Share

Bab 5 Ibu

Awalnya Terpaksa Akhirnya Terjerat

Bab 5 (Ibu)

Seminggu telah berlalu setelah acara pertunangan Fira dan Dino. Hubungan keduanya pun masih sama, yaitu main sandiwara di depan kedua orang tuanya masing-masing.

Pagi ini Dino disuruh sang ibu untuk menjemput Fira. Karena ibu Nurul merasa kangen dengan calon menantunya itu. Sebelum meluncur kerumah Fira yang agak jauh, cowok itu mengirim pesan ke Fira terlebih dahulu

[Ntar jam 9an gue mau jemput lo lo jan lupa siap-siap] Dino

[Kemana?] Fira

[Kerumah gue. Ibu gue kangen sama lo] Dino

[Hari ini gue kerja] Fira

[Lo pulang jam berapa? Ntar gue jemput ditempat kerja lo] Dino

Sebelum membalas pesan Dino, Fira berfikir kenapa bisa pas sekali. Pagi tadi motor kesayangan rewel tidak mau jalan. Ia terpaksa naik ojeg ke tempat kerjanya.

[Nanti gue pulang jam 3 sore]Fira

[Oke]Dino

"Emang ni anak udah tau alamatnya tempat kerja aku, bodoh amat lah emang aku pikirin, mending lanjut kerja aja sebelum kena semprot sama Bu bos," ucap Fira pada dirinya sendiri kemudian memasukkan HP bututnya kesaku celana, selanjutnya melangkah menuju pelanggan butik yang sedari tadi hanya melihat-lihat saja tanpa mau membeli.

Sore harinya Dino menepati janjinya untuk menjemput Fira ditempat gadis itu bekerja.

"Fir-fira  cepetan sini!"  Maya teman satu kerjaan Fira menarik tangannya buru-buru.

"Apaan sih, bentar gue belum kelar nih," protes Fira yang masih sibuk memasukkan seragam kerja nya kedalam tas ransel warna biru laut.

"Didepan ada cowok cakep banget tau, gue mau caper sama doi siapa tau dia suka ama gue."

 Fira memukul pelan kepala Maya dengan tas Kerena gemas dengan tingkah sahabatnya itu.

"Lo stress ya, terus si Ardi pacar lo ini mau dikemanain, dia kan udah cinta mati sama lo."

"Gue rela dan  ikhlas lahir batin buat ngelepas babang Ardi kalau bisa dapetin tuh cowok didepan. Cakep banget sumpah lutut gue sampai lemes tau gak padahal tadi dia cuma tersenyum singkat, gimana kalau nanti gue dan dia kenalan, jadian terus ngajakin nikah, serangan jantung hati ini ya ampun Fira."

"Udah gak usah halu lo ah kayak gimana sih tuh cowok gue jadi penasaran ngeliat elo jadi setengah gila gini karena liat mukanya."

Fira melangkah mengekor sahabatnya Maya, sampai di parkiran, Fira melihat seorang pemuda tampan yang sedang duduk di atas motor sport. 

"Jadi itu cowok yang bikin Maya klepek-klepek gak jelas kayak gini," gumam Fira dalam hati.

"Bener kan orangnya cakep, lo aja sampai melamun gitu," protes Maya yang melihat Fira terdiam.

"Kalau lo juga naksir, gue ikhlas kok, tapi kita bersaing secara fair ya!" tambah gadis berambut sebahu itu pada Fira

Fira mengangguk setuju dengan pernyataan sahabatnya itu, mereka berdua mulai menjalankan misinya dengan mendekati cowok yang dimaksud.

"Hai, selamat sore, ada yang bisa saya bantu Mas?" 

Maya bertanya seramah mungkin pada pemuda di depannya. Namun, pemuda yang katanya tampan itu diam tak membalasnya malahan menyerahkan sebuah helm pada Fira.

