“Untuk para pengendara motor dan mobil, waspadai hujan petir yang sedang berlangsung ya! Hindari pepohonan saat melintasi jalan utama ....!”
Wyatt mematikan radio mobilnya segera. Hujan lebat yang turun tiba-tiba sejak sore itu menganggunya. Petir juga memutus jaringan telepon untuk sementara sehingga ia terlambat mendapatkan kabar. Kalau saja ibunya Anna tidak datang ke rumah dalam dan memaksa masuk dalam keadaan basa kuyup, Wyatt tidak akan tahu apa yang dilakukan Anna.
“Sebenarnya apa yang kamu pikirkan Anna?” tanya Wyatt tidak paham.
Memang apa kurangnya cinta Wyatt sampai jadi seperti ini.
Anna menginginkan kehidupan yang layak, calon yang mapan, dan tampan. Wyatt memiliki semuanya sekarang. Ia menjadi pewaris satu-satunya sejak lama, mengembangkan usaha retail kakeknya dan telah melamar Anna sebanyak 10 kali sejak lulus SMA. Ia masih tidak tahu apa yang salah sampai sekarang.
TEEEEEET!!!
Wyatt menekan klakson mobil saat akan berbelok. Seorang pria yang memakai seragam penjaga datang mengunakan jas hujan yang terbuat dari palstik.
“Cari siapa, Dek?” tanya si penjaga pada Wyatt setelah ia menurunkan kaca mobilnya sedikit.
Wyatt perlu berteriak pada si Penjaga supaya suaranya terdengar, seperti halnya orang itu. “Tuan Dominic! Dia ada di dalam bukan?”
“Ya,” jawab sipenjaga sambil menilai Wyatt dari wajahnya, mobilnya juga.
“Anda siapa? Apa sudah ada janji?”
“Saya temannya! Tentu saja sudah!” teriak Wyatt supaya bisa diizinkan masuk.
Walau masih cuirga, si penjaga berlari ke pintu, mendorong pagar besi sekuat tenaga di tengah guyuran hujan. Kemudian menunggu sampai Wyatt dan mobilnya lewat kemudian menutup kembali.
Pintu utama terbuka, sama sekali tidak ada seorang pun di sana. Ke mana para pelayan yang biasanya selalu berkeliaran di rumah Dominic ini?
“Dominic?!” Wyatt memanggil di depan pintu.
Jangankan sahutan, pelayan yang seharusnya memeriksa tidak datang. Wyatt tidak punya pilihan lain selain masuk ke dalam dan menemui Dominic segera. Ia kemudian melangkahkan kaki dengan tergesa-gesa.
Masih sore, pukul lima. Dominic mungkin di ruang kerja atau di ruang makan. Dari pintu masuk, ruang makan yang paling dekat. Maka Wyatt ke sana. Tetapi, belum sampai ke ruang makan ia terhenti karena suara.
“Ini anakmu!”
Wyatt berbelok, ke samping, pintu menuju teras. Ternyata para pelayan ada di sana, berkumpul di pintu. Lalu, suara yang didengar Wyatt adalah milik Anna.
Wyatt sampai di belakang para pelayan. Ia cukup tinggi untuk bisa melihat Anna dan juga Dominic berdiri saling berhadapan di teras, terlindung dari hujan, dan tampak sedang dalam pembicaaan serius.
“Ann ...!”
“Aku tidak akan ke sini jika tidak yakin kalau ini anakmu, Dominic!”
Petir menyambar di kepala Wyatt bukan di udara. Tubuhnya mengigil bahkan tanpa harus dihempas hujan dan angin kencang di luar sana.
“Anna, apa kamu tahu kenapa aku membiarkanmu berkeliaran di sekitarku?” Dominic bicara dengan suara yang tenang, tetapi juga tegas.
“Aku tidak peduli!”
“Karena kamu temannya Esme, tunanganku, tidak lebih dan tidak kurang! Tetapi, kamu menganggapnya terlalu berlebihan. Makanya aku katakan padamu Anna, aku tidak tertarik padamu!”
Anna mulai mengaruk-garung dadanya, tampak tidak terima dan terguncang dengan yang baru saja dikatakan Dominic padanya.
Sementara Wyatt menarik beberapa pelayan yang ada di depannya, membuat sebuah jalan untuk bisa sampai di depan.
Para pelayan itu bahkan beranjak saat mendapati Wyatt muncul di sana. Ini memang bukan yang pertama kalinya Wyatt ada di sini.
“Ini anakmu, aku tidak berbohong padamu!” kata Anna.
Wanita itu lekas melangkah dengan cepat, berusaha mendekati Dominic yang berdiri tegak bagai gunung tinggi di depan sana. Ia menarik lengan Dominic yang menjadi pelindung untuk pelukan Anna.
