Share

6. MUNCULNYA PANGERAN GENG

Azen tampak menatap sahabat dari desanya itu dengan tatapan antusias.

"Aku diajarin dong ilmu bela diri seperti kamu, biar aku bisa mengalahkan banyak lawan seperti tadi." pinta Azen sambil tersenyum.

"Baiklah, besok aku akan mengajarimu beberapa ilmu bela diri biar kamu tambah jago dalam bertarung." jawab Dylan dengan santai.

Setelah menyelesaikan makan sorenya, mereka berdua pun segera pulang kembali ke mes security.

Menjelang malam, Azen mengajak Akira keliling kota Valley untuk mengenali lingkungan di sekitar sana.

"Bagaimana jika kita jalan-jalan sebentar mengelilingi kota Valley ini, Dylan?" tanya Azen dengan nada mengajak.

"Sebagai seorang yang baru datang ke kota ini maka menurutku ada baiknya jika aku mengajakmu untuk mengenali beberapa tempat penting di kota ini." tambahnya.

"Sepertinya itu adalah ide yang bagus Azen." jawab Dylan sambil menganggukkan kepalanya menandakan setuju.

Hanya dalam beberapa saat kemudian mereka pun bergegas ke pusat kota dengan menggunakan ojek online.

Lampu terang kelap-kelip menghiasi kota Valley yang indah. Suasana tenang dan nyaman membuat siapapun betah tinggal di kota Valley ini.

Ada sebuah mall yang menjadi icon kota Valley, namanya Mall Hera. Azen mengajak Dylan untuk main ke sana.

Awalnya Dylan menolak namun karena Azen sedikit memaksa hingga akhirnya membuat Dylan mau mengikutinya untuk main ke Mall Hera.

"Kenapa kamu begitu bersemangat untuk pergi ke tempat ini, Azen?" tanya Dylan kepada sahabatnya itu yang terlihat begitu antusias.

"Tidak ada apa-apa Dylan." jawab Azen seolah menyembunyikan sesuatu.

"Aku hanya ingin mengajakmu saja pergi ke tempat itu." tambahnya.

Ternyata ada alasan lain Azen memaksakan Dylan untuk pergi ke sana karena Azen mau bertemu dengan teman kencannya di Mall Hera itu.

Sesampainya di salah satu tempat makan foodcourt di dalam Mall Hera, Azen pun masuk dan menyapa seseorang.

"Hai Lily." Azen menyapa salah satu dari wanita yang sedang duduk di kursi sebelah pojok dalam foodcourt.

Terdapat dua wanita yang mana salah satunya merupakan Lily, pacarnya Azen.

Kedua pria itu pun segera duduk di kursi kosong yang tersisa.

"Kamu sama siapa itu Azen?" tanya Lily dengan ketus.

"Dilihat dari penampilannya, dia pasti hanyalah orang miskin." tambahnya dengan nada pedas sambil menghina.

Namun Azen tetap tersenyum seolah sudah terbiasa dengan sikap sombong wanita pacarnya itu.

"Oh ini sahabatku, namanya Dylan." jawab Azen sambil menunjuk ke arah Dylan.

"Dylan, ini adalah pacarku, namanya Lily dan ini adalah temannya, namanya Suzy." tambah pria itu memperkenalkan mereka.

Dylan pun menjabat tangan mereka dengan santai.

Meskipun Lily tampak begitu cuek namun berbeda dengan sahabatnya, Suzy.

Wanita itu tampak memandangi Dylan seolah pernah mendengar namanya.

"Oh iya, Suzy ini adalah Putri dari pemilik perusahaan tempat kita bekerja."

"Suzy Davidson, Putri kesayangan bos Davidson yang merupakan pemilik dari perusahaan Sunrise itu."

"Dan Suzy, ini adalah orang yang menghajar Jack tadi pagi." kata Azen menerangkan.

Ternyata nama Dylan mendadak terkenal di Perusahaan Sunrise itu sejak insiden dengan Jack, sampai-sampai putri dari pemilik perusahaan itu tahu dengan kejadian tersebut.

Suzy pun tampak mencuri tatapan ke arah Dylan beberapa kali seolah sedikit tertarik.

Kencan itu terasa begitu singkat bagi seorang Azen.

Setelah selesai makan malam bersama, mereka pun berpisah untuk pulang kembali ke rumahnya masing-masing. Ketika sampai rumah, Azen dan Dylan pun langsung istirahat tidur.

Keesokan paginya, cuacanya sangat cerah.

Dylan dan Azen pun berangkat kerja seperti biasanya serta kesibukan sebagai seorang security pun berjalan dengan normal.

Pada pukul 10 WIB, suasana di perusahaan Sunrise itu tetap terlihat tenang seperti biasanya.

"Sepertinya para gerombolan preman kemarin itu sudah jera dengan tamparanmu itu, Dylan."

"Aku yakin mereka tidak akan kembali ke perusahaan ini dalam waktu dekat." kata Albert dengan nada tenang sambil melihat jam di tangannya.

Akan tetapi ketenangan itu tidak berlangsung lama seperti sebuah suasana tenang menjelang badai.

Segerombolan orang masuk ke gerbang perusahaan, pada sekitar 25 orang dengan senjata kapak berlambang naga.

Dari sini saja sudah dipastikan bahwa mereka adalah Geng Kapak Naga yang kemarin berurusan dengan Dylan.

Terlihat Jack yang ikut dalam rombongan dengan tangan diperban gips akibat dipatahkan oleh Dylan kemarin.

"Mana yang bernama Dylan?"

"Cepat maju ke sini atau aku akan meratakan seluruh tempat ini?" teriak pemimpin dari rombongan para preman itu.

Kali ini mereka datang dipimpin oleh seorang pria muda yang berumur sekitar 25 tahun.

Pria ini berpakaian kaos rapi namun memakai sarung tangan tinju berwarna merah dengan gambar naga.

Hanya dalam sekejap saja rombongan itu telah berkumpul di depan pos security dengan cepat.

Terdapat tiga orang yang sedang bertugas pagi di pos itu, mereka adalah Albert, Azen dan juga Dylan.

Albert pun berbisik kepada Dylan dengan hati-hati.

"Orang yang memakai sarung tangan tinju itu adalah Bane Dragon si Tinju Besi, putra dari pemimpin Geng Kapak Naga, Benjamin Dragon."

"Konon tinjunya bahkan bisa merobohkan dinding kuat." kata Albert menjelaskan sambil menahan rasa takut.

"Mana yang namanya Dylan?"

"Cepat datang dan berlutut di bawah kakiku sekarang juga." teriak Bane dengan nada sombong.

Suasana di tempat itu bahkan tiba-tiba berubah menjadi sedikit menegangkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status