Share

Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa
Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa
Author: Riya Ni

BAB 1

Author: Riya Ni
last update Huling Na-update: 2024-05-30 22:52:08

“Mama… kata teman-teman aku… aku sama Riana anak h-haram….” Reana mulai berbicara sambil terisak. “P-padahal kan kita anak Mama….”

Kayra tertohok. Anak seperti apa yang berani mengatakan hal buruk itu kepada putri-putrinya?

Ia baru saja pulang dan memasuki rumah orang tuanya. Tapi, bukan sambutan hangat yang Kayra dapatkan melainkan sebuah isak tangis yang bersahutan dari ruang keluarga.

Kata sang papa, anaknya baru saja dibuli di sekolah karena tidak memiliki ayah. Kayra menatap kedua anak yang ada di pangkuannya. Kayra Agnesia, seorang ibu dari dua anak kembar. Jandanya seorang pengusaha kaya raya. 

Kecantikan wajah dan kesuksesan dalam berkarir tidak menjadi tolak ukur cinta itu bertahan, buktinya Kayra ditinggalkan suaminya saat tengah mengandung anak kembarnya di usia tujuh bulan.

Kayra kira, setelah bercerai dan hidup lebih baik, ia akan bahagia. Tapi tidak dengan kedua anaknya. Ini bukan kali pertama anak-anaknya dibuli hanya karena tidak memiliki ayah.

“K-katanya… karena kita gak punya ayah, kita ini anak pelacur….” Reana melanjutkan, dan terdengar suara tangisan tertahan dari mamanya juga. “P-pelacur itu jahat kan, Ma? T-tapi Mama kan gak jahat….”

“R-Riana udah bilang kalau Ayah udah meninggal… tapi gak ada yang percaya,” Riana mulai menambahkan ucapan kakaknya.

Hati Kayra sakit mendengar cerita orang tuanya tentang putri-putrinya.

"Mama kenapa Ayah ninggalin kita? Hikss…."

"Mama, kenapa kita tidak ada ayah?"

Pertanyaan-pertanyaan itu membuat kepala Kayra pening. Jujur ia tidak tega kepada kedua putrinya. Tapi, jika Kayra menceritakan ayahnya yang membuangnya jauh sebelum lahir, Kayra takut anaknya membenci ayahnya.

Kayra menjauhkan mereka bukan karena tidak rela, tapi ia takut anaknya membenci ayahnya sendiri.

Pikirannya tertuju pada seorang masa lalu yang jelas sudah menyakitinya. Saat itu, dirinya difitnah oleh kakak iparnya. kakak mantan suaminya itu mengatakan, bahwa anak di kandungan bukan anak dari Nabastala, sang mantan suami.

Jika ditanya siapa yang paling sakit tentu saja orang tua Kayra. Memangnya, orang tua mana yang tidak terluka melihat putrinya dipulangkan, ditalak dalam keadaan hamil besar.

"Aku tidak membencimu, tapi aku enggan mengenalkanmu pada anak kita." Tekad Kayra pada saat itu di dalam hatinya.

***

Malam yang penuh air mata itu berakhir dengan kedua anaknya yang tertidur lelap karena kelelahan. Kayra dan dua putrinya pun terpaksa menginap di rumah orang tuanya.

Pagi harinya, setelah sarapan, mereka pulang sejenak untuk berganti pakaian. Setelah itu, Kayra mengantar anaknya pergi ke sekolah.

Sesampainya di depan gerbang, Kayra mengantar sampai ke depan gerbang. Ia menatap anaknya yang sudah turun dari mobilnya. Saat tiba-tiba…

"Kamu itu jablay ya!" bentak seorang wanita pada Kayra saat dirinya baru berbalik ingin ke mobilnya kembali.

Bingung? Tentu. Kayra tidak mengerti apa yang wanita itu katakan.

Dengan kesabaran penuh Kayra mencoba bertanya. "Apa maksud anda, Nyonya? Kenapa anda mengatakan itu?"

"Jangan sok polos ya! Saya tahu kamu menggoda suami saya!" Ucap wanita itu penuh penekanan. “Kamu chat-chat suami saya berkedok urusan sekolah kan?”

Kayra menatap tak percaya, apa yang wanita itu katakan sedikit pun Kayra tidak mengerti.

Kayra tidak pernah chat pria manapun untuk urusan sekolah anaknya. Terakhir yang ia ingat adalah ada seseorang orangtua murid yang chat dirinya dan bertanya soal buku yang direkomendasikan guru. Kayra sudah membelinya duluan, jadi orang itu bertanya di mana dia membelinya.

Apa itu suami nyonya ini?

"Coba katakan baik-baik nyonya. Apa yang tadi anda katakan adalah salah,” Kayra masih mencoba bersabar. “Saya tidak pernah menggoda suami anda. Bahkan saya tidak mengenalnya." 

