, mana Bagus tau kalau Fira juga lagi disini," ucap Bagus  pada mamanya, namun matanya terus menatap Fira. Mungkin jika tidak ada sang Mama ia akan langsung mendekap gadis itu dipelukannya.

Rindu, Bagus sangat merindukan mantan kekasih nya itu. Setelah satu bulan mereka resmi putus, pemuda yang lahir dua puluh enam tahun lalu itu sangatlah frustasi, apalagi semua kontak dan akun media sosial nya diblokir oleh Fira. 

Beberapa hari kemarin sebenarnya Bagus pernah mencoba datang kerumah Fira. Alih-alih dapat bertemu sang pujaan hati,cowok tajir ini harus mendengar kabar pertunangan Fira dari Sarah dan juga permohonan untuk menjauhi gadis cantik itu.

Perlahan Bagus mendekati Fira ia ingin sekali menghapus air matanya yang tampak tak bisa ia kendalikan. Namun, belum sempat ia melakukan nya Lisa langsung menyeret kasar Fira. 

"Dasar cewek murahan kamu, saya sudah bilang jauhi Bagus,kenapa kamu masih ganggu dia sih," bentak Lisa pada Fira.

Gadis itu hanya diam dan menundukkan kepalanya, tak tahu hurus bicara apa. 

"Kenapa diam?" 

amarah wanita paruh baya itu benar-benar tidak bisa dikendalikani Lisa bahkan tidak peduli banyaknya mata yang melihat kearah nya.

Plaaaaak ...!!!

Tiba-tiba Bu Lisa menampar pipi Fira. Gadis itu kaget dan langsung memegang bekas tamparan mantan calon ibu mertua nya itu. 

"Mama kenapa sih? kasihan Fira, ini tempat umum Ma", ucap Bagus mengingatkan mamanya ia benar-benar tidak menyangka mamanya bisa semarah itu.

"Kamu lebih belain cewek murahan ini ya Gus daripada Mama yang udah lahirin kamu."

"Malu Ma, ini tempat umum kita dilihatin orang banyak." Bagus menoleh kearah jalan benar saja banyak pengendara yang mencuri pandang pada mereka.

 Kemudian Bagus menarik paksa tangan ibunya untuk masuk kedalam mobilnya dan segera  pergi dari tempat itu, meninggalkan Fira sendiri.

Sebenarnya  Bagus tidak tega meninggalkan sang mantan kekasih dengan cara seperti itu, tapi ia pikir untuk kebaikan Fira ia tidak ingin gadis yang dia cintai dihina lagi oleh sang mama.

Setelah kepergian Bagus dan Mamanya, Dino segara menghampiri Fira,  melihat tunangannya menangis, cowok itu jadi bingung apa yang mesti ia lakukan.

Sebenarnya Dino tau semuanya apa yang terjadi tadi. Tak ingin Fira menunggunya terlalu lama Dino buru mengambil barang yang ingin ia beli dan yang cepat-cepat membayar belanjaannya di kasir, saat ingin menghampiri Fira ia terkejut melihat apa yang sedang terjadi. karena tak ingin ikut campur, cowok itu akhirnya bersembunyi dan menguping mereka.

"Ngapain aja sih lo di dalam lama banget tau gak?" bentak Fira pada Dino, berusaha menyembunyikan tangisnya dengan menundukkan kepala nya dan memarahi Dino.

"Iya maaf, pulang yuk" balas Dino lembut sambil memakaikan helm pada Fira, yang  tak berani menatap pemuda itu karena tidak ingin ketahuan menangis.

"Ngapain kita kesini tadi katanya mau pulang?" Fira bertanya lirih pada pemuda yang malah menghentikan motornya disebuah taman yang cukup sepi.

"Lo mau gue digebukin sama ibu? Kalau gue bawa pulang elo dengan keadaan lo kayak gini?"

 Dino yang lebih dulu turun dari motor melepaskan helm dari kepala Fira, perlahan-lahan ia menghapus air mata gadis cantik itu.

 "Gue tau lo gak sedang baik-baik aja."