“Anna!” Wyatt memanggil Anna keras, membuat Anna dan juga Dominic menoleh padanya.
Dominic memandangnya dengan tatapan kasihan.
Wyatt tidak membutuhkan rasa kasihan seperti itu. Ia melangkah, menekan bahu Anna dan menarik wanita itu menjauh dari Dominic.
“Bawa dia pergi, Wyatt! Tampaknya kehamilan membuatnya terguncang! Itu pun kalau benar dia memang hamil.” Kata-kata Dominic terkesan tenang, tetapi berisi ejekan yang menyakitkan hati Wyatt.
Bukti kegagalannya dalam memnangkan hati Anna sampai membuat wanita yang dicintainya menjadi seperti ini karena cinta yang salah.
“Kamu ... mengatakan aku berbohong! Aku memang hamil! Ini anakmu!”
“Anna, aku sudah bilang tidak tertarik padamu! Lalu, bagaimana bisa aku menyentuhmu jika tidak tertarik.” Lalu pandangan Dominic kembali pada Wyatt. “Bawa dia pergi Wyatt, tunanganku akan datang sebentar lagi. Aku tidak mau dia mendengar hal ini!”
Wyatt meremas bahu Anna pelan, menghentikan wanita yang dicintainya untuk bicara kembali. Kemudian digenggamnya tangan Anna erat-erat.
“Ayo kita pulang Anna! Ayo kita pulang!” ajak Wyatt seperti mengajak anak kecil.
Anna menoleh padanya. Wajah yang penuh air mata, puncak hidung yang memerah. “Aku tidak boleh, Wyatt, ini anak Dominic. Aku memang hamil.”
Wyatt mengangguk, memaksa dirinya tersenyum. Merasa sakit dan setengah gila saat mendengar kenyataan yang diucapkan Anna. Namun, ia tak tahu harus melakukan hal yang benar sekarang. Bagaimana mungkin hal buruk seperti ini terjadi pada orang yang dicintainya.
Wyatt menuntun Anna ke dalam, melewati pra pelayan berbisik. Lalu Dominic yang sedang mengatur tempat untuk bertemu tunangannya.
Anna tertahan selama beberapa detik di sana. Ia menatap Dominic dengan banyak cinta.
Wyatt jelas tahu rasanya, ia selalu menatap Anna dengan cara yang sama. “Anna!” Disentaknya tangan Anna, supaya wanita itu berjalan kembali. Setelah sampai di mobil, memastikan kalau sabuk pengaman telah terpasang, dan sebelum menutup pintu, Wyatt berkata pada Anna. “Aku akan kembali sebentar lagi, jangan ke mana-mana.”
Wyatt melangkah masuk lagi. “Dominic!” teriaknya memanggil.
Ia tidak seakrab itu dengan Dominic sehingga bisa berteriak-teriak, tetapi Wyatt memang punya pilihan lain.
“Ada apa lagi?” Dominic tampak kesal. Esme, tunangan Dominic pasti telah begitu dekat dari sini.
“Brengsek! Apa yang sudah kamu lakukan pada Anna!” Wyatt geram, tangannya terkepal, tetapi ia berhasil mengendalikan diri untuk tidak memukul Dominic.
“Aku tidak melakukan hal buruk padanya jika itu yang kamu tanyakan. Aku sudah punya tunangan Wyatt, kamu mengenalnya!”
“Ada banyak pria brengsek yang punya tunangan. Kenapa aku tidak boleh curiga kalau kamu adalah salah satunya?”
Dominic tertawa. “Bahkan jika dia telanjang di depanku, aku tidak akan tertarik dengannya! Seperti itu aku menganggapnya!”
Otak Wyatt dengan cepat menafsirkan kalimat Dominic dan sebelum ia sadar, sebuah pukulan telah mendarat di wajah pria yang dicintai Anna itu.
“Wyatt! Apa yang kamu lakukan!”
Wyatt menoleh, menemukan tunangan Dominic yang sedikit basah di sana menatap dengan marah. Lalu Wyatt memalingkan wajah. “Aku hanya memberi hadiah untuk pria brengsek.”