Wanita itu menunjukkan ponselnya ke arah Kayra. “Heh! Jangan bohong! Lihat kamu kirim emot senyum-senyum itu gimana maksudnya? Terus foto profil kamu? Sengaja ya pasang pose begitu biar dipuji suami orang, iya?!”

Benar dugaan Kayra, suami wanita itu adalah yang bertanya soal buku tempo hari. Padahal setelah itu, mereka tidak bertukar pesan lagi.

Dan soal foto profil. Apa salahnya memasang foto profil dirinya yang sedang tersenyum di kafe? Pakaiannya pun masih sopan.

“Nyonya, sepertinya tidak ada yang salah dengan foto profil saya,” ucap Kayra, membela diri.

Wanita itu tampaknya tidak menerima ucapan Kayra. Ia langsung mengangkat tangan dan menampar pipi Kayra dengan keras, membuat wanita itu seketika menoleh refleks ke samping.

"Sekali pelacur, tetap pelacur!" Ucapnya lagi penuh emosi. “Dasar janda kegatelan!”

Sekarang, mereka berdua menjadi pusat perhatian di halaman sekolah itu. Anak-anak yang penasaran berkumpul, begitu juga guru dan orangtua murid.

Kayra menatap wanita yang tidak dikenalnya ini. Satu tangannya memegang pipinya yang terasa panas dan nyeri karena tamparan itu.

Kayra memejamkan mata, berusaha menahan emosi. "Bisakah anda mengatakan dengan baik-baik, Nyonya?"

“Kamu benar-benar gak tau malu ya!”

Wanita itu hampir menaparnya lagi, tapi ada tangan yang mencekalnya dari belakang.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 21

    Haidar membawa Kayra masuk kedalam mobil, ia lantas membuat wanita itu duduk di jok sampingnya. "Ra, kamu yang tenang ya..." Kayra duduk dengan gelisah, ia benar-benar tidak tahu apa yang akan Haidar lakukan. Kayra takut, ia terlalu takut jika Haidar berbuat nekad. Pria itu mendekat dan mengukung tubuh Kayra. "Ra, jangan teriak ya..." Ujar Haidar dengan nada yang berat. Kayra hendak mendorong tubuh pria itu, tapi Haidar lebih dulu menjauh dan tertawa. "Ha ha... Apa sih yang ada dipikiran mu Ra? Ha ha ha..." Kayra memberikan pukulan kecil dibahu laki-laki itu. Ia lantas memalingkan wajahnya, menatap kearah luar. "Nyebelin ih, aku udah takut tahu!" Ketus Kayra. Pria itu mencoba menarik bahu wanita disampingnya, tapi wanita itu menepisnya. "Ngambek nih? Ayolah, orang pemarah cepet tua tahu..." Kayra yang kesal langsung beralih menatap pria itu. "Ngapain ngajak aku masuk?" "Masuk kemana, Ra?" Tanya Haidar sambil menaik turunkan alisnya, menggoda. "Haidar, ish

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 20

    Malam tiba dan hujan mengguyur kota dengan derasnya."Hujan, Na." Ucap Kayra.Nabastala menoleh kearah wanita itu yang datang membawa teh hangat dan cemilan."Gak papa. Aku bawa mobil, kok."Kayra mengangguk."Anak-anak udah teler, aku mau bawa ke kamar dulu ya." Ujarnya yang diangguki Nabastala.Sepeninggalan Kayra, Nabastala bangkit berdiri dan berjalan kearah jendela. Dari dalam rumah, ia dapat melihat hujan deras diluar sana."Hujannya deras." Gumamnya.Saat Nabastala melihat hujan, Kayra tiba-tiba sudah ikut berdiri disampingnya. Wanita itu bersuara sebelum Nabastala menyapanya."Aku mau nikah sama Haidar." Ucapnya.Nabastala menatap wanita itu, lantas ia tersenyum. "Kenapa bilang sama aku? Kan kita udah bukan siapa-siapa." "Aku cuma minta ijin sama ayah dari anak-anak, bahwa anak-anak akan punya ayah tiri." "Aku gak mungkin halangi kamu bahagia, Ra. Lagipula, kenapa harus ijin? Anak-anak pasti senang kok, kan setahu mereka ayah mereka telah tiada." Ucap Nabastala.Kayra menghe

