Share

Bab. 5 Jangan Dekati Aku

Sosok Pria tampan berdiri tegap membuka kacamatanya secara perlahan. Menatap sinis Amanda dengan raut menantang. Wanita yang sebelumnya sangat emosi itu, tiba-tiba saja meleleh seperti lilin yang tersulut api.

"Kamu punya mata gak, hah?!" sentak pria pemilik mobil hitam itu.

Amanda terus menatap wajah pria berhidung mancung itu tanpa memedulikan pertanyaan sekaligus makian yang terlontar dari mulutnya. Ia memilih melempar senyum manisnya. Tak peduli jika pria itu tak membalas senyumannya.

"Manda!" teriak Luna, yang kemudian turun dari mobil berjalan setengah berlari menghampiri Amanda, ia langsung berdiri di samping sahabatnya.

Pria yang penuh emosi itu menggeser pandanganya pada gadis pujaan hatinya yang beberapa hari lalu menolak cintanya. Mereka saling beradu pandang selama beberapa saat sebelum pria itu mencetuskan kata-kata makian berikutnya.

"Ini gara-gara kelakuan kalian bermain handphone di dalam mobil. Sekarang, lihat sendiri kan akibatnya?!" teriak Rayyanza seraya berkacak pinggang.

Tak terima sahabatnya di maki, Luna langsung pasang badan. "Mobil kamu yang tiba-tiba saja datang menubruk kami!" sentaknya seraya menatap tajam.

Dengusan kasar diiringi senyum miring tergambar di wajah pria berkemeja hitam itu. "Lihat! Mobil kalian yang masuk ke jalurku!" ucapnya dengan lantang.

Manik kedua wanita itu langsung menyoroti jalan tempat terjadinya insiden kecelakaan. Benar saja. Mobil Amanda berada di lawan arah menabrak mobil Rayyanza.

"Eum .... Kak Rayyanza ..., aku minta maaf ya, Kak! Aku akan bertanggung jawab," ucap Amanda tersenyum nyengir.

Luna yang sebelumnya berdiri menantang, kini menunduk menepuk lengan sahabatnya. Bibirnya mendekat ke telinga Amanda, kemudian berbisik. "Kamu gimana sih, nyetir kok gak bener, malu-maluin aku aja!"

Amanda tak mengindahkan perkataan Luna. Ia fokus menatap wajah Rayyanza dengan intens hampir tak berkedip.

"Heh!" Tepukan Luna akhirnya mampu menyadarkan Amanda dari tarikan daya pikat Rayyanza.

"Euh, apa?!" sahut Amanda menoleh dengan bingung.

"Jadi, bagaimana ini? Mobil saya rusak tuh!" rutuk Rayyanza mengarahkan telunjuknya ke arah mobil.

"Aku boleh minta nomor telepon Kak Rayyanza gak? Nanti, aku akan kabari kaka untuk bawa mobilnya ke bengkel."

Tanpa ingin berlama-lama berdebat, Rayyanza memeberikan nomor ponselnya pada Amanda. "Awas ya, kalau kamu tidak bertanggung jawab!" ancamnya dengan ketus.

Amanda tersenyum dan mengangguk cepat. Ia sangat bahagia karena mendapatkan nomor telepon pujaan hatinya itu. Walaupun untuk sekedar bertanggung jawab.

Rayyanza kembali masuk ke dalam mobilnya yang sebetulnya tidak terlalu rusak jika dibandingkan dengan kerusakan yang dialami oleh mobil Amanda. Mata gadis itu mengikuti arah mobil hitam yang melaju menjauhi mereka hingga badan Amanda ikut berputar ke belakang.

"Waaaah ..., ini luar biasa!" ucapnya dengan mata berbinar.

Amanda menggenggam benda pipih yang baru saja menyimpan nomor pria tampan itu lalu menempelkannya di dada seraya tersenyum bahagia.

"Sadar woi!" Luna menepuk punggung Amanda pelan. Ia sangat heran mengapa sahabatnya itu sangat tergila-gila pada Rayyanza. "Apa bagusnya dia?" celetuk Luna.

"Ayo, kita bisa terlambat masuk kelas. Mana jam pelajaran Dosen killer lagi!" ajak Luna tergesa-gesa.

Mereka kembali masuk ke dalam mobil milik Amanda. Kali ini, Ia melajukan mobilnya dengan sangat hati-hati, tak ingin kejadian seperti barusan terulang kembali.

Setelah beberapa saat, akhirnya mobil yang dikemudiakan Amanda tiba di area parkir kampus. Beberapa pasang mata melirik bamper mobil yang terlihat penyok.

