Beranda / Romansa / Ayah Anakku Suami Sahabatku / Bab. 5 Jangan Dekati Aku

Share

Bab. 5 Jangan Dekati Aku

Penulis: Merisa storia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-19 09:18:27

Sosok Pria tampan berdiri tegap membuka kacamatanya secara perlahan. Menatap sinis Amanda dengan raut menantang. Wanita yang sebelumnya sangat emosi itu, tiba-tiba saja meleleh seperti lilin yang tersulut api.

"Kamu punya mata gak, hah?!" sentak pria pemilik mobil hitam itu.

Amanda terus menatap wajah pria berhidung mancung itu tanpa memedulikan pertanyaan sekaligus makian yang terlontar dari mulutnya. Ia memilih melempar senyum manisnya. Tak peduli jika pria itu tak membalas senyumannya.

"Manda!" teriak Luna, yang kemudian turun dari mobil berjalan setengah berlari menghampiri Amanda, ia langsung berdiri di samping sahabatnya.

Pria yang penuh emosi itu menggeser pandanganya pada gadis pujaan hatinya yang beberapa hari lalu menolak cintanya. Mereka saling beradu pandang selama beberapa saat sebelum pria itu mencetuskan kata-kata makian berikutnya.

"Ini gara-gara kelakuan kalian bermain handphone di dalam mobil. Sekarang, lihat sendiri kan akibatnya?!" teriak Rayyanza seraya berkacak pinggang.

Tak terima sahabatnya di maki, Luna langsung pasang badan. "Mobil kamu yang tiba-tiba saja datang menubruk kami!" sentaknya seraya menatap tajam.

Dengusan kasar diiringi senyum miring tergambar di wajah pria berkemeja hitam itu. "Lihat! Mobil kalian yang masuk ke jalurku!" ucapnya dengan lantang.

Manik kedua wanita itu langsung menyoroti jalan tempat terjadinya insiden kecelakaan. Benar saja. Mobil Amanda berada di lawan arah menabrak mobil Rayyanza.

"Eum .... Kak Rayyanza ..., aku minta maaf ya, Kak! Aku akan bertanggung jawab," ucap Amanda tersenyum nyengir.

Luna yang sebelumnya berdiri menantang, kini menunduk menepuk lengan sahabatnya. Bibirnya mendekat ke telinga Amanda, kemudian berbisik. "Kamu gimana sih, nyetir kok gak bener, malu-maluin aku aja!"

Amanda tak mengindahkan perkataan Luna. Ia fokus menatap wajah Rayyanza dengan intens hampir tak berkedip.

"Heh!" Tepukan Luna akhirnya mampu menyadarkan Amanda dari tarikan daya pikat Rayyanza.

"Euh, apa?!" sahut Amanda menoleh dengan bingung.

"Jadi, bagaimana ini? Mobil saya rusak tuh!" rutuk Rayyanza mengarahkan telunjuknya ke arah mobil.

"Aku boleh minta nomor telepon Kak Rayyanza gak? Nanti, aku akan kabari kaka untuk bawa mobilnya ke bengkel."

Tanpa ingin berlama-lama berdebat, Rayyanza memeberikan nomor ponselnya pada Amanda. "Awas ya, kalau kamu tidak bertanggung jawab!" ancamnya dengan ketus.

Amanda tersenyum dan mengangguk cepat. Ia sangat bahagia karena mendapatkan nomor telepon pujaan hatinya itu. Walaupun untuk sekedar bertanggung jawab.

Rayyanza kembali masuk ke dalam mobilnya yang sebetulnya tidak terlalu rusak jika dibandingkan dengan kerusakan yang dialami oleh mobil Amanda. Mata gadis itu mengikuti arah mobil hitam yang melaju menjauhi mereka hingga badan Amanda ikut berputar ke belakang.

"Waaaah ..., ini luar biasa!" ucapnya dengan mata berbinar.

Amanda menggenggam benda pipih yang baru saja menyimpan nomor pria tampan itu lalu menempelkannya di dada seraya tersenyum bahagia.

"Sadar woi!" Luna menepuk punggung Amanda pelan. Ia sangat heran mengapa sahabatnya itu sangat tergila-gila pada Rayyanza. "Apa bagusnya dia?" celetuk Luna.

