Share

4. Kenangan Masa Lalu

Keesokan harinya pagi-pagi sekali Anna sudah membangunkan putranya. Dibantu Marie dan beberapa pelayan menyiapkan kebutuhan serta perbekalan untuk perjalanan ke kediaman orangtuanya. Anna mengecup kening putranya, lalu menggandengnya menuju halaman depan paviliun utama.

Lucas yang sesekali menguap bertanya pada ibunya, "Ibu, kita mau kemana?"

"Kita akan mengunjungi kakek dan nenek. Maaf ya, Lucas pasti masih mengantuk. Nanti tidurlah selama perjalanan."

Lucas menganggukan kepala menanggapi jawaban ibunya. Dari kejauhan ia bisa melihat ayahnya dengan seragam militer beserta beberapa ksatria berjejer di depan dan belakang kereta.

"Ayah juga ikut?" tanya Lucas pada ayahnya setelah jarak mereka dekat.

Peter menggeleng. "Ayah akan menemani perjalanan kalian. Sementara ini Lucas tinggal dengan kakek dan nenek ya? Lucas bisa bermain dengan Black, kuda hitam milik kakek. Kau tidak merindukannya?"

Lucas terdiam sejenak menatap ayahnya, ibunya lalu sekitarnya. Ia hanya merasa aneh dengan penampilan sang ayah serta banyaknya prajurit disini. Ia juga mengenali seragam prajurit kerajaan diantaranya.

"Ayah mau ke mana?" tanya Lucas alih-alih menjawab pertanyaan ayahnya tadi.

Peter menggendong Lucas menaikkannya ke kereta lalu membantu Anna untuk naik juga.

"Ayah pergi bekerja sebentar. Setelah selesai ayah akan jemput. Lucas ingin dibawakan apa?"

Kepala Lucas menggeleng. Ia sedikit tidak puas mendengar jawaban ayahnya. Apa terjadi sesuatu?

Peter melihat kening putranya yang mengerut pun menunduk mengecupnya dilanjutkan dengan mencium ringan bibir Anna istrinya. Meski Anna terlihat sedikit malu tapi ia senang karna ini adalah bentuk kasih sayang suaminya padanya.

Peter menutup pintu kereta kuda lalu menaiki kudanya. Seruan Peter menjadi penanda bahwa perjalanan mereka pun dimulai.

Lucas menatap ibunya. "Ibu, ayah mau pergi ke mana?"

Anna mengelus lembut kepala putranya itu. "Ayah pergi karena ada misi dari yang mulia Raja. Tenang saja ayah tidak akan pergi lama." Di akhir perkataannya terdengar tidak jelas yang membuat Lucas dilingkupi perasaan buruk.

Mengetahui jika putranya ikut cemas Anna pun tersenyum sembari melontarkan kata-kata untuk menenangkannya. Tetapi, meski begitu firasat buruk dalam hati Lucas tidak berkurang. Ia mengutuk dalam hati pada dirinya yang masih bocah dulu itu tidak ingat apa pun. Yang ia ingat hanyalah kompetisi antara ayahnya dalam hal memperebutkan perhatian Anna.

Lucas menoleh ke jendela menatap ayahnya yang berjalan tepat di samping. Peter yang merasa sedang ditatap pun menoleh dan tersenyum mendapati mata bulat Lucas yang memandangnya. Entah mengapa ia seakan mengerti bahwa Lucas saat ini tengah gelisah. Sama seperti istrinya yang dari semalam terlihat tidak tenang membiarkan dirinya pergi bahkan memaksa membawa Matthew untuk menemaninya.

Matthew adalah kepala ksatria dari duchy Chester serta tangan kanannya selain Sebastian sang kepala pelayan yang mengatur urusan kediaman. Kemanapun ia pergi selalu ada Matthew yang menemani. Namun, semenjak ia menikah dan memiliki Lucas. Ia memutuskan untuk menempatkan Matthew berada di sisi mereka berdua. Meskipun dirinya telah menunjuk ksatria pendamping untuk mereka, ia tetap merasa tidak puas jika bukan Matthew sendiri yang melakukannya.