"Cepetan naik udah sore nih!" kata pemuda itu yang adalah Dino.Tanpa pamit pada sahabatnya, Fira langsung naik keboncengan motor Dino.

Sedangkan Maya kaget, bagaimana bisa Fira bisa kenal dengan pemuda itu.

Maya sangat kesal melihat kepergian sang sahabat yang bahkan sempat-sempatnya menjulurkan lidahnya padanya. "Fira sialan," runtuknya kemudian.

Fira dan Dino tiba di rumah keluarga Dino. Gadis berhijab itu nampak ragu saat akan melangkah ke rumah calon suaminya itu.

"Udah cepetan masuk sono ibu lagi ada di dapur, ngapain bengong disini," bentak Dino pada cewek disampingnya yang malah berdiri mematung didepan motor yang baru saja mereka naiki.

Hangat dan sederhana itu yang Fira nilai sosok yang sedang duduk bersamanya kini.

Setelah berbasa-basi dan sempat masak bersama, Fira kini sedang duduk bersebelahan dengan Bu Nurul di ruang tengah.

"Ini lo Nduk foto anak-anak ibu," ucap Bu Nurul menunjukkan album foto pada Fira.

 "Ibu sama bapak punya tiga anak Nduk, anak yang paling besar ini" ibu Nurul menunjukkan pada foto lelaki yang memakai kemeja biru.

"Namanya Tama, sekarang ia dan istrinya tinggal di kota Surabaya, kalau lagi kangen, ibu suka lihattin foto nya kayak gini," lirih Bu Nurul sesekali menyeka kedua sudut matanya, mungkin calon ibu mertua Fira itu sedang merindukan putra sulungnya yang jauh tinggal diluar kota. 

"Kalau yang ini anak ibu yang paling cantik namanya Risma," lanjutnya lagi dengan menunjukkan salah satu foto wanita cantik berambut panjang yang mirip seperti foto anak pertama nya dalam versi perempuan.

 "Nduk, ibu seneng deh kamu nerima Dino, jadi ibu ada temennya kalau Dino sama bapaknya lagi ada di toko nanti kita masak bareng ya Nduk?"

Memang keluarga Dino memiliki toko sembako yang cukup besar dan sudah buka beberapa cabang didesa, itu yang Fira tahu dari cerita sang papa.

"Iya Bu Fira juga seneng banget dapat mertua sebaik ibu," balas Fira tulus.

"Nduk Dino itu orang nya gak ribet," tambah ibu Nurul pada Fira. niat nya wanita paruh baya itu ingin lebih dekat dengan calon menantunya.

Terpaksa malam ini Fira harus menginap di rumah Dino, karena tadi papanya sempat menghubungi gadis itu, bahwasanya Winata dan juga Sarah akan menginap di rumah Kakek Fira. 

Dari pada tidur dirumah sendiri Fira memutuskan untuk mengiyakan tawaran ibu Nurul, karena cantik iti tidak berani tidur di rumah sendiri.

 Menjelang malam Mbak Risma kakak dari Dino datang. Dia datang bersama suami dan anak perempuan kecil berumur sekitar empat tahun, berparas cantik dan juga menggemaskan.

" Halo kak, Kakak namanya siapa?" tanya gadis kecil yang di bawa Mbak Risma 

"Nama aku Fira. Kalau nama kamu siapa cantik?" balas Fira ramah.

 "Nama aku Intan Carissa Putri, biasa dipanggil Intan kak. Gendong aku dong kak!" Gadis kecil itu langsung merentangkan kedua tangannya dihadapan Fira. Mau tak mau Fira  langsung menggendong nya. 

"Aduh ni anak berat juga ya mau nolak juga gak enak mana aku capek banget habis kerja langsung ke sini belum sempat rebahan lagi, jadi kangen sama kasurku," gumam Fira dalam hati.

Fira tersenyum pada gadis kecil yang ada digendongannya itu, spalagi ia berulang kali menciumi pipi putih Fira.