"Ayo, kita bisa terlambat masuk kelas. Mana jam pelajaran Dosen killer lagi!" ajak Luna tergesa-gesa.

Mereka kembali masuk ke dalam mobil milik Amanda. Kali ini, Ia melajukan mobilnya dengan sangat hati-hati, tak ingin kejadian seperti barusan terulang kembali.

Setelah beberapa saat, akhirnya mobil yang dikemudiakan Amanda tiba di area parkir kampus. Beberapa pasang mata melirik bamper mobil yang terlihat penyok.

Luna bergegas keluar dari mobil. Mengingat saat ini adalah jadwal pelajaran dosen killer yang gemar menghukum mahasiswinya.

"Ayo cepat!" seru Luna sembari melingkarkan tas di bahunya. Kedua tangan menggenggam map berisi tugas kuliahnya, kemudian turun dari mobil.

Ia berjalan cepat, menarik tangan Amanda yang berjalan seperti siput. Wanita itu tak ingin mendapat nilai yang buruk hanya karena terlambat masuk kelas. Dosen galak yang saat ini mengajar tidak akan meberinya absensi jika sampai terlambat masuk lebih dari 5 menit.

"Aduuuh ..., jangan buru-buru gini donk, Lun!" keluh Amanda yang merasa tak nyaman karena ditarik-tarik oleh Luna.

"Kamu sih enak, gak masuk sebulan pun masih bisa kuliah di kampus ini! Sedangkan Aku? Bisa batal dapat beasiswa!" gerutu wanita yang mengenakan setelan casual itu.

Untung saja, Dosen killer belum tiba di kelasnya. Mereka duduk di bangku dengan nafas yang tersengal-sengal dan bulir keringat di area kening yang hampir menetes. Semenjak berteman dengan Luna, Amanda menjadi murid yang rajin dan memiliki nilai yang cukup bagus. Padahal, sebelumnya ia hampir saja tidak naik kelas.

Hari itu seperti hari-hari biasanya. Luna belajar dengan fokus. Namun, tidak dengan Amanda, ia menatap layar ponselnya dan mengetikan sesuatu disana.

[Hai, Kak Rayyanza. Ini nomor hapeku. Save ya!] Ketiknya di kolom aplikasi hijau.

Ia terus menatap layar ponsel, berharap Rayyanza membalas pesannya. Namun, setelah menunggu selama beberapa menit, notifikasi balasan tak juga muncul.

Amanda duduk dengan wajah lesu, menggenggam ponsel dengan kedua tanganya berada di atas meja. Sesekali, ia menghidupkan layar berbentuk pipih tersebut untuk memeriksa apakah pria itu sudah membalas pesannya.

Lagi-lagi ia merasa kecewa. Tidak ada notifikasi apapun di sana. Hanya foto wallpaper dirinya sedang bersama Luna yang terpajang di layar telepon genggam seri terbarunya.

Kini, jam mata kuliah telah selesai. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke bengkel sebelum ayah Amanda mengetahui kejadian tadi siang. Karena, jika sampai ayahnya tau, sudah pasti ia akan mengomel padanya.

Amanda mencoba menghubungi Rayyanza setelah sebelumnya ia menengok ke dalam kelas pria itu yang ternyata sudah kosong. Jadi, jika ia menelepon pun, sudah pasti tidak akan mengganggu, karena Rayyanza sedang tidak berada di dalam kelas.

"Hallo ...."

"Siapa ini?" tanya suara bariton di sebrang sana.

"Aku, Amanda! Kamu belum membaca pesanku?"

"Oh kamu! Gimana, kapan kamu akan membawa mobilku ke bengkel?" jawab pria itu ketus.

"Sekarang, Kak! Kak Rayyanza dimana?"

Sore itu, Amanda dan Rayyanza membuat janji pergi berdua ke bengkel. Kali ini, Luna tidak bisa menemani Amanda, karena harus segera membantu bibinya di resto.

"Dah Manda ..., Hati-hati ya!" seru Luna saat Amanda pergi mengendarai mobilnya meninggalkan Luna di area parkir kampus.

Mobil putih yang bagian depannya penyok itu melaju hingga menghilang di ujung jalan.

