Hola, happy reading and enjoy!Chapter 26Vanya menatap Ares kemudian tersenyum sinis. "Aku harus memberitahu ayahku terlebih dahulu kalau aku pulang ke rumah ibuku, apa hal sepele seperti itu saja tidak bisa kau pahami?" "Kau bisa memberitahu papamu melalui pesan teks atau telepon," kata Ares. Mata Vanya nanar menatap Ares. "Aku ingin bertemu ayahku terlebih dahulu. Paham?" "Baik, biar kuantarkan kau...." "Aku akan pergi dengan Wilson!" potong Vanya dan segera masuk ke dalam mobil Wilson. Wilson mengedikkan bahunya. "Jam sembilan kupastikan Vanya sudah kuantarkan pulang," ucapnya kepada Ares. Kemudian Wilson mengemudikan mobilnya menuju ke tempat yang Vanya inginkan. Wilson merasakan jika Vanya berusaha kuat menahan emosinya menghadapi Ares dan menebak jika hubungan antara persaudaraan tiri itu sedang tidak harmonis. Di samping jok mobil, tadi pagi dia membeli beberapa camilan dan permen. Wilson berinisiatif mengambil sebungkus wafer berlapis cokelat dan menyobek ujung bungkus
Hola, enjoy this chapterChapter 27Vanya melongok dari dalam mobilnya, bibirnya yang tipis dipoles lipstik berwarna merah muda pudar menyunggingkan senyum semringah dan matanya menatap Wilson yang setengah berlari menghampirinya."Kau terlihat keren dengan mobil ini," ucap Wilson kemudian membungkuk dan mengecup bibir Vanya."Aku merindukanmu," kata Vanya seraya merengkuh pundak Wilson dan menikmati ciuman pemuda itu. Kemudian keduanya saling bertatapan, Wilson tersenyum tipis seraya menyapukan ujung ibu jemarinya di sudut bibir Vanya. "Ceritakan padaku bagaimana caramu membujuk ibumu agar kau bisa sampai di sini mengendarai mobil ini." Vanya berpindah ke jok samping kemudi, memberikan isyarat agar Wilson mengambil alih posisinya. "Mobil ini Raul yang membeli untuk menyogokku saat hendak menikahi ibuku, tetapi demu orang juga tahu kalau ibuku tidak akan membiarkanku pergi ke sekolah sendiri. Tapi, tadi pagi aku berhasil membujuknya, kubilang kalau sekarang aku tidak pernah membolos
Hola, Happy reading and enjoy!Chapter 28Paginya, Vanya bergabung bersama ibunya, Raul, dan Ares seperti biasa di meja makan. Suasana pagi Minggu itu juga seperti biasanya di mana Vanya lebih banyak bungkam, berbanding terbalik dengan suasana di tempat tinggal ayahnya. Di tempat tinggal ayahnya nuansa kekeluargaan lebih terasa, topik yang dibahas juga seputar masa kecil dirinya dan Julio, sedangkan di tempat tinggalnya topik cenderung mengarah pada pembahasan bisnis dan politik.Ketika Vanya hendak beringsut meninggalkan kursinya, tiba-tiba Tania berkata, "Vanya, hari ini kau tidak perlu keluar rumah lagi." "Ma, ini hari Minggu," ucap Vanya seraya menatap Ares yang tepat berada di seberang meja. "Bukankah dulu hari Minggu juga kau tidak pergi ke mana-mana? Kenapa sekarang kau keberatan?" balas Tania dengan nada datar. "Kemarin kau sudah pergi dari pagi sampai sore, hari ini aku melarangmu keluyuran lagi." "Kemarin aku belajar, Ma, bukan keluyuran," bantah Vanya. Tania menatap Van
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 29Ares baru saja selesai bermain golf, pria itu menyapu peluhnya yang bercucuran membasahi kulitnya seraya berjalan menuju tempat istirahat dan di sana terlihat Leo duduk menunggunya. Cuaca hari ini cukup panas hingga 36 Derajad Celcius. Tetapi, bermain golf di bawah cuaca terik lebih menyenangkan ketimbang berbicara dengan kepala divisi perencanaan keuangan di kantornya, seorang wanita berusia lima puluh tahun yang ingatannya masih sangat kuat dan ketelitiannya melebihi agen Centro Nacional de Inteligencia*. Namun, bukan ketelitian dan ingatannya yang membuat Ares geram setiap kali berbicara dengan wanita itu. Setiap kali divisi pemasaran merencanakan sebuah program atau proyek, mereka harus berdebat terlebih dahulu dengan wanita itu dan tidak jarang mengharuskan Ares turun tangan untuk beradu argumentasi dengan Nyonya Camelia. Ares yakin jika gaji wanita tua itu dimanfaatkan dengan sangat teliti bahkan 1 sen pun tidak akan luput dari hitunga
