Share

BAB 8. CONFUSION.

"Kamu penghuni baru di apartemen ini, di bawah sana di salon tempat segala gosip dan hoaks tentang penghuni apartemen. Nanti mereka ingin mengetahui siapa dirimu, kamar berapa, apa pekerjaanmu. Mereka mencari info kemudian setelah mendapat info yang setitik tai kuku, mereka goreng menjadi makanan yang siap disaji menjadi gosip hot."

" Apalagi si kemayu, mulutnya sangat berbisa , mengeluarkan racun yang bisa mematikan karakter seseorang."

" Baby?"

" Iya, daddy . Baby akan ingat perkataan daddy. Maafin baby sudah membuat daddy marah."

" Tidak apa-apa, sini peluk daddy." 

Aku langsung mendaratkan tubuhku dalam pelukan daddy, menatapnya , ingin mendapatkan pujiannya. 

“Apakah model rambut ini aku terlihat cantik?” tanyaku manja.

“Hum, model apapun kamu tetap terlihat cantik di mata daddy.”

“Daddy katanya pulang malam,”

“Daddy cepat pulang mendengar baby ada di salon gossip, takut mereka macam-macam sama baby.”

“Jadi daddy tidak balik ke kantor?” tanyaku.

“Daddy harus balik, hmm sekarang jam lima, ada meeting di hotel Aryaduta jam enam. Maafin daddy. Baby tidak usah tunggu daddy.” Kata daddy lalu mencium bibirku, merangkul tubuhku , mengulum bibirku kemudian meninggalkanku.

“Kita tidak jadi N*****x and chill?” tanyaku dengan nada kecewa.

“Lain kali.” Lalu meninggalkan kamar. Aku menatapnya sampai daddy masuk dalam lift.

Aku bingung dengan sikap daddy. Dia takut aku mendengar gosip tidak sedap bahkan takut kalau aku digosipin. Sejak tinggal bersama daddy aku tidak pernah keluar sendiri, beli sesuatu di supermarket, aku minta bantuan Herkules atau tenaga sekuriti yang ditunjuk daddy. Aku dijaga seperti berlian yang takut hilang di kota Metropolitan, ke kampus kemanapun aku ingin pergi harus naik mobil dengan oom Herkules. Sekarang aku tidak boleh ke salon bougenvile di bawah apartemen.

Karena daddy pulang malam, aku mempersiapkan beberapa hal untuk kuliah di semester enam.Aku berencana menyelesaikan kuliahku sampai semester enam.Selama ini tidak ada mata kuliah wajib yang tertinggal, semua sudah tuntas. Di samping diskusi dengan pak Bimo aku berdiskusi dengan ibu Angela , dosen pembimbingku bahwa aku ingin lulus dalam tujuh semester.

“Kamu smart , ibu lihat kamu fokus dan konsisten nilai IPK, antara, 3,98 dan 3,99, Jessika bisa selesai dalam kurun tiga setengah tahun.” Kata ibu Angela.

“Saya ingin menyenangkan ibu saya, terutama pimpinan PT. Mercu Buana Persada yang memberi saya beasiswa.”

“Oh,kamu dapat beasiswa dari PT.Mercu Buana Persada? Kenapa tidak minta melalui kampus?”

“Menurut pak Bimo banyak yang ingin mendapat beasiswa pemerintah, jadi saya dibantu pak Bimo mendapat beasiswa dari PT.Mercu Buana Persada, kebetulan pak Bimo kenal ownernya.”

Itu percakapanku dengan ibu Angela, beberapa bulan yang lalu, kemarin ibu Angela memanggilku .

“Jessika ibu dengar kamu ingin kuliah S2,maukah kamu mendapatkan beasiswa full  funded, ADB Japan? Jika kamu berminat begitu dinyatakan lulus kamu ketemu ibu, nanti ibu bantu kamu agar kamu bisa mendapatkannya."

“Berapa lama kuliahnya?” tanyaku.

“Kamu belum berusia dua puluh lima tahun, masih muda, jangan tanya berapa lama. Raihlah kesempatan yang ada, selesai S2 jika ditawarkan S3, rauplah!" kata ibu Angela menyemangatiku.

Aku bingung dengan tawaran ibu Angela, jika aku menerima tawarannnya berarti aku meninggalkan daddyku? Sanggupkah aku tanpa daddy di sampingku?

Malam merambat naik, aku melihat bulan dari balik tirai. Jam sudah menunjukkan jam sebelas malam, daddy belum pulang. Aku duduk dekat jendela, pikiranku terpusat pada tawaran ibu Angela. Perasaanku resah, terima atau tidak terima. Terima berarti aku berpisah dengan daddy, tidak terima impianku kuliah S2 tidak dapat terwujud.

“ Ah, masih satu semester, sekarang aku fokus selesaikan skripsiku dulu. Aku harus lulus dengan IPK paling sedikit 4.” Bisikku.

Ada keinginanku menelpon daddy, tapi ada larangan daddy untuk tidak menelponnya jika sedang di kantor. Apalagi sekarang mungkin masih meeting. Masak meeting sampai jam segini, batinku.

Aku mengambil ponsel yang kuletakkan di meja, menatap layar ponsel, menunggu mungkin ada kabar dari daddy yang tidak pulang-pulang dan tidak ada kabarnya.