Kini karena istrinya bersikeras untuk mengajak Matthew membuat Peter mau tak mau mengiyakannya. Lagipula dengan keberadaan Anna dan Lucas di kediaman mertuanya setidaknya membuatnya sedikit tenang akan keamanannya. Mertuanya atau ayah dari istrinya ---Marquess Abelard Leonardo--- merupakan mantan kepala pasukan kerajaan di masa kepemimpinan raja terdahulu. Beliau telah mengundurkan diri dan sekarang menjadi penasihat ahli militer. Beliau akan memberikan banyak arahan dan saran yang sangat membantu. Seperti yang terjadi saat ini, hal ini juga tidak lepas akan masukan dari beliau yang meminta Peter untuk mengurusnya. Meskipun Peter bukan yang berjabat kepala keamanan kerajaan, Peter juga memegang peranan penting dalam hal keamanan kerajaan. Bisa dibilang dirinya adalah menteri pertahanan dan keamanan kerajaan.

"Aku menerima suratmu semalam. Meskipun mendadak tapi aku berterimakasih karena sudah mempertimbangkan ini untuk keamanan Anna dan Lucas." Abel menyambut kedatangan keluarga putrinya itu.

"Maaf ayah, itu semua karena aku yang meminta Peter," jawab Anna setelah memeluk ayah dan ibunya.

Abel menggelengkan kepalanya. "Tidak masalah putriku. Lagipula aku justru merasa aman Kau dan anakmu disini. Aku juga merindukan cucuku yang tampan ini."

Lucas membungkuk memberi salam sebelum ia beralih memeluk kakek dan neneknya.

"Ayo masuk! Kalian pasti lelah setelah perjalanan yang panjang," ajak Marchioness Alia pada Anna dan Lucas.

Abel menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan sang istri. Perjalanan yang mereka tempuh ini memakan dua hari satu malam. Apalagi melihat wajah kuyu Lucas pasti ia tidak bisa istirahat dengan nyaman.

"Berhati-hatilah! Segera kirimkan surat jika Kau sudah tiba di sana. Aku merindukanmu ...." Anna memeluk Peter begitupula Lucas juga memeluk ayahnya dan mengucapkan perpisahan. Setelah itu Alia menuntun Anna dan Lucas masuk ke dalam mansion diikuti beberapa pelayan.

Melihat bayangan Anna dan Lucas yang telah masuk ke mansiun, Peter menoleh dan berpamitan pada mertuanya. "Ayah mertua, saya minta tolong untuk jaga Anna dan Lucas sementara saya pergi."

Marquess Abelard Leonardo mengangguk. "Ya jangan khawatir tentang mereka. Tetap fokus! Jangan lupa untuk mengabari situasi yang terjadi di sana. Aku akan membantumu dari sini."

Usai memberi salam Peter berserta rombongan segera berangkat menuju tujuan. Sementara itu Lucas memandang kepergian ayahnya dari balik jendela. Ia tidak bisa melepaskan firasat tak enak dalam hatinya. Karena hal itu, ia mencoba memikirkan hal-hal yang terjadi di kehidupan pertamanya. Dan ia masih belum mendapatkan jawabannya. Lucas menghela napas berat, kuharap aku tidak terlambat lagi kali ini.

*****

Sinar matahari telah berada di puncaknya membuat panas di siang ini kian terasa. Lucas berbaring di lapangan rerumputan dengan napas terengah-engah. Semalam ia tidur sangat nyenyak. Mungkin kelelahan dalam perjalanan kemarin membuatnya tidur lelap dengan mudah. Namun, keesokan paginya usai sarapan Abel langsung memboyongnya ke istal.