"Hai ...!" Suara bariton tiba-tiba menyapanya dari arah belakang.

Luna menoleh cepat ke arah sumber suara. "Kamu?" ucapnya kaget. "O-ya, baru saja Manda pergi ke bengkel. Bukanya, kalian janjian disana ya?" tanya Luna keheranan.

"Boleh minta no telepon kamu?" ucap pria yang masih penasaran dengan Luna.

"Kita tidak ada urusan. Urusanmu dengan Manda, bukan denganku!" jawab Luna mendadak ketus.

Luna merasa sedikit kesal ketika Rayyanza terus mengganggunya. Ia pikir, setelah penolakan itu, Rayyanza tidak akan mengganggunya lagi. Tapi ternyata, ia masih saja berusaha mendekati Luna.

"Sorry ya, Kak. Yang suka sama kamu itu, Amanda! Bukan aku! Jadi, tolong berhenti dekati aku!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 134

    Dua minggu berlalu dengan cepat. Malam itu, Amanda menginap di apartemen Luna, berniat menemani sahabatnya sebelum melepas masa lajang. "Kapan kamu dan Ryuki akan menyusul kami?" tanya Luna pada Amanda, penuh keingintahuan.Amanda tersenyum lembut, tangannya dengan lembut menyisir rambut panjang Luna. "Doakan saja, semoga kami cepat menyusul kalian."Luna melirik jam yang menggantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. "Apa kamu tidak mengantuk?" tanyanya pada Amanda."Aku belum mengantuk," balas Amanda. "Besok kamu akan menikah, sebaiknya kamu tidur agar wajahmu fresh."Luna menggeleng pelan. "Aku juga tidak bisa tidur."Amanda tersenyum maklum. "Kalau begitu, bagaimana jika kita paksakan untuk tidur?" usulnya, lalu mematikan lampu kamar. Ia memeluk tubuh Luna dengan lembut. "Sini biar aku peluk.""Lepas, Manda, geli!" Luna meronta, tawanya terdengar dalam kegelapan.Amanda tertawa kecil. "Apa kamu ingat, dulu ketika kuliah, kita sering tidur bersama seperti ini."Lu

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 133

    Malam berganti pagi. Sinar mentari yang hangat mulai merayap masuk melalui celah-celah tirai, membangunkan Luna dari tidur lelapnya. Ia mengerjapkan mata, berusaha memfokuskan pandangan. Seketika, ia terkesiap mendapati dirinya berada dalam pelukan Rayyanza. Kehangatan tubuh pria itu membuatnya nyaman, tetapi juga membuat jantungnya berdegup kencang.Pergerakan Luna rupanya cukup untuk membangunkan Rayyanza. Pria itu menggeliat pelan, tangannya masih melingkar di pinggang Luna. Di samping Rayyanza, terdengar ocehan riang Arshaka yang sudah terjaga."Ah, anak mama sudah bangun?" kata Luna, menoleh pada putranya dengan senyum lembut.Rayyanza, masih setengah tertidur, dengan gerakan manja menyembunyikan wajahnya di perut Luna. "Aku masih ngantuk, Sayang," rengeknya."Lagi pula, siapa yang membangunkanmu? Aku mengajak bicara Arshaka," ujarnya. "Jika masih ngantuk, tidur lagi saja."Mata Luna melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07.00 pagi. Perlahan, ia beranjak dari tempat tidur,

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 132

    Malam itu, setelah perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di basement apartemen. Luna turun dari mobil dengan hati-hati, kakinya yang masih terpincang membuatnya sedikit kesulitan. Ia berdiri sejenak, mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang remang-remang itu. Tanpa bisa dicegah, ingatannya melayang ke malam yang kelam, malam di mana persahabatannya dengan Amanda hancur berkeping-keping. Namun, kini segalanya telah berubah. Luna merasa sangat bersyukur, menyadari bahwa pada akhirnya, semuanya baik-baik saja.Mereka melangkah bersama-sama menuju lift. Ruangan berdinding besi itu membawa mereka naik ke lantai sepuluh dalam keheningan yang nyaman. Setibanya di depan pintu apartemen, Amanda tiba-tiba berpamitan, suaranya terdengar sedikit gugup."Maaf, aku tidak bisa lama. Aku sudah ada janji dengan seseorang," ujarnya.Semua mata tertuju pada Amanda, dan Luna pun tak bisa menahan rasa penasarannya. "Mau ke mana malam-malam begini?" tanyanya, dengan alis yang terangk