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 19

    Malam hari, keluarga Haidar berikut Ravendra tengah duduk diruang tamu setelah makan malam."Jadi, dia bukan Radja?" Tanya mama.Sedari adanya Ravendra, mama terus menatap anak itu dengan penuh binar dimatanya."Bukan ma. Dia namanya Ravendra, kata Haidar. Benarkan?" Tanya papa pada Haidar.Haidar mengangguk. "Iya pa, ma."Mama tersenyum. "Ravendra, kamu tidak usah takut ya. Sekarang Ravendra itu, adiknya kak Haidar. Panggilnya kakak, ya. Jangan Abang." Ucap mama yang diangguki anak itu.Haidar menatap mama dan papa. "Ma, pa." Ucapnya.Mama dan papa menoleh. "Kenapa Haidar?" Tanya papa."Emang bener ya, kalo Ravendra itu semirip itu sama kak Radja."Mama dan papa mengangguk. "Iya, dia itu cuma beda alam aja sama kakak mu. Wajahnya, bibirnya, matanya, bahkan telinga saja sama."Haidar menatap telinga Ravendra yang kini duduk disamping papa. "Telinga itu sama aja, ma."Mama menggeleng. "Tidak sama, telinga kakak mu itu ada tahi lalat dibelakangnya dan telinga Ravendra juga sama." Haida

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 18

    Hari demi hari Haidar lalui dirumah lamanya. Ia meninggalkan Ravendra sendiri di kontrakan. Namun pria itu tetap membiayai sekolah dan uang jajan dan uang kontrakan Ravendra. Saat sendiri di dalam kamarnya, Haidar menatap kearah luar, disana hujan dan udara pun sangat dingin sore ini. "Apa kabar Ravendra, ya? Aku jadi kangen. Biasanya kalo hujan gini, terus gak ada uang suka masak mie instan satu bungkus dibagi dua." Gumam Haidar. Ia menggeleng lalu terkekeh. Rasanya, kenangan lama itu terputar di kepalanya. Tiga tahun hidup terlunta-lunta dan dua tahun ditemani oleh Ravendra yang ia anggap sebagai adiknya. "Kalo aku bawa kesini, papa sama mama mau terima gak, ya?" Monolognya. Haidar mengambil ponselnya, banyak kenangan tentang Ravendra disana. Tenang saja, sejak awal Haidar menggunakan ponsel mahal jadi tidak akan penuh penyimpanannya hanya untuk menyimpan beberapa foto dan video. "Ponsel ini banyak kenangannya. Tapi, kata papa harus ganti." Gumamnya, sambil menggeser fot

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 17

    Benar kata Haidar sebelum pulang, Kayra diantar oleh mobil dengan Haidar sebagai supirnya.Sesampainya didalam rumah, Kayra sudah disambut oleh wajah lesu sang mama."Mama Reana Reina, kemana?"Tanya Kayra sambil celingukan mencari anaknya yang tumben sekali tidak menyambutnya.Kayra duduk disebelah sang mama."Anak kamu dijemput papa-nya." Ucapan mama mampu membuat Kayra reflek bangkit. "M-maksud mama, apa? Mama bercanda kan? Mereka gak tahu papa-nya lho ma." Ucap Kayra.Mama mendongkak menatap sang anak. "Mama gak bercanda Kayra. Pas mama lagi bawa mereka jalan-jalan Nabastala datang.""Kok mama ijinkan?""Dia maksa. Mama gak bisa berbuat apa-apa dan mama juga gak tega karena dia nangis berlutut sama mama hanya untuk meminjam anaknya."Kayra memalingkan wajahnya, ia menarik rambutnya kebelakang."Nabastala bawa mereka kemana ma?""Ke rumahnya."Tanpa menunggu mama bersuara lagi, Kayra segera membawa kunci mobil dari lacinya, kemudian dia pergi menuju rumah Nabastala yang tak lain ad

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 16

    Disisi lain, saat Kayra tengah diintrogasi mama Haidar, Nabastala justru mendatangi rumah orang tua Kayra dengan berani."Permisi." Ucapnya sambil mengetuk pintu.Tanpa menunggu lama, pintu dibuka. Disana terdapat seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah kepala art."Oh tuan muda Nabastala. Ada keperluan apa tuan?" Tanya bibi itu."Apa kabar bi?" Tanya Nabastala ramah.Pria itu tentu sudah mengenal wanita di depannya karena dahulu pria ini adalah menantu dirumah tempat bibi itu bekerja."Baik. Tapi, tuan belum menjawab pertanyaan saya. Ada keperluan apa tuan kesini?" Nabastala tersenyum. Nada bibi bernama Marni didepannya ini tidaklah terdengar santai, mungkin sejak kejadian itu semua orang telah berubah padanya."Saya ingin bertemu ibu. Ada bi?" "Tidak ada. Ibu sedang keluar. Lebih baik sekarang tuan pulang." Ujar bibi itu.Nabastala mengangguk. "Baiklah, saya permisi. " Ucapnya lalu melenggang pergi.Disepanjang perjalanan, Nabastala terus saja merenungi sikap sang kepala ar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status