Di sana mereka mengunjungi Black si kuda kecil berwarna hitam. Tangan Lucas terulur mengelus lembut surai Black. Setelah itu ia mulai menyibukkan diri dengan memandikan, memberi makan dan bermain bersama Black. Kuda hitam yang masih muda itu milik Abel yang diberikan sebagai hadiah ulang tahunnya bulan lalu. Untuk membangun ikatan antara kuda dengan sang pemilik, kakeknya sering menyuruh Lucas untuk sering berinteraksi seperti contohnya hari ini.

Awalnya Black susah didekati namun berkat kakeknya kini Lucas sudah terbilang mampu untuk memberikan makanan secara langsung tanpa halangan. Jika dulu Black selalu menolak atau bahkan yang terparah akan menggigit tangannya. Kini Black dengan kalem mengambil makanan tersebut dari tangannya.

Ia pun mulai teringat akan kenangan dulu dimana ia membawa Black ke medan perang. Memacu kuda hitam itu yang gagah berani, mengantarnya ke setiap pertempuran dan membawa pulang kemenangan.

Ahh.. ia jadi tiba-tiba teringat akan kejadian masa lalu.

Lucas turun dari kudanya dan bergegas masuk menuju kamar Anna. Ia pulang dari perbatasan usai mengurus penyusup kerajaan seberang yang mencoba membuat kerusuhan.

Usai mengunjungi ibunya, Lucas berjalan menuju kamarnya. Ditengah perjalanan, seorang pelayan berlari menghampirinya. Sang pelayan memberitahu jika Eva ---saudara tirinya--- anak dari istri kedua ayahnya tengah berbuat ulah dengan kudanya. Karena itu, Winna ---istri kedua ayahnya--- mengamuk pada penjaga.

"Kau tidak mau mendengar perintahku Matthew?! Aku menyuruhmu untuk memenggal kuda ini!" teriak Winna.

"Kau berani melakukannya maka aku yang akan memenggal kepalamu saat ini juga!" geram Lucas pada wanita itu. Langkahnya yang lebar tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di hadapannya.

Winna sesaat membeku mendengar ancaman Lucas namun hal itu tak membuat dirinya gentar. Dengan gemetar ia berkata, "perkataan Anda sangat kejam. Apakah Anda tidak tahu jika kuda ini mencoba menyakiti Eva adikmu?"

Lucas tetap diam menatap dingin Winna. Ia tidak perduli dengan perkataan wanita itu apalagi kasihan dengan anaknya itu. Meski mereka berbagi darah yang sama ia tidak sudi mengakui jika dirinya memiliki saudara dari wanita yang merangkak naik ke ranjang laki-laki yang telah beristri.

"Tutup mulutmu dan pergilah dari sini sebelum aku benar-benar melaksanakan ancamanku sebelumnya!" ancam Lucas yang kali ini membuat Winna tersadar untuk berhenti.

Setelah kejadian itu, malamnya Lucas dipanggil oleh Peter. Ia tahu pasti ayahnya akan membahas kejadian tadi.

"Jika Anda memintaku datang hanya untuk menyuruhku meminta maaf pada mereka, maka jangan lakukan. Itu hanya membuang waktu. Gundik dan anak haram itu tak pantas mendapat maaf dariku, bahkan jika dibalik pun aku tak akan pernah memaafkan mereka sekalipun mereka mati"

Usai mengucapkan hal itu Lucas pergi meninggalkan ruang kerja Peter tanpa mendengarkan jawabannya. Meski begitu pun Peter juga tak tampak menahannya. Kedua mata Peter menatap nanar kepergian putranya. Kesalahannya 10 tahun lalu menghancurkan segalanya. Istrinya keguguran, putranya membencinya dan keluarganya berantakan.

"Maafkan aku Anna ... maafkan ayah Lucas.. "

Kalimat lirih yang keluar dari mulutnya tersebut membuat Sebastian menunduk sedih. Entah dari mana kemalangan ini muncul. Bagaimana bisa dalam satu malam keluarga yang tadinya harmonis ini berubah menjadi dingin seperti ini.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Makin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status