Home / Urban / BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM / 6. MUNCULNYA PANGERAN GENG

Share

6. MUNCULNYA PANGERAN GENG

Author: Blue Sky
last update Last Updated: 2024-03-03 10:07:43

Azen tampak menatap sahabat dari desanya itu dengan tatapan antusias.

"Aku diajarin dong ilmu bela diri seperti kamu, biar aku bisa mengalahkan banyak lawan seperti tadi." pinta Azen sambil tersenyum.

"Baiklah, besok aku akan mengajarimu beberapa ilmu bela diri biar kamu tambah jago dalam bertarung." jawab Dylan dengan santai.

Setelah menyelesaikan makan sorenya, mereka berdua pun segera pulang kembali ke mes security.

Menjelang malam, Azen mengajak Akira keliling kota Valley untuk mengenali lingkungan di sekitar sana.

"Bagaimana jika kita jalan-jalan sebentar mengelilingi kota Valley ini, Dylan?" tanya Azen dengan nada mengajak.

"Sebagai seorang yang baru datang ke kota ini maka menurutku ada baiknya jika aku mengajakmu untuk mengenali beberapa tempat penting di kota ini." tambahnya.

"Sepertinya itu adalah ide yang bagus Azen." jawab Dylan sambil menganggukkan kepalanya menandakan setuju.

Hanya dalam beberapa saat kemudian mereka pun bergegas ke pusat kota dengan menggunakan ojek online.

Lampu terang kelap-kelip menghiasi kota Valley yang indah. Suasana tenang dan nyaman membuat siapapun betah tinggal di kota Valley ini.

Ada sebuah mall yang menjadi icon kota Valley, namanya Mall Hera. Azen mengajak Dylan untuk main ke sana.

Awalnya Dylan menolak namun karena Azen sedikit memaksa hingga akhirnya membuat Dylan mau mengikutinya untuk main ke Mall Hera.

"Kenapa kamu begitu bersemangat untuk pergi ke tempat ini, Azen?" tanya Dylan kepada sahabatnya itu yang terlihat begitu antusias.

"Tidak ada apa-apa Dylan." jawab Azen seolah menyembunyikan sesuatu.

"Aku hanya ingin mengajakmu saja pergi ke tempat itu." tambahnya.

Ternyata ada alasan lain Azen memaksakan Dylan untuk pergi ke sana karena Azen mau bertemu dengan teman kencannya di Mall Hera itu.

Sesampainya di salah satu tempat makan foodcourt di dalam Mall Hera, Azen pun masuk dan menyapa seseorang.

"Hai Lily." Azen menyapa salah satu dari wanita yang sedang duduk di kursi sebelah pojok dalam foodcourt.

Terdapat dua wanita yang mana salah satunya merupakan Lily, pacarnya Azen.

Kedua pria itu pun segera duduk di kursi kosong yang tersisa.

"Kamu sama siapa itu Azen?" tanya Lily dengan ketus.

"Dilihat dari penampilannya, dia pasti hanyalah orang miskin." tambahnya dengan nada pedas sambil menghina.

Namun Azen tetap tersenyum seolah sudah terbiasa dengan sikap sombong wanita pacarnya itu.

"Oh ini sahabatku, namanya Dylan." jawab Azen sambil menunjuk ke arah Dylan.

"Dylan, ini adalah pacarku, namanya Lily dan ini adalah temannya, namanya Suzy." tambah pria itu memperkenalkan mereka.

Dylan pun menjabat tangan mereka dengan santai.

Meskipun Lily tampak begitu cuek namun berbeda dengan sahabatnya, Suzy.

Wanita itu tampak memandangi Dylan seolah pernah mendengar namanya.

"Oh iya, Suzy ini adalah Putri dari pemilik perusahaan tempat kita bekerja."

"Suzy Davidson, Putri kesayangan bos Davidson yang merupakan pemilik dari perusahaan Sunrise itu."

"Dan Suzy, ini adalah orang yang menghajar Jack tadi pagi." kata Azen menerangkan.

Ternyata nama Dylan mendadak terkenal di Perusahaan Sunrise itu sejak insiden dengan Jack, sampai-sampai putri dari pemilik perusahaan itu tahu dengan kejadian tersebut.

Suzy pun tampak mencuri tatapan ke arah Dylan beberapa kali seolah sedikit tertarik.

Kencan itu terasa begitu singkat bagi seorang Azen.

