BAHAGIA SETELAH BERPISAH 8.
*
Suara adzan berkumandang. Aku terbangun dan mendapati Mas Hamdan sedang tidur sambil memelukku. Ih, entah mengapa melihatnya aku langsung merasa kesal. Segera ku lepas kasar tangannya. Dia menggeliat dan beralih membelakangi ku. Netraku teralih ke Sesil. Aku menciumi gadis kecil yang masih enam bulan itu.
Aku keluar sambil merenggangkan otot-otot tubuhku karena habis bangun tidur. Ku dapati anakku sudah rapi dengan peci dan baju Koko.
"Bun, hari ini jadikan temani aku ke masjid. Fatih sudah minta izin mau ambil video Pak Ustadz yang lagi ceramah di sesi tanya jawab." Fatih berdiri berharap aku mau menemani dia membuat konten. Sungguh anak ini semangat sekali setelah ada gawai dan laptop baru.
"Di masjid sini, kan?" tanyaku sa
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 9.**"Kamu mau beli apa dengan uang sepuluh juta?" tanya Mas Hamdan saat aku sedang di kamar dan menggendong anakku sekaligus mengambil tas."Apa sih kamu, uang itu buat Fatih," kataku mencebik padanya."Yun, aku sebenarnya butuh uang buat modal usaha. Kapan-kapan aku bisa pinjam ya. Nanti kalau usahaku berjalan lancar dan uang nya kembali banyak ke kamu," dia mendekati dan duduk di kasur. Aku menatapnya tajam, Mas Hamdan benar-benar keterlaluan. Bila aku ada uang maka dia akan sibuk untuk menguasai."Gak bisa. Fatih mau khitan dan aku mau buat acara untuknya sekaligus buat biaya sekolahnya!" kudengar Mas Hamdan menarik napas panjang."Ka
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 10.**Aku tertegun melihat undangan yang di berikan Pak Irsyad. Dia adalah Bos Mas Hamdan. Aku sama sekali tak tahu. Aku tak pernah diajak berinteraksi dengan rekan-rekan kerjanya. Sudah dua tahun menikah namun baru sekali dua kali aku diajak ke resepsi pernikahan temannya itupun saat pengantin baru. Pergi ke acara kantor sama sekali tak pernah."Insya Allah saya datang, Pak," kataku ke Pak Irsyad."Saya tunggu Yuni," kata Pak Irsyad mengulas senyum."Maaf, Pak. Boleh saya tanya, hmm … Apakah Hamdan Irawan karyawan Bapak?" tanyaku dengan ragu. Dahi Pak Irsyad mengernyit."Sepertinya saya pernah dengar nama itu. Oh, Hamdan Irawan ya
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 11**PoV Yuni"Kamu pikir aku gak tahu apa yang kamu lakukan di belakangku, Mas!""Kamu bicara apa sih, Yun.""Gak perlu bohong lagi, Mas Hamdan. Aku tahu kamu pernah punya affair dengan sesama karyawan di bagian pemasaran dan sekarang pindah ke bagian gudang!""Kamu tahu dari mana?""Benar kan gosip itu. Kamu pernah tidak setia di belakangku?""Itu hanya gosip, Yun. Semuanya cuma kabar burung dan gak perlu dipercaya belum tentu benar adanya.""Gak
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 12.**PoV Yuni"Emang kenyataannya kamu jelek, kusam dan bau bawang." ucapan itu lagi beberapa kali menggores hatiku. Walau dianggap bercanda. Dia tak tahu kalau hati wanita itu lebih luas dari dalamnya lautan. Perkataan yang menyakitkan dan menambah luka bisa diingat wanita sampai kapanpun."Apakah aku dan Sesil pernah berarti dalam hidupmu?" tanyaku tanpa melihatnya karena perkataannya selalu menggoreskan luka itu."Ya biasa aja, sih. Kamu bicara apa sih, Yuni!" sentaknya kesal padaku. Seakan dia di tuntut masalah uang."Kalau begitu lebih baik kita berpisah saja, Mas." Kali ini ku alihkan pandangan ke dia. Mas Hamdan terlihat kaget.
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 13.**PoV YuniSeorang pria mengulas senyum membuka pintu ruangan ku."Apa kabar, Mbak?" tanya nya."Wira!" seruku terkaget. Aku mendadak berdiri menyambut adik lelakiku. Dia menghampiri dan mencium tanganku sebagai tanda hormat."Kapan kamu datang. Kok gak bilang-bilang. Mbak bakal nyusul.""Nyusul bagaimana aku bawa mobil dari kampung dan mau di tukar di kota," katanya dengan logat daerah."Sudah sukses kamu sekarang, Wira. Mau ganti mobil segala. Eh, Bapak bagaimana?" tanyaku sambil membimbingnya untuk duduk.
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 14.**PoV YuniBagaimana rasanya jika suami memberikan perhatian ke wanita lain. Memberikan hadiah dan kejutan. Apakah selama ini ada rasa yang tersimpan di hatinya buat wanita itu. Mbak Lia, sejak kapan mereka dekat? Apakah setelah peristiwa mobilnya mogok mereka baru saja dekat? Atau sudah lama? Aku sama sekali tak pernah tahu. Yang aku tahu, Mas Hamdan tidak akan mungkin mau berbagi hati karena berbagi pendapatan dengan ku saja dia mikir 1000 kali.Ternyata dugaan ku salah. Dia suka tebar pesona dengan banyak wanita. Entah sudah dapat keuntungan lebih atau belum, yang jelas sikapnya sungguh membuat miris."Kanapa kotak nya gak ada isinya, Mas?" tanya Mbak Lia memasang wajah
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 15.**PoV YuniHongkong sekitar 6 tahun yang lalu."Today is your day off, are you willing to take me for a walk?"(Hari ini kamu libur, apakah kamu bersedia mengajakku berjalan-jalan?)Majikan ku tampak cemberut bila aku libur. Dia merasa kesepian karena aku yang selalu mengurusnya. Bila aku keluar buat cuci mata sebentar dia sering termenung sendiri. Pekerjaanku hanya mendengarkan keluh kesahnya di samping mengerjakan pekerjaan rumah. Aku duduk di dekatnya seperti selama ini kulakukan bila mendengarkannya bercerita. Dia wanita tua dengan kursi roda."Of course, where do you want to go?"(Tentu saja
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 16**Mereka sepertinya senang memojokkan aku di sini. Aku tetap tenang menanggapi sikap mereka. Mau menuduh atau apa sekalipun terserah saja. Yang pasti mereka syirik sama aku."Udahlah, Mbak jujur aja ngapain kamu bohong. Pasti ada lelaki lain yang modali kamu sehingga kamu bisa bergaya kayak gini!" Ambar masih penasaran. Dia terus mencecar ku agar aku jujur mengakui sesuatu yang menjadi kemauannya."Ada sih, kamu dari tadi nyuruh aku jujur dan jujur. Kalian begitu penasaran rupanya. Kamu mau aku tunjukkan!" kataku sambil tersenyum."Benar kan, Bu. Mbak Yuni ini bekerja sebagai prostitusi. Kamu masih istri Mas Hamdan, Mbak. Kalau kamu dilaporkan bisa masuk penjara