Akhir-akhir ini daddy terlihat tegang dan stress, katanya proyeknya dijegal sesama rekan kontraktor. Mungkinkah perusahaan yang daddy pegang sedang bermasalah? Hmm.. aku akan menghilangkan ketegangan dan stress daddy lenyap jika dia pulang nanti, batinku lagi.

Malam semakin merangkak, aku tidak bisa tidur nyenyak. Pikiranku terasa penuh dengan tawaran ibu Angela dan masalah yang mungkin dihadapi daddy.Aku mengacak-acak rambutku, tandanya aku sudah sangat ngantuk. Tidak lama aku tertidur di sofa.

Waktu berjalan begitu cepat, aku terbangun ketika merasa ada kehangatan di tubuhku. Aku menaik tubuhku , langsung terjatuh ke bawah, “Oh, aku tidur di sofa, bukan di tempat tidur," bisikku.

Aku mengambil ponsel yang tergeletak di meja, jam delapan pagi. Daddy pasti belum pulang, kalau dia pulang pasti menggendongku ke kamar.Dengan gerak malas sambil menyeret sandal kamar aku menengok ke dalam kamar tidur, tidak ada sosok yang kurindukan. Aku akhirnya memberanikan diriku menelpon daddy. Terdengar pintu kamar apartemen dibuka, bergegas aku keluar kamar tidur. Daddy terlihat lesu, ada aroma minuman keras keluar dari mulutnya yang menguap lebar-lebar.

“ Daddy habis minum?” tanyaku.

Tidak menawab langsung ingin memeluk dan menciumku.

“ Ogah dicium dan dipeluk ! Bau !” kataku mendorong  tubuhnya yang ingin didaratkan ke tubuhku.

Karena aku mengelak, daddy terhuyung-huyung, tas kerjanya langsung jatuh ke lantai. Aku cepat-cepat menyangga tubuh daddy, memapahnya ke kamar mandi. Kubuka seluruh yang melekat di tubuhnya, kuturunkan tali spagetii, daster tipis langsung melorot jatuh ke lantai.

“Masuk ke bathtub !” perintahku.

Dengan susah payah daddy masuk ke bathtub, aku menyalakan shower. Kami berdua langsung mandi di bawah shower. Rupanya curahan air dari shower yang deras membuat daddy lepas dari maboknya, menatapku dengan tatapan sayu seolah-olah mengatakan maafkan aku.

“Ada yang membuat daddy galau?” tanyaku.

Tidak ada jawaban , hanya tatapan matanya yang sayu kemudian terlihat air mata di sudut matanya.

“Daddy, katakan apa masalahnya. Siapa tahu baby bisa membantu dengan pikiran.” Kataku.

Daddy bergeming di bathtub, aku berinisiatif memandikannya, menggosok tubuhnya dengan sabun cair, keramas rambutnya. Dengan bersenandung kecil aku menggosok seluruh tubuhnya kemudian menggosok tubuhku membilas tubuh kami di bawah shower yang mengucurkan air dengan deras. Aku mengangsurkan handuk diterima oleh daddy . langsung keluar bathtub.

Bersama kami keluar dari bathtub, aku cepat-cepat mengeringkan tubuhnya dan tubuhnya mengangsurkan pakaian daddy. Aku memakai daster langsung ke dapur membuat kopi buat daddy agar pengarnya hilang sekaligus membuat sarapan roti bakar dengan omelet kesukaan daddy.

Dengan gerak cepat aku membuat kopi dan membawanya ke kamar. Daddy masih meringkuk di tempat tidur, aku pura-pura tidak ingin mengetahui apa yang menjadi beban daddy. Kuangsurkan gelas kopi ke arah daddy yang langsung menyambutnya dan menyerup kopi perlahan-lahan. Aku menatap daddy yang menyerup kopi, lalu keluar kamar membuat sarapanSelama makan kami tidak berbicara, tidak ada sesuatu katakanpun nyang kukeluarkan dari mulutku dan daddy juga rupanya menyembunyikan apa yang menjadi masalahnya, biarlah nanti daddy akan cerita, batinku.

Setelah sarapan daddy masuk ke kamar, aku membersihkan dapur dan meja makan. Setelahnberdiri di balik pintu menatap tubuh yang sangat kucintai dan yang membuatku bisa berhayal jika melihatnya. Perlahan aku melangkah mendekati tempat tidur,  daddy telah tidur lelap sambil meringkuk, rupanya kedinginan karena dinginnya AC. Kuselimuti tubuhnya, terdengar dengkurannya.

Aku mengusap kepala daddy, "Kalau ada masalah jangan daddy simpan sendiri, bagilah dengan baby. Bukankah kita patner dalam suka dan duka," bisikku.

Ada desiran di tubuhku melihat daddy tertidur, tidurpun dia terlihat s*ksi dan macho, sanggupkah aku berpisah denganmu daddy? Rasanya aku sulit berpisah sedetikpun rasanya setahun, apalagi kalau aku studi di Jepang, aku bisa-bisa tidak fokus, batinku.

Entah mengapa perasanku mendadak tidak enak. Pasti daddy setuju aku mengambil S2 di Jepang, kemudian dia akan mencari sugar baby untuk menggantikanku ? Huh ! Aku tidak rela, daddy is mine. He is my daddy, My super daddy, dia tahu keinginanku, dia tahu memenuhi hasrat dan gairahku. Biarlah tawaran ibu Angela kulewatkan, aku memilih kuliah S2 di kampusku saja, batinku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status