“Sejak pulang denganmu, dia mengurung diri seperti itu! Apa yang harus kita lakukan, Wyatt?”Sudah seminggu sejak Anna pulang dengan Wyatt dari kediaman Dominic. Begitu sampai Anna masuk ke kamarnya dan tidak keluar lagi. Ia menerima makanan yang diantarkan ibunya, tetapi tidak benar-benar memakannya.“Apa Esme masih berusaha menghubungi Anna, Nyonya?” tanya Wyatt.Ibu Anna, Eren mengangguk. “Sejak pagi sudah tiga kali dia menelepon, aku hanya bilang kalau Anna sedang sakit.”Esme juga mencoba menghubungi Wyatt. Hanya saja bukan ia yang menganggkat, melainkan kakeknya dan ia selalu saja tidak ada di tempat saat Esme menelepon.Esme pasti penasaran dengan makian Wyatt yang ditujukan pada Dominic. Di mata Esme tunangannya pasti bak dewa.“Bagaimana bisa anak itu melakukan hal buruk seperti ini! Sekarang bagaimana dia akan hidup?” tanya Eren entah pada siapa. “Bagaimana bisa dia bertemu pria brengsek seperti itu?”Semua pertanyaan yang dilontarkan Eren, sama sekali tidak diketahui Wyatt
“Aku tidak mencintai Wyatt, Bu! Aku tidak bisa menikah dengannya!” Anna berteriak di dalam kamarnya pada Eren.“Jadi apa yang kamu inginkan, Ah!! Kamu sudah membuat aib dengan hamil, sekarang pria itu tidak mau menikahimu! Dengar ... aku sudah mengaturnya, kamu akan menikah dengan Wyatt! Tidak peduli apapun yang kamu katakan! Kali ini kamulah yang akan mendengarkan apa yang aku katakan!”Bahkan dengan berdiri di teras saja, Wyatt mendengar semua percakapan dua wanita yang ada di dalam. Ia tak mau masuk. Tak mau kecewa melihat tatapan Anna yang ditujukan padanya. Dominic tidak akan mau menikahi Anna, walau untuk posisi kedua. Esme juga menolak untuk membujuk karena tahu akan sia-sia saja.Anna tidak akan bahagia walau menikah dengan Dominic. Kata-kata terakhir yang dikatakan Esme pada Wyatt benar. Anna tidak akan mendapatkan apa-apa walau bisa menikah dengan Dominic.“ANNA MAU KE MANA KAMU!”Teriakan Eren menyentak Wyatt. Ia lekas ke pintu dan Anna menabraknya. Keadaan wanita itu sama
“Pergilah! PERGILAH KALIAN JIKA TIDAK BISA MEMBANTU APAPUN!”Telinga Wyatt berdenging. Ia sudah ingin berteriak sejak tadi. Apa yang dilakukan para tetangga biadab ini di depan rumah Anna. Hanya bergosip dan membuat spekulasi tanpa tahu apa-apa.Karena teriakan Wyatt, gosip menjadi semakin panas. Pada akhirnya polisi yang datang mengusir para warga yang bergerombol di depan.“Wyatt ....”“Jangan katakan apapun, Kek, kumohon! Kumohon jangan katakan apapun!”Kepala Wyatt sakit. Dadanya juga begitu. Ia bahkan tak memiliki tenaga untuk sekedar berdiri dari tempatnya duduk kini.Setelah menurunkan tubuh Anna dari tali yang tergantung di kipas angin, Wyatt berusaha keras melakukan pertolongan pertama. Ia melakukan bantuan pernapasan, walau tahu Anna tidak akan bisa diselamatkan lagi.Saat polisi datang begitu juga dengan petugas rumah sakit yang memeriksa datang kalau Anna sudah meninggal, Wyatt berteriak pada mereka dan memohon untuk menyelamatkan Anna. Jauh di lubuk hati Wyatt yang palin
Eren terlalu pendiam. Wyatt berharap wanita itu histeris seperti kemarin. Meminta seseorang untuk menghidupkan putrinya kembali. Bertanya pada Wyatt ke mana Anna pergi padahal sudah malam.Tetapi, Eren bersikap seperti Anna masih hidup. Ia memasak, bernyanyi, dan memanggil-manggil Anna beberapa kali dari dapur.“Nyonya ....”Melihat sikap Eren yang seperti ini hanya membuat Wyatt yang berusaha menerima kenyataan menjadi lebih sakit. Rasanya tubuhnya melayang, jantungnya seperti ditumbuk, dilumat, dan kemudian diinjak-injak.“Ah, Wyatt ... apa kamu bisa membangunkan Anna? Nanti kita akan makan bersama!” Eren tersenyum saat mengatakannya.Wyatt bisa melihat mata Eren yang sendu. Mata yang sedang berusaha menolak kenyataan kalau anaknya ditemukan telah meninggal karena gantung diri.“Nyonya, Anna sudah ....”Suara ambulans menghentikan Wyatt.Ia dan Eren sama-sama terperanjat kaget. Spatula yang digenggam Eren jatuh, begitu juga dengan tubuhnya yang melorot turun dan jatuh terduduk. Lalu
