Share

7. ANCAMAN BANE DRAGON

"Itu adalah aku." jawab Dylan sambil maju selangkah dengan santai.

"Iya itu benar orangnya Tuan Bane, pria yang mematahkan lenganku dan menghina Geng Kapak Naga." kata Jack sambil menunjuk Dylan.

"Bahkan dia juga mengatakan bahwa dia tidak takut sama sekali dengan Geng Kapak Naga." tambah Jack memprovokasi Bane.

Menurutnya ini adalah kesempatan untuk membalas dendam karena dipermalukan kemarin. Dengan adanya Bane, Jack dan pengikut lainnya menganggap bahwa nasib Dylan telah tamat.

Bane pun maju selangkah, tangannya yang memakai sarung tangan tinju itu pun dilipat ke depan dada dengan sikap angkuh.

"Hai kamu yang bernama Dylan, cepat merangkak ke sini dan patahkan tanganmu sama seperti Jack." kata Bane.

"Jika kamu melakukannya maka mungkin saja aku akan melupakannya dan membiarkanmu hidup."

"Namun jika kamu menolak maka jangan salahkan aku saat aku menghancurkan semua tulang di tubuhmu itu hingga membuatmu menjadi pria cacat di sisa umur hidupmu." tambah Bane.

"Bagaimana menurutmu?" kata Bane kembali seolah ingin mengetahui apa yang akan dilakukan Dylan selanjutnya.

Namun Dylan hanya menunjukkan sedikit senyum tenang di wajahnya.

"Tuan Bane, jangan salah paham."

"Kemarin anak buahmu yang datang membuat masalah, bukankah wajar jika security mengatasi masalah keamanan perusahaan?" tanya Dylan dengan tenang.

"Lagi pula yang membuat onar hanyalah sekumpulan kecoa, bukankah itu tinggal diinjak saja sampai mati?" kata Dylan memprovokasi balik.

Menurutnya tidak ada jalan untuk kembali, jika seperti itu maka lebih baik memberi mereka semua pelajaran sekalian.

Bane yang marah dengan ejekan dan provokasi dari Dylan, perlahan mulai segera menemukan ketenangannya.

"Baiklah karena kamu sudah terlalu sombong maka jangan salahkan aku jika tinjuku ini menghancurkan semua tulang-tulangmu." kata Bane sedikit menahan emosi.

Dia pun segera menerkam langsung ke depan sambil mengayunkan tinjunya dengan kuat ke arah Dylan.

Wusshhh...

Wusshhh...

Belasan tinju sudah dikerahkan namun Dylan dengan santai menghindari semua tinju Bane hingga tidak ada satupun yang berhasil mengenainya.

Tinju yang diayunkan Bane terlihat sangat kuat.

Ketika Dylan menghindar dan tinjunya mengenai tembok maka temboknya langsung menjadi retak.

Dapat dibayangkan jika mengenai tubuh Dylan maka dapat dipastikan beberapa tulang pasti akan langsung hancur.

Pengikut Bane pun tampak tersenyum lebar seolah sudah mengetahui hasil akhir dari pertarungan ini.

Semakin lama semakin cepat tinju yang diarahkan ke Dylan. Namun saat salah satu tinjunya sedikit melemah, Dylan pun langsung maju selangkah dan mengayunkan tamparan kuat.

Plakkkkkkk...

Sebuah tamparan Dylan itu membuat Bane terpental sejauh 5 m ke belakang dan menabrak dinding dengan keras.

Brukkkkkk....

"Akkkhhhhhhh..." pria itu pun meraung menahan kesakitan.

Darah segar keluar dari hidung Bane yang berusaha berdiri namun dalam posisi sempoyongan.

Semua orang yang berada di tempat itu tampak melongo menyaksikan pemandangan ini.

Beberapa diantaranya bahkan tampak mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi.

Putra pemimpin mereka yang mendapat julukan si Tinju Besi dengan mengalahkan puluhan petarung di atas ring telah kalah dengan pemuda ini hanya dengan satu tamparan.

"Mustahil...."

"Apakah ini adalah mimpi?" kata para anak buah anggota Geng Kapak Naga.

Semua anak buahnya merasakan ngeri saat melihat Dylan mengalahkan Bane semudah itu.

Dylan pun dengan tenang maju mendekati Bane yang sedang terkapar.

"Dasar pria kurang ajar."

"Beraninya kamu berbuat seperti ini kepadaku." kata Bane sambil meringis menahan rasa sakit.

"Kalau berani bunuh aku sekarang. Jika kamu membiarkan aku hidup maka aku akan membalas dendam kepadamu dan seluruh keluargamu di masa depan." gertak Bane.

"Semua keluargamu akan aku habisi satu persatu, kecuali jika kamu menyerah dan berlutut serta menghancurkan kedua tanganmu maka mungkin aku akan mengampunimu." tambahnya.

Walaupun dalam keadaan yang terdesak dan luka parah, kesombongan dan egois masih menempel ketat pada diri Bane.

"Membunuhmu? Apa menurutmu aku takut?" tantang Dylan.

"Pilihan membunuhmu itu adalah sesuatu yang mudah namun membuatmu jera itu adalah pilihan yang lebih baik." tambah Dylan.

Krakkkk....

Tangan kiri Bane pun patah diinjak oleh Dylan.

"Akkkhhhh..." teriak Bane sambil memegangi tangan kirinya.

Namun cara Dylan membuat pria sombong itu bahkan tidak selesai sampai di sini.

Krakkkk....

Dylan pun juga menginjak tangan kanan Bane hingga membuatnya patah, hal tersebut membuat pria itu berguling-guling menahan kesakitan.

Sebagai seorang Master Tinju, kehilangan kedua tangan itu jauh lebih buruk daripada kematian.

Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut tidak percaya bahwa seorang security berani mematahkan tangan seorang putra dari pemimpin geng terkenal di kota Valley ini.

Di sisi yang lain, Azen terlihat menatap Dylan seolah penasaran dengan hal apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh sahabatnya tersebut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status