Share

Ini Memang Anaknya

“Sejak pulang denganmu, dia mengurung diri seperti itu! Apa yang harus kita lakukan, Wyatt?”

Sudah seminggu sejak Anna pulang dengan Wyatt dari kediaman Dominic. Begitu sampai Anna masuk ke kamarnya dan tidak keluar lagi. Ia menerima makanan yang diantarkan ibunya, tetapi tidak benar-benar memakannya.

“Apa Esme masih berusaha menghubungi Anna, Nyonya?” tanya Wyatt.

Ibu Anna, Eren mengangguk. “Sejak pagi sudah tiga kali dia menelepon, aku hanya bilang kalau Anna sedang sakit.”

Esme juga mencoba menghubungi Wyatt. Hanya saja bukan ia yang menganggkat, melainkan kakeknya dan ia selalu saja tidak ada di tempat saat Esme menelepon.

Esme pasti penasaran dengan makian Wyatt yang ditujukan pada Dominic. Di mata Esme tunangannya pasti bak dewa.

“Bagaimana bisa anak itu melakukan hal buruk seperti ini! Sekarang bagaimana dia akan hidup?” tanya Eren entah pada siapa. “Bagaimana bisa dia bertemu pria brengsek seperti itu?”

Semua pertanyaan yang dilontarkan Eren, sama sekali tidak diketahui Wyatt jawabannya. Ia benar-benar tidak tahu. Wyatt bukan orang yang akan melepaskan pengawasannya terhadap Anna setelah tahu dengan obsesi orang yang dicintainya itu.

“Wyatt bagaimana kalau kamu menikahi Anna?”

Itu ide yang sangat menggoda. Ia pasti akan menyetujuinya dengan segera. “Tetapi, bagaimana dengan Anna?”

“Apa yang bisa dilakukannya sekarang! Dia hamil dan pria itu sama sekali tidak mau bertanggung jawab!” Napas Eren tampak sesak. “Anak itu ... bagaimana dia akan hidup jika seperti ini?” Kemudian ibu Anna menangis.

Wyatt membuang napas pelan, tahu kalau apapun yang coba dikatakan saat ini hanya akan berhasil sia-sia. “Biarkan saya masuk dan bicara dengannya dulu!” kata Wyatt. Hanya ini yang bisa dilakukannya sekarang.

Eren menahan Wyatt, menatap tepat di bola matanya. “Kamu mau menikah dengan Anna, kan?”

Wyatt tahu kalau dia tidak akan dilepaskan jika tidak menjawab. Andai saja ia mengatakan tidak, keadaan Eren akan buruk, Anna lebih lagi. Lalu saat mengatakan iya, Anna yang akan terpuruk karena berharap bisa menikah dengan Dominic.

“Biarkan saya bicara dengan Anna, Nyonya,” kata Wyatt.

Air mata Eren kembali turun. Ia melepaskan Wyatt dan terduduk lagi.

Wyatt melangkah ke dalam, berhenti sebentar di ambang pintu, berbalik menatap punggung Eren yang tampak rapuh. Lalu lanjut melangkah ke depan pintu kamar Anna.

“Anna ... apa kamu bisa mendengarku?”

Wyatt tahu Anna di dalam, merasa frustrasi, bisa jadi sedang menangis. Tetapi, wanita yang dicintai Wyatt itu pasti bisa mendengarnya. “Apa benar anak itu milik Dominic?”

“Kamu menyangka aku berbohong?” Suara Anna parau menyahut dari dalam. “Aku dan dia di sana, dalam keadaan mabuk, dan kami melakukannya! Aku tidak akan lupa.”

Wyatt tidak akan bertanya lagi karena di dalam Anna sudah mulai histeris kembali. “Baiklah, aku paham!”

Tubuh Wyatt gemetar kembali, rasa sakit yang tidak disukainya muncul. Perasaan menjijikan yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata mendominasi. Ia bertanya-tanya apa yang harus dilakukan untuk menghentikan ini. Ia tahu betul Anna berbohong. Ia tahu betul siapa yang benar di sini. Akan tetapi, ia tak bisa mengatakan dengan jelas kalau dirinya sudah tahu semua.

“Anna, apa kamu mau aku bicara pada Dominic?”

Langkah-langkah kaki terdengar, lalu pintu terayun ke belakang dan Anna muncul di rongga tempat daun pintu menghilang. “Kamu akan melakukannya? Kamu akan melakukannya untukku?”

Pukulan telah dan nyeri yang seminggu lalu muncul lagi, sakit, Wyatt ingin menangis. Akan tetapi, lelaki tidak menangis.

“Ya, aku akan bicara padanya,” jawab Wyatt.

Anna tampak buruk, rambut awut-awutan, mata sembab, wajah pucat, dan Wyatt juga melihat kamarnya berantakan. Lalu Anna tertawa, merasa bahagia dengan jawabannya.

“Katakan padanya kalau ini anaknya. Ini anaknya!” Anna menguncang tubuh Wyatt.

