Share

3. Peter Pergi

Lucas menatap pantulan dirinya yang tengah dibantu oleh pelayan memakaikan baju pada dirinya. Dia melamun memikirkan pertemuan pertamanya setelah kembali dari kehidupan pertama dengan ayahnya.

Tindakan impulsif yang didorong oleh kemarahan dalam dirinya. Setelah Lucas berpikir sesaat dia sadar bahwa pasti tindakannya membuat orang-orang terheran akan perubahan sikapnya. Memang dimasa lalu ia sering bertengkar berebut perhatian pada Anna dengan ayahnya. Namun, itu berbeda dengan saat ini. Dulu tindakannya bercampur dengan sikap kekanakannya tapi saat ini jiwanya adalah lelaki dewasa berumur dua puluh tahun meski fisiknya anak kecil.

Lucas menghela napas yang membuat Marie menatap tuan kecilnya itu bingung. Sikap tuan kecilnya itu hari ini terlihat berbeda. Tadi pagi ia tiba-tiba menjadi sangat cengeng, lalu disiang hari ia seperti anak ayam yang mengikuti kemanapun induknya pergi. Pernah tak sengaja Marie menyadari tatapan Lucas pada nyonyanya seperti tak biasanya.

Matanya seolah menyiratkan penyesalan, kesedihan dan kerinduan yang membuat Marie terheran. Bagaimana bisa anak kecil berumur lima tahun bisa memberikan tatapan seperti itu? Meskipun ia tahu seberapa jenius tuan kecilnya itu, tetapi ia tetaplah seorang anak kecil. Jadi, darimana tatapan itu berasal? Apa hal yang membuatnya menatap ibunya sedemikian itu?

Marie sempat berpikir apakah ia salah melihat atau tengah berhalusinasi. Tapi semenjak tadi ia menemani tuan kecilnya di kamarnya ini membuat Marie yakin bahwa ia tidak salah melihat.

"Tuan muda, apa ada masalah? Apa anda tidak menyukai baju anda saat ini?"

Lucas tersentak dari lamunannya. Ia benar-benar lupa keberadaan Marie. Dirinya lupa jika tadi Marie diminta ibunya untuk melayaninya. Dan semenjak tadi tanpa sadar ia terus melamun memikirkan hal-hal lain.

"Tidak, Bibi Marie. Aku hanya ingin cepat-cepat bertemu ibu." Lucas tersenyum lebar menampilkan giginya.

"Baiklah, tunggu sebentar. Tadi nyonya berkata akan menjemput anda, mungkin sebentar lagi tiba."

Dan benar saja tak lama suara orang berteriak mengumumkan kedatangan pasangan Duke dan Duchess. Lucas pun berlari untuk menyambut.

Anna dan Peter tersenyum melihat putra mereka datang menyambutnya. Peter maju seperti biasa mengulurkan tangan untuk menggendongnya. Lucas sempat terhenti sejenak. Namun, segera tersadar dan menyambut uluran ayahnya tersebut. Melihat Lucas yang kembali seperti biasa membuat Anna tersenyum lega. Sepertinya suasana hati putranya sudah membaik sehingga tidak menampilkan sikap bermusuhan pada ayahnya seperti tadi.

Rasanya aneh digendong ayah diusia ini. Biarpun aku terlihat seperti anak kecil tapi tetap saja jiwaku adalah lelaki dewasa, pikir Lucas dalam hati sembari menundukkan kepala karena malu.

Peter melihat putranya yang menunduk malu dengan telinga memerah pun terkekeh. Ia tidak tahu apa yang membuat Lucas tiba-tiba bersikap malu.

"Tadi Matthew bilang kau tidak datang menemui para prajurit yang sedang berlatih. Padahal mereka menunggumu," ucap Peter yang akhirnya membuat Lucas mendongak menatapnya.

"Aku bosan melihat mereka, jadi aku ingin bermain dengan ibu."

"Ahh ... benar! Kata ibumu kau seharian menempelinya seperti anak ayam," goda Peter yang membuat Lucas merengut.

"Aku bukan anak ayam! Aku anak ibuku!" sungut Lucas dengan mulut mengerucut membuatnya terlihat menggemaskan. Hal itu memicu Peter untuk semakin menggodanya.

"Lihat bibirmu yang mengerucut itu, sudah seperti paruh ayam saja. Memang benar kau anak ayam ya ...."

"Ayah!" teriak Lucas yang membuat tawa Peter membahana. Namun, tak lama tawanya berhenti digantikan oleh suara yang mengaduh sakit. Rupanya Anna mencubitnya disertai kalimat untuk berhenti menggoda Lucas.

"Peter jangan membuatnya marah!" protes Anna pada Peter, suaminya.

Tahu jika ibunya membelanya, Lucas berontak mengulurkan tangan pada ibunya meminta untuk digendong. "Ibu, ayah membuliku ...," adunya dengan wajah memelas.