 Fira yang masih betah duduk di atas motor Dino heran  kemudian ia menatap wajah tunangannya itu.

"Lontau dari mana?"

"Tadi gue sempet nguping sedikit di minimarket. Mau cerita gak? Gak baik masalah dipendam sendiri gue siap jadi pendengar yang baik kok."

  

Bukannya cerita Fira malah menangis makin kencang. Dino yang tidak tega melihatnya menangis langsung menarik Fira dalam pelukannya. 

 "Udah lo jangan sedih terus. cowok kayak si  Bagus gitu itu gak pantes lo tangisin," ucap Dino untuk menghibur Fira.

 Puas menangis ia langsung tersadar tak sepantasnya dia menangis di pelukan Dino, meski mereka telah resmi tunangan tapi bukankah itu hanyalah sandiwara dihadapan kedua orang tuanya. 

"Lo kenal sama mas Bagus?" Fira bertanya sambil melihat suasana lalu lalang kendaraan di jalan raya. 

Dino mengangguk pelan memandang lampu taman kemudian berkata, 

"Dia dulu satu sekolah waktu SMA sama gue."

Dino memandang gadis yang masih duduk di atas motor nya sudah lebih baik fikirnya, karena sudah tidak menangis seperti tadi. Dia berharap Fira dapat mencurahkan isi hatinya tentang kisah masa lalu nya dengan Bagus.

" Jadi Bagus itu pacar lo? wah keren juga lo bisa jadi ceweknya dia."

  Fira akhirnya memilih jujur dengan pemuda di sebelahnya itu, karena tak ingin ada yang ditutupi dari calon suami nya itu.

"Keren dari Hongkong, kalau keren gue gak dihinakan kayak tadi lah," sungut Fira kesal dengan tanggapan Dino.

 "Trus lo sendiri gimana?" Apa lo punya pacar terus gimana dengan pacar lo selah dia tahu lo udah tunangan sama gue?" Fira  yang penasaran dengan kisah cinta Dino, memilih bertanya langsung pada orangnya. Karena cowok ganteng seperti Dino tidak mungkin jomblo.

"Sejak ibu sakit gue udah gak mikirin cinta-cintaan lagi. Emang dulu gue pernah punya cewek tapi semenjak ibu punya masalah pada jantungnya, gua mau fokus ngerawat dan ngebahagiain  beliau saja."

"Trus gimana tanggapan cewek lo, apa dia gak marah  lo putusin gitu aja?"

"Bukan gue yang mutusin tapi dia yang mutusin gue, katanya gue udah gak ada waktu lagi buat dia."

 

"Lo gak sedih gitu putus dari dia?"

"Gue gak ada waktu buat sedih tujuan gue sekarang cuma kebahagiaan orang tua gue aja sekarang."

"Dengan cara lo pura-pura cinta sama gue? Din, gue jadi takut orang tua kita akan tau sandiwara kita."

 Fira mendesah pasrah tiba-tiba terlintas wajah orang-orang yang  sudah ia bohongi dengan sandiwara bodoh dia dan Dino.

"Kita gak kan ketahuan kok , lo tenang aja asal akting kita sempurna mereka gak bakalan curiga." 

Dino naik keatas motor nya sebelum memutar kunci motor ia menoleh lagi kebelakang,

 "kita pulang dulu ini udah malem."

"Tapi Din, gue ngerasa bersalah setiap gue lihat Bu Nurul, lo tau sendiri kan kalau ibu kayak sayang banget sama gue."

" Kita bahas besok aja gimana baiknya." Dino berkata lalu mulai melajukan kuda besinya di jalanan malam.

******

Malam ini mata Fira seolang enggan terpejam gadis itu benar-benar tidak bisa tidur, bukan karena tidak biasa tidur di rumah orang, tapi karena gadis itu mengingat kejadian di depan minimarket tadi.

Bahkan ketika Jam dinding di kamar tamu rumah Dino yang kini ia singgahi sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, gadis itu masih terjaga.

"Udah malem banget nih ayo mata merem dong, kan gak lucu kalau besok aku bangun kesiangan, malu-maluin dong nginep dirumah mertua masak bangun kesiangan." 