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 131

    Siang menjelang sore, suasana di rumah mendiang nenek Luna terasa hangat. Bu Dona masih terus mengajak main Arshaka yang mulai mengoceh. Bayi itu juga sering melebarkan senyum, membuat ingatan Bu Dona kembali ke masa Rayyanza masih bayi."Mengapa kamu mirip sekali dengan papamu, Nak?" cetusnya, memandangi wajah polos Arshaka.Luna baru saja keluar dari kamar mandi, dengan balutan handuk, ia melangkah terpincang-pincang hendak masuk ke kamar. Rayyanza yang saat itu tengah berdiri di antara ruang tamu dan ruang tengah menoleh ke arah Luna, kemudian melangkah mendekatinya. "Sudah selesai mandinya, Sayang?" tanyanya seraya memegangi tangan Luna agar tidak jatuh.Wanita yang hanya berbalut handuk itu merasa malu dan risih. "Sudah, sana! Aku bisa sendiri.""Aku hanya ingin membantumu berjalan," Rayyanza bersikeras."Tapi aku malu!" protes Luna."Malu?" Rayyanza tertawa. "Mengapa malu? Bahkan aku pernah melihatmu tanpa sehelai kain.""Sudah hentikan, Rayyan! Itu tidak lucu sama sekali!" Lun

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 130

    Rayyan langsung melepaskan pelukannya saat menoleh ke arah pintu masuk. Luna dengan ramah mengajak Irwan untuk masuk, "Ayo, masuk, Mas."Irwan, pria desa yang telah menaruh hati pada Luna itu berdiri canggung di ambang pintu. "Maaf, sepertinya sedang ada pertemuan penting. Sebaiknya saya kembali lagi nanti," ucapnya, hendak melangkah pergi."Tunggu!" panggil Luna tiba-tiba. Irwan berhenti dan kembali menghadap Luna."Masuklah, Mas. Kenalkan, ini Ayah anak saya," kata Luna tanpa menyadari betapa menyakitkan kalimat itu bagi Irwan. Seketika, harapan yang baru saja muncul di mata Irwan langsung sirna, digantikan oleh kekecewaan yang ia coba sembunyikan.Irwan memaksakan senyum dan mengangguk, melangkah masuk mendekati Luna. Tangannya terulur, mengajak bersalaman pada Rayyanza. "Saya Irwan," ucapnya dengan suara yang ia usahakan agar tetap tenang.Rayyanza menatap Irwan dari atas hingga bawah. Kali ini, ia tidak merasa cemburu seperti pada Ryuki karena Irwan tidak semenarik Ryuki. Ayah A

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 129

    Sekujur tubuh Rayyanza menegang ketika melihat sosok wanita yang sangat dikenalnya. "Sayang ...," gumamnya. Pria tampan itu segera melangkah menerobos kerumunan hiruk-pikuk pasar, diikuti oleh Bu Dona, Amanda, dan Nikita yang berjalan di belakangnya. Mereka tampak tergesa-gesa, seolah-olah tengah mengejar seseorang.Sementara itu, Luna sama sekali tidak menyadari kehadiran Rayyanza. Ia masih fokus melayani pembeli, tangannya menyodorkan kantong plastik hitam berisi ikan yang baru saja ditimbangnya, sembari menerima uang pembayaran. "Terima kasih," ucapnya ramah seraya tersenyum.Baru saja ia akan memasukkan uang hasil penjualannya ke dalam dompet, tiba-tiba terdengar suara yang sangat tidak asing lagi di telinganya. "Sayang ...?!"Luna menoleh dan terhenyak kaget, matanya melebar saat melihat Rayyanza berdiri di hadapannya. Namun, begitu melihat Bu Dona berada di belakang Rayyanza, Luna segera berbalik badan dan berlari kecil menjauhi mereka, ketakutan jika Bu Dona akan kembali menga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status