Share

116. Perkara nafsu

Renan menjadi diam seribu bahasa. Perkataan Rania sungguh ada benarnya. Setelah menikah, bahkan Rania tidak melakukan apa-apa pun Renan tetap bernafsu. Renan kembali memandang Rania dengan keberanian dan tatapan yang teduh.

"A-aku bisa jamin itu, aku tidak akan melakukan sesuatu yang membuatmu khawatir."

"Ini sudah sore, kau akan meninggalkan istrimu yang juga sedang hamil demi temanmu itu?"

"Buna, tidak. Handa hanya sebentar melihat keadaannya. Hanya sebentar ...."

"Ren, tidak bisakah kau mengerti perasaanku sedikit saja?"

"Aku tahu aku salah."

Rania menarik napasnya dengan dalam, lagi-lagi dia mengalah. "Pergilah, aku tidak melarang. Dari pada bayiku terguncang pertumbuhannya karena aku yang terus-terusan emosi, lebih baik aku diam." Rania menarik gagang pintu kamarnya dan masuk tanpa melihat Renan lagi.

"B-buna ...."

Stak. Pintu kamar tertutup rapat, bahkan bunyi pintu itu tidak keras. Biasanya orang yang suka emosi akan menutup pintu secara kasar. Yah, Rania membuat seoran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status