Luna bergegas keluar dari mobil. Mengingat saat ini adalah jadwal pelajaran dosen killer yang gemar menghukum mahasiswinya.

"Ayo cepat!" seru Luna sembari melingkarkan tas di bahunya. Kedua tangan menggenggam map berisi tugas kuliahnya, kemudian turun dari mobil.

Ia berjalan cepat, menarik tangan Amanda yang berjalan seperti siput. Wanita itu tak ingin mendapat nilai yang buruk hanya karena terlambat masuk kelas. Dosen galak yang saat ini mengajar tidak akan meberinya absensi jika sampai terlambat masuk lebih dari 5 menit.

"Aduuuh ..., jangan buru-buru gini donk, Lun!" keluh Amanda yang merasa tak nyaman karena ditarik-tarik oleh Luna.

"Kamu sih enak, gak masuk sebulan pun masih bisa kuliah di kampus ini! Sedangkan Aku? Bisa batal dapat beasiswa!" gerutu wanita yang mengenakan setelan casual itu.

Untung saja, Dosen killer belum tiba di kelasnya. Mereka duduk di bangku dengan nafas yang tersengal-sengal dan bulir keringat di area kening yang hampir menetes. Semenjak berteman dengan Luna, Amanda menjadi murid yang rajin dan memiliki nilai yang cukup bagus. Padahal, sebelumnya ia hampir saja tidak naik kelas.

Hari itu seperti hari-hari biasanya. Luna belajar dengan fokus. Namun, tidak dengan Amanda, ia menatap layar ponselnya dan mengetikan sesuatu disana.

[Hai, Kak Rayyanza. Ini nomor hapeku. Save ya!] Ketiknya di kolom aplikasi hijau.

Ia terus menatap layar ponsel, berharap Rayyanza membalas pesannya. Namun, setelah menunggu selama beberapa menit, notifikasi balasan tak juga muncul.

Amanda duduk dengan wajah lesu, menggenggam ponsel dengan kedua tanganya berada di atas meja. Sesekali, ia menghidupkan layar berbentuk pipih tersebut untuk memeriksa apakah pria itu sudah membalas pesannya.

Lagi-lagi ia merasa kecewa. Tidak ada notifikasi apapun di sana. Hanya foto wallpaper dirinya sedang bersama Luna yang terpajang di layar telepon genggam seri terbarunya.

Kini, jam mata kuliah telah selesai. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke bengkel sebelum ayah Amanda mengetahui kejadian tadi siang. Karena, jika sampai ayahnya tau, sudah pasti ia akan mengomel padanya.

Amanda mencoba menghubungi Rayyanza setelah sebelumnya ia menengok ke dalam kelas pria itu yang ternyata sudah kosong. Jadi, jika ia menelepon pun, sudah pasti tidak akan mengganggu, karena Rayyanza sedang tidak berada di dalam kelas.

"Hallo ...."

"Siapa ini?" tanya suara bariton di sebrang sana.

"Aku, Amanda! Kamu belum membaca pesanku?"

"Oh kamu! Gimana, kapan kamu akan membawa mobilku ke bengkel?" jawab pria itu ketus.

"Sekarang, Kak! Kak Rayyanza dimana?"

Sore itu, Amanda dan Rayyanza membuat janji pergi berdua ke bengkel. Kali ini, Luna tidak bisa menemani Amanda, karena harus segera membantu bibinya di resto.

"Dah Manda ..., Hati-hati ya!" seru Luna saat Amanda pergi mengendarai mobilnya meninggalkan Luna di area parkir kampus.

Mobil putih yang bagian depannya penyok itu melaju hingga menghilang di ujung jalan.

"Hai ...!" Suara bariton tiba-tiba menyapanya dari arah belakang.

Luna menoleh cepat ke arah sumber suara. "Kamu?" ucapnya kaget. "O-ya, baru saja Manda pergi ke bengkel. Bukanya, kalian janjian disana ya?" tanya Luna keheranan.

"Boleh minta no telepon kamu?" ucap pria yang masih penasaran dengan Luna.

"Kita tidak ada urusan. Urusanmu dengan Manda, bukan denganku!" jawab Luna mendadak ketus.

Luna merasa sedikit kesal ketika Rayyanza terus mengganggunya. Ia pikir, setelah penolakan itu, Rayyanza tidak akan mengganggunya lagi. Tapi ternyata, ia masih saja berusaha mendekati Luna.

"Sorry ya, Kak. Yang suka sama kamu itu, Amanda! Bukan aku! Jadi, tolong berhenti dekati aku!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status