Di dalam kamar, si kembar saling berbisik satu sama lain dengan hati-hati. Mereka tahu betul bahwa pintu kamar mereka tidak kedap suara, sehingga suara mereka bisa terdengar keluar."Abang, apakah kamu melihat pria dewasa tadi sore?" tanya Kalisa dengan suara berbisik."Ya, Abang melihatnya, dek," jawab Keanu dengan suara yang sama pelan."Kok pria itu mirip sekali dengan Abang, terutama dari bola matanya," ucap Kalisa dengan rasa penasaran. Keanu tertawa mendengar ucapan adiknya."Adek, di dunia ini banyak orang yang mirip satu sama lain, loh," jawab Keanu dengan santai."Ish, Abang, aku serius nih. Apa jangan-jangan..." Kalisa belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika pintu kamar mereka tiba-tiba diketuk.Tok, tok, tok.Mendengar ketukan itu, Keanu bergegas menuju pintu dan membukanya. Pintu terbuka, dan tampaklah Kanaya berdiri di sana."Ayo, makan malam dulu, sayang," ajak Kanaya sambil tersenyum. Keanu mengangguk setuju, lalu memanggil adiknya."Kalisa, ayo dekat sini. Waktuny
Setelah acara pernikahan selesai, Kanaya mengajak Jayden untuk beristirahat di dalam kamarnya. Mereka berdua berada di dalam kamar, dengan Kanaya duduk di depan meja rias. "Apa mau saya bantu?" tawar Jayden saat melihat Kanaya kesulitan melepas singa pengantin yang terdapat di atas hijabnya. "Apakah tidak merepotkan?" tanya Kanaya dengan keraguan. "Tidak," jawab Jayden dengan tulus. Dia berjalan mendekati Kanaya, dan dengan lembut Jayden mengulurkan tangannya untuk membantu melepas aksesoris yang menempel di atas hijab Kanaya. "Cantik," ucap Jayden dengan penuh kagum saat melihat wajah istrinya melalui cermin. "Siapa?" tanya Kanaya dengan gugup. Jayden menunduk, dan dengan suara lembutnya dia berbisik di samping Kanaya, "Istriku." Wajah Kanaya langsung memerah, dan detak jantungnya berdegup kencang. Dia memalingkan wajahnya ke samping, mencoba menyembunyikan perasaannya. "Su-dah, Jay," ucap Kanaya dengan
Maaf, Bu, bolehkah saya mengetahui kejadiannya?" tanya Jayden lembut, menatap Maryam dengan penuh perhatian. Maryam menghela nafas panjang, berusaha mengumpulkan keberaniannya, lalu berkata, "Baiklah, Nak." ***Flashback on***Kembali pada tujuh tahun yang lalu, malam itu Maryam pergi membantu tetangganya yang hendak melahirkan. Dia meninggalkan Kanaya seorang diri di rumah. Hujan turun lebat saat itu, angin menerbangkan dedaunan dan menyapu permukaan jalan. Ketika Maryam mencoba menghubungi Kanaya, tak ada jawaban dari ponsel putrinya. Keesokan harinya, dengan wajah pucat dan rasa cemas menyelimuti hatinya, Maryam kembali ke rumah. Dia menemukan Kanaya yang penuh luka; pakaian yang acak-acakan, rambut yang berantakan, dan tangan yang memerah seperti bekas cengkraman yang kuat. Maryam mendekat, hatinya teriris melihat kondisi anaknya. Namun, saat Maryam hendak menyentuhnya, Kanaya kembali histeris, berteriak penuh ketakutan,
Allahu Akbar," ucap Jayden dengan takbir.Deg, jantung Kanaya berdegup kencang, darahnya berdesir hebat. Mendengar suara Jayden membuat hati Kanaya tenang."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Jayden."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Keanu, Kalisa, dan Kanaya.Kemudian mereka berdoa, Kalisa mengucapkan, "Ya Allah, terima kasih. Terima kasih sudah mendengarkan doa Kalisa. Akhirnya Kalisa punya ayah seperti teman-teman Kalisa, ya Allah.""Ya Allah, terima kasih sudah memberikan sosok ayah yang baik seperti Ayah Jayden. Keanu merasa tenang karena Bunda ada yang menjaga. Keanu berdoa semoga Allah melimpahkan kasih sayang dan rejeki bagi keluarga Keanu. Amin," ucap Keanu.Kanaya dan Jayden tertegun mendengar doa dari kedua anak kembar ini. Jayden bahkan tidak bisa menahan air matanya. Sungguh, Jayden merasakan betapa menderitanya kedua anak ini karena sering dihina dan merasakan penderitaan yang dialami
