Kening Peter mengerut untuk kesekian kalinya saat tak sengaja melihat Winna. Dalam satu hari sudah hampir lima kali ia bertemu wanita itu. Perkataan Lucas tempo lalu memang benar. Wanita yang menjadi pelayan di kediamannya ini tengah mencoba menggodanya. Terlihat dari dandanannya dan tingkah lakunya yang ingin mengundangnya. Benar-benar tidak malu. “Merusak pemandangan saja,” batin Peter.Peter hanya berlalu begitu saja mengabaikan keberadaan Winna. Meski wanita itu berusaha tampil mencolok bahkan membuang rasa malunya ia memberanikan diri untuk berada lebih dekat dengannya. Peter tak peduli. Dia masih waras. Jika ada yang sampai tergoda berarti pikiran orang itu sedang tak baik-baik saja. Hari ini dia melonggarkan waktunya untuk datang ke kediaman Leonardo. Tempat Anna dan putrinya berada. Sudah hampir pertengahan bulan dirinya tak bertemu dan rindunya sudah memuncak. Apalagi berpisah dengan putri kecilnya yang usianya belum genap satu bulan itu. Putranya —Lucas— sudah pergi duluan k
“Lagi? Apa sebelumnya pernah?”Lucas menatap ibunya yang kini nampak terdiam dengan wajah kaku. Mulutnya bergerak membuka, lalu menutup kembali seolah ragu menjawab pertanyaan dari ayahnya itu. Sama seperti ayahnya dirinya penasaran tentang perkataan ibunya tadi makanya ia sedang menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut ibunya. Tangan Lucas bergerak seolah ia gelisah menanti jawaban dari ibunya. Entah mengapa Lucas merasa bahwa ibunya juga mengalami hal yang sama seperti dirinya. Mungkinkah ibunya mengalami pengulangan kehidupan pertamanya? Jika itu benar sejak kapan hal itu terjadi.? Apakah di hari yang sama ketika ia terbangun kembali?Keheningan yang sejenak menyelimuti mereka bertiga terinterupsi oleh tangisan Estelle. Pada saat itulah Lucas menangkap ekspresi lega yang tergambarkan pada wajah ibunya. Kening Lucas pun mengerut saat melihatnya membuat kecurigaan Lucas semakin besar.Anna segera berdiri menghampiri Estelle, lalu menggendong dan menimangnya untuk membuat putr
Pada ujung belokan lorong terlihat seorang wanita dengan seragam pelayan berdiri dengan posisi cukup tersembunyi. Pelayan wanita itu tak lain adalah Winna. Ia tengah melongok dengan mata menyipit untuk melihat sebuah pintu besar yang ada di ujung dengan tatapan menunggu. Sudah hampir dua bulan semenjak kepindahan Duchess ke rumah orangtuanya sang Duke semakin jarang terlihat. Setiap hari selalu berdiam diri di ruang kerjanya. Tak pernah sekalipun ia keluar dari sana hingga Winna curiga apakah Duke Chester memilih ruang kerjanya sebagai kamar tidurnya juga. Winna mengerutkan kening sembar berdecak kesal. Jika seperti ini terus maka rencananya untuk menggoda Peter akan sia-sia saja. Padahal dulu ia pernah mendengar bahwa semenjak kelahiran putrinya Peter jadi sering mengurangi jam kerjanya. Dulu bisa dikatakan Peter jarang keluar dari sela-sela pekerjaannya. Kini setelah kelahiran putrinya setiap dua tiga jam sekali dia akan pergi ke kamar tidurnya untuk menengok putrinya. Kemudian setel
Suara langkah kaki menggema di sepanjang lorong. Nampak seorang laki-laki jangkung berjalan dengan menuju suatu tempat. Tangannya menggapai gagang pintu dan membukanya. Peter berjalan dengan lemah memasuki ruang kerjanya. Wajahnya terlihat kuyu dan tak bersemangat. Peter langsung menjatuhkan badannya ke sofa panjang yang berada di tengah ruang kerjanya tersebut. Ia bergerak mencari posisi ternyaman untuknya. Tangan kanannya terangkat menutupi matanya yang sedang terpejam. Napasnya terdengar lemah ditambah dengan penampilannya saat ini yang benar-benar berantakan. Kemeja yang sudah kusut dan rambut yang acak-acakan. Jika ada orang yang melihatnya pasti mereka akan menatap Peter dengan kasihan. Lama ia di posisi tersebut hingga Peter terlelap sebentar. Tak lama kemudian ia terbangun lagi. Ia duduk dan menatap sekelilingnya dengan tatapan kosong seolah mencari sesuatu. Ruang kerjanya yang temaram ditambah posisi waktu itu masih tengah malam membuat Peter merasa semakin kosong. Ia menundu