Chapter 30Ketika Vanya membuka mata, gadis itu mendapati dirinya berada di kamar rumah sakit dengan tipe royal suite yang setara dengan hotel bintang lima. Kemarin sore ketika dokter memeriksanya, Dokter mengatakan dirinya kelelahan, hampir dehidrasi, dan yang paling fatal adalah lambungnya kosong, tetapi malah mengonsumsi kafein sehingga mengakibatkan kesehatannya bermasalah. Kemudian setelah tangannya dipasang jarum infus dan dokter memberikan beberapa suntikan yang dimasukkan melalui selang infus, dirinya tertidur."Ma," panggil Vanya pada ibunya yang sedang duduk di sofa seraya duduk. Penampilannya sangat anggun dan rapi, juga elegan. "Akhirnya kau bangun, Sayang," ucap Tania seraya bangkit dan mendekati ranjang pasien. "Apa kau merasa lebih baik?" Vanya mengangguk. "Ma, aku lapar." Tania tersenyum dengan lembut. "Tentu saja kau lapar, kau sudah tidur dari kemarin. Tunggu sebentar, Mama akan mengambil sarapan dan obatmu." Kemudian Tania kembali dengan nampan berisi makanan be
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 31"Keluar," ucap Ares. Tatapannya sedingin bongkahan es di Antartika tertuju pada Vanya. "Wilson, sampai jumpa besok," kata Vanya kepada Wilson dengan nada manja diiringi senyum manis. Pandangan Ares mengikuti gerakan Vanya yang membuka pintu mobil kemudian masuk ke dalam rumah lalu pria itu mengalihkan pandangannya kepada Wilson. "Aku tidak melarang kalian berpacaran, tetapi kau juga harus tahu batasan," ucap Ares dengan sikap sama sekali tidak dikatakan ramah.Bibir Wilson mengulas senyum tipis yang sinis. "Batasan mana yang kulanggar?" "Seharusnya kau tidak perlu menjemputnya di rumah sakit." "Kurasa itu tidak melanggar batasan apa pun, Vanya memintaku untuk menjemputnya dan sebagai kekasihnya tentu saja aku tidak akan menolak." Ares tersenyum miring. "Lain kali kau tidak perlu mendengarkan dan memanjakannya." Kemudian Ares berbalik tanpa memberikan kesempatan kepada Wilson untuk membalas ucapannya lalu menyusul Vanya ke dalam rumah da
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 32Vanya menghempaskan bokongnya di sofa, bibirnya terkatup rapat dan ekspresi cemberutnya semakin bertambah karena Ares membawanya ke kantor. Ada banyak kekhawatiran yang menggelayuti pikirannya karena di ruangan itu menurutnya bukan tempat yang aman baginya, bisa saja Ares akan melakukan hal tidak senonoh lagi padanya dan jika ketakutannya terjadi dirinya tidak memiliki kesempatan untuk meminta bantuan kepada siapa pun. Bahkan jika berteriak hingga pita suaranya terputus sekali pun, sepertinya tidak akaan ada yang menolongnya.Sementara Ares dengan sikap tenang duduk di kursi kerjanya, bekerja seperti biasa seolah-olah di ruangan itu hanya ada dirinya. Tetapi, beberapa kali ia melirik Vanya yang terlihat menampakkan ekspresi tidak senangnya. Ares menyadari kewaspadaan Vanya padanya semenjak kecerobohannya lebih dari sepekan yang lalu, gadis itu memang tidak menampakkan kemarahan, juga ketakutan. Vanya bersikap biasa saja padanya seolah-olah m
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 33Vanya memasuki ruang kelasnya dan tidak diduga, hanya ada Wilson di sana. "Akhirnya aku bertemu denganmu lagi," ucap Wilson seraya berjalan menyongsong kedatangan Vanya kemudian melingkarkan lengannya di pinggang Vanya. "Aku merindukanmu." Vanya tersenyum malu-malu. "Aku sangat merindukan sekolah." "Jadi, tidak merindukanku?" Wilson menaikkan kedua alisnya. "Juga merindukanmu," kata Vanya seraya menyeringai senang. Kemudian Wilson mengecup bibir Vanya dengan lembut. "Kau harus tahu betapa membosankannya berhari-hari tidak melihatmu." "Kenapa kau tidak datang saja ke rumahku untuk bertemu denganku?" tanya Vanya. "Kau tidak memintaku datang, jika aku datang tanpa kau minta... aku khawatir akan mengganggu waktu istirahatmu." Namun, itu hanya alasan Wilson karena bagaimanapun kelak Ares akan menjadi bosnya dan dia tidak ingin membuat masalah dengan calon bosnya itu dan terakhir bertemu dengan Ares, pria itu menampakkan sikap dingin. Jika