Di meja makan, sambil mengunyah lahap hidangan makan malam, Jayden sesekali mencuri pandang kepada putra sambungnya. Saat ia fokus menatap, ditemukannya kemiripan antara wajah dan bola mata Keanu dengan Abang Rayyan. "Gak mungkin, ini hanya kebetulan," gumam Jayden ragu-ragu, sambil berusaha meyakinkan diri. "Mas, kenapa?" tanya Kanaya penasaran, sekaligus menepuk pundak Jayden. Jayden tersentak kaget, namun segera meresapi jantung yang berdebar kencang. "Tidak apa-apa, Sayang," sahutnya tenang. "Mau ditambah sayurannya?" tawar Kanaya. "Tidak, Sayang. Ini sudah cukup," ucap Jayden, berusaha meredam curiga di benaknya. Mereka melanjutkan makan malam dengan khidmat, menyantap sajian yang tersaji. Jayden masih tertatih menyingkap tabir misteri tersebut, tetapi dia mengusir bayang-bayang tersebut demi menikmati kebersamaan bersama keluarganya.Rayyan terdiam dalam kamarnya, matanya jauh melihat ke luar jend
Jayden menutup pintu dengan keras hingga terkunci, lantas meletakkan Kanaya di atas tempat tidur. Tak lama, Kanaya meraih segala benda yang ada di sekitarnya dan melemparkannya dengan geram. Jayden bergegas mendekat, memeluk tubuh Kanaya yang bergetar hebat. "Sayang, tenang ya, saya di sini," ucap Jayden, sambil mengusap puncak kepala Kanaya yang terbalut hijab. "By, orangnya datang lagi," desis Kanaya, suara gentar terpancar dari wajah pucatnya. Jayden menggenggam tangan Kanaya erat. "Saya tidak akan membiarkan dia mendekat, tenang ya," pinta Jayden tegas. "Tapi, By, dia jahat. Dia memaksaku, By," isak Kanaya terputus, air mata mulai membanjiri pipinya. Hati Jayden seperti teriris mendengar pengaduan istrinya. Seolah perih melihat trauma Kanaya terasa begitu dalam akibat ulah pria jahat itu. Dalam keheningan, pikiran Jayden berkecamuk mencari jalan keluar dari situasi ini.Jayden terus termenung, mencoba merangkai potonga
"Tenang, sayang. Saya tidak akan meninggalkanmu. Kita akan melewati semua ini bersama-sama. Kalau perlu, nanti kita hukum penjahat itu dengan hukuman yang setimpal," ucap Jayden dengan penuh keyakinan. "Mas, aku mau ngasih tahu kamu sesuatu," ucap Kanaya, melepaskan pelukannya. "Apa, sayang?" tanya Jayden, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Mas, kalau seandainya orang jahat itu orang terdekat kamu, bagaimana?" tanya Kanaya dengan suara gemetar. "Maksud kamu?" tanya Jayden, merasa gelisah. Hatinya berdebar kencang, takut dengan kemungkinan yang mungkin diungkapkan oleh Kanaya. "Mas," panggil Kanaya, namun sebelum dia bisa melanjutkan, tiba-tiba ponsel Jayden berdering. "Sebentar, sayang. Teman saya menelpon," ucap Jayden. Dia melihat layar ponselnya dan melihat nama Bima muncul. Dengan hati yang masih berdebar, Jayden menggeser tombol hijau dan mengangkat telepon tersebut. "Halo, Bima. Ada apa?" tanya Jayden, me
Jayden baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran, menunggu waktu untuk menjemput Keanu. Tiba-tiba, ponselnya bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Ia terkejut melihat nama Kanaya yang tertera di layar ponselnya. Ia segera mengangkatnya dan mendengar suara istrinya yang cemas. "By, di mana Keanu dan Kalisa? Aku sangat khawatir. Apakah mereka ada sama kamu? Mana dia?" tanya Kanaya dengan suara yang bergetar. Jayden merasa gelisah, "Maksudnya kamu bagaimana sayang? Maaf, saya baru saja keluar dari kelas dan sedang menuju sekolah untuk menjemput Keanu dan Kalisa. Apa yang terjadi?" "Anak-anak sudah pergi dengan seorang pria, By, pakai mobil. Aku pikir itu kamu! Aku panik, By. Aku tidak tahu apa yang terjadi sama mereka," ucap Kanaya dengan suara bergetar semakin. Jayden berusaha menenangkan istrinya, "Tenang dulu ya sayang. Jangan panik. Kamu tunggu di sana, saya akan ke sana sekarang." "Ya sudah, hati-hati mas, jangan ngebut ya