" Kakak wangi deh," ucap Intan polos. 

"Ah enggak kamu yang wangi habis mandi ya?" bala Fira ramah.

Gadis yang mamakai hijab pasmina itu kemudian mencium rambut Intan yang wangi aroma buah khas shampoo anak-anak.

 "Iya kak, tadi aku dimandiin sama Mama,"

"Kamu ngapain minta gendong kak Fira?" ucao Risma pada  gadis kecil di gendongan Fira.

 " Kamu itu berat sayang, kasian kak Fira pasti capek kakaknya kan baru aja pulang kerja sayang," tambah nya lagi.

"Udah gak papa kok Mbak aku senang sama Intan," balas Fira pada Risma sambil duduk di sebelahnya.

 

"Tuh mah kak Fira aja gak papa kok," balas gadis kecil itu. 

"Maaf ya Dik dia anaknya gitu langsung akrab sama orang yang dia suka, tambah Andi suami dari Risma. 

Fira hanya jawab dengan anggukan kepala dan menciumi kening Intan karena gemas.

"Bentar lagi aku mau punya adik loh kak, tapi beberapa bulan lagi ya, sekarang masih dalam perutnya Mama," 

refleks Fira langsung melihat perut buncit Risma.

"Udah berapa bulan Mbak?" tanya Fira sambil mengelusnya, anak bungsu Winata itu sempat kaget karena merasakan pergerakan di dalamnya.

"Apa mungkin ini yang dinamakan gerakan bayi," batin Fira dalam hati sembari tersenyum terheran-heran. 

"Ini mau jalan enam bulan Dik. Tuh adiknya juga gak mau kalah sama Intan tadi, seperti nya dia juga mau kenalan sama kamu, kamu pegang aja langsung gerak si adik bayi ini," tambah Risma lagi.

 "Bener kan pilihan ibu, gak salah nyari mantu, jabang bayi yang Risma kandung aja yang belum bisa melihat kamu aja udah langsung suka sama kamu lo Nduk," ucap ibu  Nurul pada Fira dan Risma, membuat Fira   tersenyum malu-malu. Karena takut wajahnya yang  sudah merah seperti kepiting rebus kelihatan oleh orang Risma dan sang calon mertua,  Fira langsung pamit kebelakang untuk bersih-bersih.

Setelah makan malam bersama, keluarga Risma langsung pamit pulang kerumahnya.  Sedangkan Bapak Rahman dan Dino juga sudah pulang dari toko sebelum makan malam tadi.

Tepat Pukul delapan malam, kini tinggal ada empat orang yang sedang menonton televisi. Fira sama sekali tidak bisa fokus. Dalam pikirannya hanya mengamati kedua orang asing yang sebentar lagi akan menjadikan gadis itu menantunya . Sedangkan Dino ia sedang sibuk dengan benda pipih di tangannya.

"Temenin aku ke depan yuk" ucap Dino tiba-tiba pada gadis yang duduk di sebelah sang ibu.

"Kemana Mas?" balas Fira cepat.

"Kita jalan-jalan kedepan aja deket kok" tambah Dino lagi.

" Aku pamit mau jalan sama mas Dino dulu ya pak, Bu!" 

" Ya udah kalian hati hati ya jangan pulang malam ini ya Din," balas pak Rahman.

"Jagain calon mantu ibu ya nak, awas aja kalu kamu sampai nyakitin dia" tambah Bu Nurul pada Dino.

"Siap ibu!!!"

Entah kemana Dino ingin mengajak Fira keluar, karena saat gadis itu bertanya, Dino hanya menjawab,

 "Udah cepetan ikut aja gak usah bawel!" bentak Dino kasar pada Fira.

"Lebih baik keluar bareng Dino dan dibentak bentak dari pada di baik-baikin tapi cuma sandiwara belaka." Fira membatin dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status