Setelah selesai makan malam bersama, mereka pun berpisah untuk pulang kembali ke rumahnya masing-masing. Ketika sampai rumah, Azen dan Dylan pun langsung istirahat tidur.

Keesokan paginya, cuacanya sangat cerah.

Dylan dan Azen pun berangkat kerja seperti biasanya serta kesibukan sebagai seorang security pun berjalan dengan normal.

Pada pukul 10 WIB, suasana di perusahaan Sunrise itu tetap terlihat tenang seperti biasanya.

"Sepertinya para gerombolan preman kemarin itu sudah jera dengan tamparanmu itu, Dylan."

"Aku yakin mereka tidak akan kembali ke perusahaan ini dalam waktu dekat." kata Albert dengan nada tenang sambil melihat jam di tangannya.

Akan tetapi ketenangan itu tidak berlangsung lama seperti sebuah suasana tenang menjelang badai.

Segerombolan orang masuk ke gerbang perusahaan, pada sekitar 25 orang dengan senjata kapak berlambang naga.

Dari sini saja sudah dipastikan bahwa mereka adalah Geng Kapak Naga yang kemarin berurusan dengan Dylan.

Terlihat Jack yang ikut dalam rombongan dengan tangan diperban gips akibat dipatahkan oleh Dylan kemarin.

"Mana yang bernama Dylan?"

"Cepat maju ke sini atau aku akan meratakan seluruh tempat ini?" teriak pemimpin dari rombongan para preman itu.

Kali ini mereka datang dipimpin oleh seorang pria muda yang berumur sekitar 25 tahun.

Pria ini berpakaian kaos rapi namun memakai sarung tangan tinju berwarna merah dengan gambar naga.

Hanya dalam sekejap saja rombongan itu telah berkumpul di depan pos security dengan cepat.

Terdapat tiga orang yang sedang bertugas pagi di pos itu, mereka adalah Albert, Azen dan juga Dylan.

Albert pun berbisik kepada Dylan dengan hati-hati.

"Orang yang memakai sarung tangan tinju itu adalah Bane Dragon si Tinju Besi, putra dari pemimpin Geng Kapak Naga, Benjamin Dragon."

"Konon tinjunya bahkan bisa merobohkan dinding kuat." kata Albert menjelaskan sambil menahan rasa takut.

"Mana yang namanya Dylan?"

"Cepat datang dan berlutut di bawah kakiku sekarang juga." teriak Bane dengan nada sombong.

Suasana di tempat itu bahkan tiba-tiba berubah menjadi sedikit menegangkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM   Chapter 88

    Benn Backman segera menghindar dengan menggulingkan badannya ke kiri sejauh 3 meter.Dhuarrr...Tanah tempatnya berdiri sebelumnya itu segera meledak akibat teknik pukulan dari seorang Huang Do.Semua orang yang menyaksikan pertarungan itu tampak menatap kagum.Menurutnya tentu saja itu adalah kemampuan yang mengerikan dari seorang yang pernah belajar teknik kungfu Budha.Jika pukulan itu mengenai lawannya maka tentu saja dia akan segera hancur menjadi rempeyek seketika."Ini adalah ahli bela diri sejati.""Kekuatan yang benar-benar mengerikan." Kata para pendukungnya dengan tatapan kagum.Meskipun begitu tentu saja seorang Benn Backman bukanlah pria yang bodoh.Sebagai seorang pria yang memimpin gangster paling ditakuti nomor 3 di ibukota Vegas ini, tentu saja dia adalah pria yang cerdas.Menurutnya melawan orang dengan kekuatan mengerikan seperti Huang Do itu harus menggunakan strategi yang tepat.Tiap mencegah mengambil pistol khusus dari samping tubuhnya.Pistol itu terlihat unik

  • BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM   Chapter 87

    Pria dengan pedang besar di tangannya itu tentu saja hendak menang ke serangan itu, tapi sayang kecepatan pria itu terlalu tinggi.Srrtttt...Brukkkkkk...Pria itu pun segera jatuh ke tanah dengan goresan besar di dadanya yang membentuk huruf x.Darah pun mengalir deras keluar dari luka itu.Dia pun menyerah karena sudah tidak berdaya bahkan hanya untuk mengangkat kepalanya.Pria itu segera dikeluarkan dari lapangan pertarungan."Aku adalah Steven Guard, salah satu gangster dari pinggiran Utara ibukota Vegas.""Aku datang ke sini untuk menang dan akan mengalahkan siapapun yang akan menjadi lawanku.""Jika masih ada yang berani melawanku maka majulah!" "Aku akan mencincang kalian hingga menjadi 1000 bagian." Kata Steven Guard dengan wajah angkuh.Dia memang bukan berasal dari sebuah gangster yang terkenal namun semua orang menyadari bahwa dia memiliki talenta yang harus diperhitungkan.Mendengar dan melihat kemampuan pria itu, beberapa peserta pun bahkan tampak mengurungkan niatnya un

  • BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM   Chapter 86

    Di padepokan beladiri Ilmu Langit itu tampak beberapa orang dengan pakaian rapi, beberapa diantaranya juga terlihat menggunakan pakaian mewah dengan banyak emas di sekujur tubuhnya.Dylan mulai menyadari bahwa turnamen antar gangster ini tidak hanya melibatkan para gangster saja namun juga melibatkan para elit yang berasal dari dunia bawah tanah ibukota Vegas ini.Di tengah tempat itu terdapat sebuah arena pertandingan dengan lokasi seluas 10 meter x 10 meter dengan dikelilingi oleh pagar tali.Lantai dari tempat itu juga sengaja berlantai tanah hingga atmosfer pertandingan beladiri terasa begitu kental.Setelah menunggu waktu yang cukup lama, seorang pria berusia sekitar 40 tahun dengan badan tegap tiba-tiba masuk ke dalam arena pertandingan.Semua orang yang berada di tempat itu tampak menatap pria itu dengan tatapan kagum."Aku adalah Leon, pemimpin dari perguruan bela diri Ilmu Langit ini." Kata pria itu memperkenalkan diri dengan nada terdengar begitu berwibawa.Semua orang yang

  • BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM   Chapter 85.

    Vrommmm..Mobil yang mereka kendarai tampak melaju dengan lincah melewati berbagai macam kemacetan yang ada di ibukota Vegas tersebut.Setelah melewati 1 jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di sebuah padepokan beladiri yang bernama Ilmu Langit.Di sana terlihat mobil ramai berjejeran mulai dari mobil biasa hingga mobil paling mewah semuanya ada di tempat itu.Tentu saja tempat itu merupakan tempat diadakannya turnamen antar gangster terbesar di ibukota Vegas ini."Ayo kita turun, Tuan Dylan." Kata King Lion."Tentu saja." Jawab Dylan dengan singkat.Namun ketika mereka hendak turun dari mobil, tiba-tiba saja handphone King Lion berdering menandakan seseorang sedang menghubunginya.Tring...Tring....Tring....'Siapa yang menghubungi ku disaat penting seperti ini?' gumam King Lion dalam hatinya sendiri.Tampak jelas wajah jengkel di pria itu pada orang yang menghubunginya karena mengganggu perhatiannya ketika berada di acara penting seperti ini.Dia pun dengan sigap mengangkat pangg

  • BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM   Chapter 84

    Dylan tampaknya sudah bersiap untuk mengikuti turnamen antar gangster terbesar di ibukota Vegas itu. Dia berharap di sana dapat bertemu dengan Antonio Hernandez dan juga kerabat jauh dari keluarga tersembunyi Abraham seperti yang dikatakan oleh King Lion. "Suzy, aku mau keluar dulu dengan teman." "Sepertinya sedikit lama karena aku akan melihat sebuah sebuah turnamen gangster." "Aku ingin mengajakmu tapi sepertinya lebih baik kamu tidak terlibat dalam hal seperti ini." "Kamu tidak masalah kan?" Tanya Dylan salah sedang meminta izin. Mendengar itu, Suzy tampak hanya menganggukkan sedikit kepalanya. Terlihat jelas kepercayaan wajah wanita itu terhadap suaminya. "Tentu saja tidak apa-apa sayang." "Namun kamu harus berjanji akan pulang dalam keadaan baik-baik saja. "Aku akan menunggumu pulang untuk makan malam bersama." jawab Suzy. Meskipun begitu, terlihat jelas wajah Suzy sedikit cemberut. Dia bisa membayangkan akan bosan seharian di dalam hotel ini sendirian. O

  • BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM   Chapter 83

    Dylan menyadari bahwa SMS tadi hanyalah pengalihan untuk menjauhkan dirinya dari keluarga Dunn.Dia tahu target mereka sebenarnya adalah keluarga nomor satu di ibukota Vegas itu.Dylan pun segera berlari ke atas lantai tersebut lewat tangga agar lebih cepat."Ada apa ini?" tanya Dylan kepada Tuan Jhonny Dunn dan juga Livvy Dunn yang tampak syok di tempat itu."Aku tidak tahu, Dylan.""Tiba-tiba saja putriku ini pingsan.""Kaki dan tangannya tiba-tiba berubah menjadi begitu dingin hingga seperti.""Dia bahkan tidak bangun ketika aku meneriakinya." kata Livvy Dunn menjelaskan kronologinya.Terlihat jelas kekhawatiran di wajah wanita itu seolah khawatir Putri tunggalnya itu akan kenapa-napa.Seorang ibu mana yang tidak khawatir jika tiba-tiba putrinya mengalami hal yang mengerikan seperti ini, bahkan hampir semua ibu di dunia ini pasti juga akan merasakan hal yang sama.Mengetahui hal ini, Dylan segera memeriksa nafas dan hati Jennifer Dunn di bagian lehernya dengan cepat.Tk...Tk ..Tk

  • BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM   Chapter 82.

    Dylan tampak sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu.Meskipun mereka semua adalah sekutu namun tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya bahwa alasan lain datang ke ibukota Vegas ini adalah untuk mengakhiri keluarga Hernandez yang merupakan salah satu keluarga terkaya di kota ini."Tentu saja kami hanya sedang honeymoon.""Kebetulan saja kami memilih kota ini." jawab Dylan singkat.Tuan Jhonny Dunn terlihat sedikit mengeryitkan matanya seolah menyadari bahwa itu hanyalah jawaban formalitas.Dia bahkan tidak akan menyerah sementara itu."Benarkah begitu, Dylan?""Apa hanya itu saja alasanmu datang ke kota ini?""Atau kamu memiliki musuh yang sedang kamu lancar?" Tanya orang nomor satu di ibukota Vegas itu kembali."Jika memang demikian maka katakan saja padaku.""Sebagai orang yang berada di pihak yang sama denganmu maka tentu saja aku mungkin dapat membantumu." tambah Tuan Jhonny menawari.Sebagai orang nomor satu di kota ini tentu saja dia bahkan dapat melakukan banyak hal.Dylan p

  • BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM   Chapter 81

    "Lebih baik kamu segera pergi dan jangan mengotori tempat ini, dasar pria sampah!" "Jika tidak maka aku akan menendangmu." kata security itu sambil menunjukkan badan kekarnya. Dylan tampak tenang seperti biasanya menyaksikan pemandangan ini. "Terserah saja apa katamu." jawab Dylan tenang tanpa emosi. "Jika kamu tidak percaya maka kamu bisa tanyakan langsung pada tuan Jhonny Dunn." tambah Dylan singkat. Namun tentu saja pria security itu tidak percaya sama sekali. "Tuan Jhonny Dunn?" "Maksudmu kamu diundang oleh orang nomor satu di ibukota Vegas ini?" "Aku mungkin masih sedikit percaya jika kamu datang ke tempat ini dengan menggunakan seluruh uang di tabungan mu seumur hidup namun kamu malah membuat alasan diundang oleh Tuan Jhonny Dunn?" "Apa menurutmu aku benar-benar bodoh?" "Bahkan orang bodoh pun tidak akan percaya dengan mulutmu itu." kata security itu dengan ekspresi wajah marah. "Aku saja tidak berani melakukannya namun pria sepertimu malah berani menggunakan namanya u

  • BALAS DENDAM TUAN ABRAHAM   Chapter 80

    Juan yang merupakan agen properti profesional itu tampak menatap Dylan dengan tatapan aku seolah dia tidak yakin bahwa pria di depannya deal dengan transaksi ini.Menurutnya, Dylan bahkan tampak seperti pria biasa dan mungkin akan seperti calon pembeli sebelum-sebelumnya yang membatalkan membeli lahan ini setelah mengetahui fakta mengerikan di belakangnya."Baiklah Juan, aku tetap akan membeli tanah ini.""Harganya sudah 50 miliar kan?" tanya Dylan sambil mengkonfirmasi.Dia yang akan membangun kantor perusahaan Sun Group di ibukota Vegas ini tentu saja merasa beruntung bisa membeli tanah semurah ini.Harga normalnya saja bisa mencapai 100 miliar rupiah namun karena banyak peristiwa yang mengerikan maka harga tanah ini pun hanya setengah dari harga normalnya.Selain itu dia juga tidak perlu takut dengan kasus para pembeli sebelumnya yang selalu mati membeku seperti es.Kali ini saja dia bahkan sudah untung 50 miliar rupiah.Mendengar hal ini pun membuat agen properti Juan tampak terse

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status