Hehe ... tak apa jika ibu yang menggendongku. Lagipula aku kan anak kecil, ucap Lucas dalam hati yang benar-benar tidak tahu malu. Dia memanfaatkan dirinya yang menjadi anak kecil untuk bermanja-manja dengan ibunya padahal ia tadi sempat malu saat digendong ayahnya. Ya begitulah manusia, mudah berubah pikiran..

"Ibumu lelah seharian, biar ayah yang tetap menggendongmu," ucap Peter.

Mendengar perkataan tersebut membuat Lucas menatap Peter dengan sebal. Bilang saja kalau kau tidak mau aku bermanjaan dengan istrimu!

Peter hanya tersenyum seolah tahu apa yang sedang ada dalam pikiran Lucas. Sedangkan, Anna hanya menggelengkan kepala melihat 'perang dingin' diantara dua orang laki-laki yang sangat ia cintai itu.

*****

Anna menuangkan teh lalu memberikannya pada Peter. Usai makan malam yang diwarnai celotehan Lucas yang tiada henti, kini mereka berdua menghabiskan waktu sejenak di kamar. Meski sempat juga Lucas merengek tidak mau tidur karena tidak ingin berpisah dengan Anna. Hingga Anna menemani putranya tersebut sampai terlelap karena lelah. Mungkin efek seharian mengekorinya ke mana pun.

Mereka berdua duduk berdampingan dengan Anna yang bersandar pada sang suami yang dibalas dengan rangkulan. Tangan hangat Peter bergerak mengelus lembut lengan istrinya.

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Kau berangkat pagi-pagi karena panggilan dadakan dari yang mulia Raja. Kupikir kau akan pulang tengah malam tapi melihat kau sudah disini aku senang." Anna menggenggam tangan Peter satunya yang menganggur itu.

"Hmm ... beliau memanggilku karena ada masalah," jawab Peter dengan wajah lesu.

Anna mengangkat kepalanya. "Ada apa? Ada masalah besar?"

"Ada wabah di daerah selatan. Tiba-tiba seluruh warga disana pingsan. Ada yang muntah hebat seperti keracunan, pusing dan lemas. Untungnya penyebab sudah ditemukan, waduk yang berada di perbatasan ternyata tercemar. Maka dari itu, untuk sementara kami sudah menyegel waduk lalu mengirimkan obat beserta stok makanan, karena kami yakin jika bahan makanan yang tumbuh di sana pasti juga sudah tercemar."

Anna terdiam mendengar penjelasan Peter. " Mungkinkah ...," tebak Anna yang diangguki oleh Peter.

"Ya, yang kau pikirkan saat ini juga hal yang dipikirkan oleh Yang Mulia Raja. Kami mencurigai kalau ada indikasi kecemaran air oleh kerajaan itu. Tapi itu baru kecurigaan. Oleh karena itu, beliau menugaskanku bersama pasukan kerajaan untuk berjaga sekaligus mencari kebenarannya."

Kening Anna berkerut tak suka. Rasa khawatir tercetak jelas pada wajahnya membuat Peter tersenyum lembut dan mencium kening istrinya tersebut.

"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Ada pasukan kerajaan untuk menjagaku. Aku justru khawatir dengan kalian karena harus kutinggalkan untuk jangka waktu yang mungkin akan lama. Matthew akan disini untuk menjaga duchy."

Peter menghela napas, ia tidak suka harus berjauhan dengan Anna dan Lucas. Apalagi hal ini berkaitan dengan kerajaan seberang ditambah kecurigaan tentang adanya pengkhianat diantara bangsawan.

"Bawalah Matthew," pinta Anna yang membuat Peter menolaknya.

Peter menggeleng tak setuju. "Tidak Anna. Justru Matthew harus disini untuk menjaga kalian."

"Peter ...," bujuk Anna ditambah dengan ekspresinya yang memelas membuat Peter tak kuasa untuk menolak. Tidak bisa!

" Anna ... pasukan kerajaan sudah cukup untuk melindungiku. Aku akan aman dan biarkan Matthew disini untuk menjaga kalian." Peter menggenggam tangan Anna mencoba meyakinkannya.

" Aku akan pergi ke rumah ayah jika kau khawatir pada kami. Di sana juga aman, ingatlah jika ayahku adalah mantan panglima keamanan kerajaan di masa Raja terdahulu." Anna tetap bersikeras meminta Peter menerima permohonannya. "Kumohon, Peter..."

Peter menarik memeluk tubuh istrinya. Tidak biasanya Anna seperti ini. Mungkin karena berhubungan dengan kerajaan seberang pasti membuatnya khawatir pada dirinya.

"Baiklah kalau begitu, aku tidak akan lama. Aku akan secepatnya menyelesaikan semua dan segera kembali menjemput kalian."

Anna mengangguk lega mendengar suaminya menuruti permintaannya. Setelah itu Peter mengajak istrinya untuk istirahat mengingat besok mereka akan pergi jauh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status