“Ayah pergi pagi-pagi menemui ibuku?” tanya Lucas dengan terkejut. Dirinya sedang berjalan menuju taman mansionnya untuk berolahraga. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Julian yang ternyata memang ingin bertemu dengannya. Julian memberitahukan pada dirinya jika pagi tadi ayahnya pergi tiba-tiba dengan kuda menuju kediaman Leonardo tempat ibu dan adiknya berada. Ia pun sontak terkejut karena baru berselang dua hari mereka kembali dari sana dan sekarang tiba-tiba saja ayahnya pergi ke sana lagi dengan kuda bukan kereta. Sepertinya sangat buru-buru hingga memilih menaiki kuda dibanding dengan kereta. “Saya tak sengaja melihat Tuan Duke yang memacu kudanya keluar gerbang. Di sana kebetulan ada Tuan Sebastian yang mengantar kepergiannya jadi saya bertanya tentang itu pada Tuan Sebastian,” jelas Julian pada Lucas. Lucas yang sedang meregangkan badannya segera berhenti dan berbalik menatap Julian menunggu penjelasannya lebih lanjut. Dirinya takut apakah terjadi sesuatu yang buruk pada
Terdengar suara ribut dari suatu tempat. Terlihat ada segerombolan wanita berbaju pelayan mengelilingi dua orang yang tengah berdebat itu. Beberapa wajah mereka tampak kesal mendengar suara arogan seseorang. Bahkan ada yang sampai menggelengkan kepala melihat seseorang yang sedang berteriak itu. Orang tersebut sedang memarahi seorang pelayan hanya untuk masalah sepele. Pelayan itu hanya meminta tolong pada wanita itu untuk ikut membantu para pelayan yang bertugas di ruang cuci. Meski sebenarnya itu memang bagian dari tugas orang itu. Tetapi orang yang sama-sama pelayan ini sering mangkir bahkan minta bertukar dengan yang lain. Dia sering melakukan ini dengan alasan alergi dengan sabun jadi ia takut tangannya akan rusak. Padahal semua orang tahu orang itu hanya beralasan saja.“Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku di halaman. Jadi untuk apa aku membantu menyuci?!” sanggahnya dengan suara keras.Pembelaan Winna tadi semakin menimbulkan kekeselan pada pelayan di hadapannya. “Winna, kami t
Lucas mengangguk paham mendengar penjelasan mengenai hukuman yang diberikan pada Winna dari Sebastian. Sejauh ini rencana berjalan lancar tanpa hambatan. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menggiring rubah yang buta menuju perangkap. Setelah selesai menyampaikan laporan Sebastian undur diri meninggalkan Lucas dan Peter berdua. “Sepertinya setelah ini jika ibu dan adik ingin kembali ke sini bisa dilakukan lebih cepat,” ucap Lucas pada ayahnya. Peter mengangguk menyetujui ucapan putranya itu. Setelah dua bulan berpisah dengan istri dan putrinya kini Peter sudah merasa kelegaan melihat mereka akan berkumpul lagi. Beberapa waktu yang lalu setelah Lucas memberitahukan padanya bahwa Winna memiliki rencana untuk merayunya, putranya itu memberikan padanya sebuah saran. Saran untuk menghentikan sekaligus menjebak Winna. Sejujurnya setelah beberapa kali insiden racun ulah dari Winna ini membuat Peter menyerah untuk tetap bersabar pada wanita itu. Dari yang hanya menginginkan nyawa istriny
Winna menatap masam pada sepasang suami istri yang terlihat tertawa itu. Dua orang tersebut tak lain adalah Peter dan Anna. Winna benar-benar terkejut dan tak tahu jika sang Duchess Chester telah kembali. Saat itu dirinya yang tengah bosan dengan kegiatannya di istal diam-diam pergi berjalan-jalan untuk mencari kesenangan. Langkah kakinya tanpa sadar membawa dirinya ke taman yang rupanya cukup dekat dengan istal. Dari sanalah matanya menangkap sepasang suami istri itu tengah duduk di hamparan rerumputan. Nampaknya mereka tengah melakukan piknik karena terlihat ada keranjang makanan lalu terdapat pula beberapa kudapan yang tertata di dekat mereka. Kemudian tak lama datanglah sang tuan muda Chester yang sedang menggendong adiknya itu datang menghampiri kedua orangtuanya. Melihat kehadiran Anna membuat Winna terkejut sekaligus kesal. Gara-gara dirinya pindah ke area istal dirinya jadi kesulitan mendapatkan informasi apapun. Tangannya mengerat pada rok pakaiannya dengan tatapan marah yang