 Pikiran Fira tampak berkeliaran kemana-mana. "Hp gue kayaknya bunyi deh siapa sih tengah malam ginii iseng."

Dino: udah tidur lo

 

Setelah membaca chat dino ia beranjak bangun dan mencari hijabnya

Fira: napa lo tengah malam gangguin aja

Dino:gue tau lo gak bisa tidur, dari tadi lo grusak-grusuk gak jelas berisik banget sumpah.

Fira:emang lo denger kamar lo kan jauh ada didepan.

Dino: gue lagi ada didepan kamar lo. Pengen nonton bola tapi gak jadi lo berisik.

 

Perlahan Fira bangkit dari ranjang dan berjalan mengendap-endap  menuju pintu,

dia ingin tahu benar tidak Dino ada didepan kamar nya.

 "Ternyata bener dia di sana," gumam Fira dalam hati.

Dino: gak usah ngintipin gue, sini keluar lo !

 "Buset ...!!!! tuh cowok bisa tau apa yang gue lakuin coba."

Dino:cepetan dari pada lo gak bisa tidur gue tau lo masih didepan pintu kan.

 Fira kemudian menurut dan menghampiri dino.

 

Dino menepuk sofa di sebelahnya untuk duduki Fira. Memandang gadis disampingnya lo kenapa gak bisa tidur masih kepikiran kejadian di minimarket tadi. Fira melotot tak percaya kenapa cowok di sebelahnya bisa tahu segalanya macam  cenayang saja.

"Gak kok gue cuma kangen papa sama Mama aja," Fira berucap lirih takut calon mertuanya terbangun. 

"Udah lo gak usah bohong sama gue."

Karena bingung mau menjawab spa Fira akhir nya hanya mengangguk.

 Dino tiba-tiba menyentuh pipi Fira yang kini tampak memerah bekas tamparan tadi.

"Apa masih sakit?"

 Fira menggeleng lemah,  "Cuma masih perih dikit."

Fira menggeser tubuhnya sedikit dari tempat ia duduk, gadis itu masih risih dengan perlakuanan manis Dino padanya. Dino beranjak  dan datang dengan membawa camilan sepiring lumpia goreng kesukaannya.

"Lo ambilin minum ya!" suruh Dino pada Fira. Gadis itu langsung beranjak ke dapur kemudian ia menyadari sesuatu ia langsung balik ke ruang depan TV menemui Dino.

"Gue gak berani,gue takut gelap" cicit Fira pelan. Dino menghempaskan kasar piring berisi lumpia itu atas meja.

 "Kalau gelap itu lo nyalain lampu bukan balik lagi kesini bodoh banget sih" bentak Dino lirih pada Fira karena takut orang tua nya bengun. 

Sementara gadis berkerudung merah yang ia bentak tampak menangis kondisi hatinya yang tidak sedang baik-baik saja, membuat perasaannya jadi sangat sensitif apalagi Dino tampak sangat marah pikir gadis itu yang menilai dari wajah Dino yang nampak memerah.

Fira langsung masuk kamar dan menguncinya ia tidak peduli lagi dengan permintaan maaf Dino.

Dino menyesal telah memaki Fira, ia masih mencoba mengetuk pintu kamar tamu dirumahnya yang kini Fira tempati

. "Maafin gue Fir, gue gak sengaja bentak lo tadi gue nyesel maafin gue ya!" ucap Dino pada Fira yang entah dapat di dengar atau tidak pada gadis yang kini masih menangis itu.

Dino akhirnya menyerah dan pergi ke kamarnya, seperti nya membiarkan gadis itu sendiri dulu adalah pilihan yang tepat. Merebahkan tubuhnya yang cukup kekar keatas kasur. Pemuda itu merutuki kebodohannya tadi.

 "Harusnya gue gak bentak Fira tadi, niatnya kan gue pengen hibur dia, malah gue tambah bikin dia nangis sih memang bodoh gue," sesal Dino kemudian pemuda itu mengamati cincin pertunangannya dengan Fira, kemudian menciumnya sekilas.

Goresan assa

Happy reading Semoga suka

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status