Wyatt menghentikan aksi Anna, meremas kedua bahunya pelan. Memaksakan diri untuk menyampaikan keinginan Eren pada wanita di depannya. “Bagaimana kalau kita menikah Anna? Aku akan menerimamu dan anak itu?”

Anna terbelalak, tampak tak percaya, terluka dengan apa yang disampaikan Wyatt. Rasa sakit di dada Wyatt menjadi bertambah besar. Ia harus pergi sekarang atau akan kehilangan logikanya dan marah.

“Aku akan menemui Dominic,” kata Wyatt yang lalu mundur, merasa hancur, dan sama sekali tidak berdaya. Padahal aku juga mencintaimu Anna, hanya aku yang mencintaimu.

Ada sesuatu yang tercekap di leher Wyatt. Itu adalah tangisan, sayangnya lelaki tidak menangis.

***

Wyatt sudah menduganya, kalau Dominic akan menolak bertemu dengannya. Maka ketika kemudian ia samai di rumah Dominic dengan motornya dan pejaga pintu mengatakan kalau Dominic tidak ada, ia tak bisa mengatakan apa-apa. Satu hal yang bisa dilakukan Wyatt adalah menunggu.

“Kenapa kamu di sini, Wyatt?”

Wyatt sedang merenung saat ia ditanya seperti itu. Ia melihat Esme yang menjulurkan kepala dari jendela mobil yang telah diturunkan tersenyum.

“Ada yang harus kubicarakan dengan Dominic, tapi dia tidak ada. Jadi aku menunggu di sini.”

Tidak. Dominic ada di dalam dan tidak mau bertemu dengannya. Itulah yang ia baca dari bahasa tubuh penjaga tadi yang setiap bicara melirik terus ke samping, pada pemilik yang mungkin mengawasinya.

“Kamu kan bisa masuk!”

Dari cara bicara Esme, Wyatt tahu kalau ia tidak diberitahu apapun soal Anna.

“Masuklah ke dalam mobilku! Kita bisa menemui Dominic sama-sama.”

Wyatt tersenyum. Tahu kalau kesempatan datang dan masuk bahkan tanpa memikirkan apa-apa. Dominic akan terkejut dengan kedatangannya, tetapi ia tak punya kesempatan untuk bertemu jika tak melakukan ini.

Seperti yang diduganya, Dominic memang terkejut, bahkan tidak bisa mengontrol ekspresinya di depan Esme. Sebelum diusir, Wyatt tahu harus memanfaatkan kesempatan dengan sangat baik. Jadi ia melakukan apa yang sudah direncanakan saat mengatakan pada Anna akan menemui Dominic.

“A-apa yang kamu lakukan! Berdiri! Cepat berdiri!” teriak Dominic panik saat Wyatt bersimpuh di depannya.

“Kamu mencintai Esme, kan? Aku sangat mencintai Anna. Dia menangis dan terus menangis hanya supaya aku meyakinkanmu kalau yang dia kandung adalah anakmu.”

Esme terkejut, dan mundur.

“Tapi kamu tahu, Wyatt. Aku tidak ....”

“Aku tahu! Aku tahu dia berbohong. Aku tahu kalau kamu tidak melakukannya. Kumohon, katakan padanya kalau kamu akan bertanggung jawab. Beri dia alasan untuk tidak menangis!”

Rasa sakit itu menghampiri Wyatt lagi dengan lebih hebat.

“Aku tidak bisa Wyatt. Aku tidak bisa menari di atas penderitaanmu!” kata Dominic. “Kembalilah, katakan pada Anna kalau kamu yang akan menikahinya.”

Wyatt mendesah, tidak berdiri, mengalihkan pandangannya pada Esme. Kalau ia meminta pada Esme, mungkin Dominic akan mendengarkan. Baginya tidak masalah jika Anna hanya yang kedua. Baginya tidak masalah kalau ia menjadi pecundang asalkan Anna bahagia.

“Esme, Anna temanmu, kan? Tolong katakan pada Dominic untuk membantunya sekali ini saja. Aku yakin kalau kamu yang meminta Dominic akan melakukannya.”

Persetan dengan harga diri Wyatt yang tinggi sekarang.

Esme mendekat dan melayangkan tamparan pada Wyatt. Tetapi, wanita itu tidak marah, hanya menangis, lalu memeluk Wyatt.

“Padahal kamu mencintainya sampai seperti ini? Tapi, kenapa Anna malah tidak tahu! Padahal kamu sampai seperti ini!” Sambil terisak Esme bicara.

Dominic hanya diam saja, seperti kemarin saat hujan petir dan Anna berkata kalau sedang mengandung anak pria itu. Perasaat sakit di dada Wyatt semakin menjadi, kalau seperti ini ia tak akan berhasil menahan diri untuk menangis.

“Tapi, dia tidak mencintaimu. Bukannya tidak tahu apa-apa.” Air mata Wyatt akhirnya turun juga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status