“Apa yang sedang kamu rencanakan Wyatt?”Wyatt berhenti berkerja di atas bekas meja belajarnya saat masih sekolah dahulu. Ia meletakan balpoin yang telah berhasil memberi warna pada buku yang ada di depannya. Isinya berbagai cacatan yang diambil dari ingatan tentang kenapa hal buruk bisa terjadi pada Anna.Semakin ia memikirkannya, semakin ada banyak hal yang salah. Tetapi, setiap kali ia merumuskan jalan keluar, Wyatt tidak mendapatkan apa-apa.“Tidak ada! Saya tidak melakukan apapun, Kek!”Wyatt berbohong. Kini di otaknya hanya ada kata balas dendam yang berkumandang. Bagaimana mungkin hal buruk terjadi pada Anna yang tak tahu apa-apa. Bagaimana bisa semua itu terjadi pada Anna yang hanya mengharapkan cinta saja.“Wyatt, kalau kamu seperti ini, kamu akan sakit!” Kakek Wyatt memperingatkan.“Bukannya memang sudah!” jawab Wyatt sama sekali tidak memutar tubuh untuk bisa melihat betapa cemas lelaki tua itu padanya.Langkah-langkah kaki yang dengan cepat datang dan muncul lalu menarik b
Walau sudah menuliskan apa yang harus dilakukannya di selembar kertas, tetapi ia nyaris tidak paham apa yang harus dilakukan. Ia tak mungkin muncul di depan Dominic dan berkata: Aku butuh pekerjaan di dekatmu.Jika mendengar hal itu, Dominic akan mendepaknya dan memastikan Wyatt berada setidaknya 100 meter darinya.“Wyatt ... ayo makan!”Wyatt menoleh ke arah pintu, tempat suara itu berasal. Akan tetapi, tidak ada sosok kakeknya yang belakangan dengan sekuat tenaga memberikan perhatian padanya. Aneh memang, walau selalu saja mengatakan untuk menyerah soal Anna, pria tua itu adalah orang yang paling peduli padanya saat kejadian buruk terjadi.“Ya!” Wyatt tidak akan membuat pria tua yang sudah membesarkannya tersebut khawatir.“Apa lagi yang sedang kamu kerjakan?’ tanya kakek Wyatt sambil menjulurkan kepalanya ingin tahu.Wyatt tersenyum dan mengeleng. Lalu didorongnya punggung pria itu ke ruang makan. Di meja telah terhidang beberapa lauk. Ayam goreng, perkedel jagung, dan sayur bayam
“Terima kasih sudah menghubungi saya, Pa!”“Ya, temui dia dan coba jelaskan kalau apa yang dia lakukan ini sia-sia!” kata si penelepon.“Ya!” Setelah itu Dominic meletakan kembali gagang teleponnya di tempat semula. Lalu mengambil napas dalam dan menengelamkan dirinya dalam keempukan sofa santainya.“Azzar ... apa kamu ada di depan!” seru Dominic ke arah pintu.Terdengar langkah kaki pelan dan daun pintu berayun terbuka. Azzar, pria yang dipanggil Dominic berdiri di sana. Wajahnya tanpa ekspresi. Tatapannya juga tak mengarah lurus ke depan, menunduk, layaknya seekor anjing yang patuh.“Ya, Tuan muda?” tanya Azzar datar.“Kemarilah! Ada yang mau aku katakan padamu!” panggil Dominic.Langkah kaki Azzar berirama tetap, tidak terlalu cepat dan tak juga lambat. Akan tetapi, sama sekali tidak ada kemalasan di dalamnya. Begitu ia sampai di depan Dominic, ia menunduk kembali. “Ada apa, Tuan?” tanya Azzar.“Kamu sering mengobrol dengan Esme, kan?” tanya Dominic.“Ya, Tuan, saya cukup sering m
“Apa kalian menyangka kalau aku tidak bisa membedakan mana sesuatu yang salah dan tidak?” tanya Esme dengan kecerugian yang sama sekali tidak disembunyikan.Azzar menghela napas dalam, memaksakan paru-parunya terisi dengan oksigen hingga penuh. Ia kemudian memandangi wajah Esme yang tampak mengemaskan melalui kaca spion tengah. Jika menghadapi Esme yang sedang keras kepala, Azzar harus ekstra sabar melebihi saat menghadapi Dominic.“Tidak! Anda adalah wanita yang cerdas dibandingkan yang lainnya. Akan tetapi, Anda juga wanita yang baik hati, Nona. Saya tidak mengatakan kalau Anda mudah ditipu. Saya mengatakan kebaikan hati Anda bisa jadi melemahkan Anda.”Esme memalingkan wajah, tampaknya yang baru saja dikatakan Azzar benar dan ia sama sekali tidak bisa membantah hal tersebut. Kebaikan hatilah yang memaksa Esme mengenalkan Dominic pada Anna. Kebaikan hatilah yang membuatnya bersikap keras kepala seperti ini.“Tapi, memang benar aku juga jadi penyebab kematian Anna. Kalau saja aku bis