Share

BAB 7. PUBER KEDUA ?

Aku bangun pagi melakukan aktivitas membuat sarapan buat daddy dan aku. Sejak aku menyerahkan keperawananku, aku dan daddy hidup bersama. Kami kadang-kadang ke apartemen owner jika ingin mandi di Jacuzzi , nonton karena televisi milik owner besar dan suaranya super dasyat. Desahan dan erangan suara bercinta  terdengar jelas.

“Morning daddy,” sapaku melihat daddy keluar kamar tidur, memelukku dari belakang.

“Apa menu sarapan kita?”

“Roti bakar, dan juice apel.”

“Tidak ada susu?” tanyanya.

“Oh, lupa kemarin beli susu di supermarket.” Kataku.

“Susu yang ini, “ bisiknya sambil menurunkan tali spageti dasterkuyang langsung melorot ke bawah.

“Ih, daddy. “ kataku menggeliat geli ketika tangannya meremas payudaraku, kemudian membalikkan tubuhku, daddy mengulum putingku dengan nikmatnya.

“Omeletnya nanti hangus lho,” kataku menarik tubuhku lalu mematikan kompor.

“Aku rasanya malas ke kantor.”

“Mau dipecat owner?” tanyaku.

“Kita lakukan morning s*ks dulu, just ten minutes.”

Tanpa menunggu persetujuanku, daddy langsung melumat payudaraku, mengulum putingku dan mendudukkanku di kursi, menarik pantieku, membuka bosternya. Miliknya sudah berdiri tegang. Daddy meraih bokongku , kami melakukan dengan duduk di kursi yang bergoyang-goyang, berkeriak-keriuk membuat bunyi yang seirama dengan goyangan kami.

Kami menyelesaikan dengan lenguhan bersama, saling memagut, menyatukan tubuh kami, daddy memasukkan semua benihnya ke dalam. Aku kaget ketika tahu bahwa dia tidak memakai kondom.

“Dad, kamu lupa pakai kondom?”

“Takut hamil?”tanyanya sarkastis.

“Kan aku masih kuliah,” bisikku.

“Kita menikah saja.”

“Apa?” jeritku.

“Mengapa menjerit ? kamu tidak mau menikah denganku karena sudah tua?”

“No ! Aku belum siap. Aku masih ingin kuliah S2.” Kataku dengan gemetar, takut mendengar perkataannya.

“Aku mandi dulu, baru sarapan,” meninggalkanku yang masih kaget dengan ajakan menikah.

“Seruput kopinya dulu, biar badannya hangat.”  Kataku mengejar daddy yang akan masuk ke kamar. membawa  cangkir kopi lalu menyodorkan cangkir ke mulutnya.

Aku merasakan ada kekecewaan daddyku. Aku menyesal ketika daddy bertanya takut hamil dan aku jawab masih ingin kuliah S2.

Aku memakai kembali daster, menyiapkan meja untuk sarapan. Keluar kamar, aku lihat daddy sudah berpakaian lengkap,”Katanya malas ke kantor.” godaku.

“Aku berubah pikiran.”

“Marah ya?” tanyaku.

“Mengapa aku marah, itukan hakmu. Kita juga hanya teman kencan.”

"Teman kencan? " tanyaku.

"Iya, sesuai kontrak."jawabnya.

"Tapi kita lakukan lebih dari teman kencan, "

"Kamu tahu, lalu takut hamil?" tanyanya.

"Daddy.." kataku sambil memeluknya, "Daddy ingin aku hamil? " tanyaku.

Ponselku berbunyi, kulihat log panggilan, dari mama.

“Selamat pagi ma.”

“Jeje, kamu libur semester? Liburan ke rumah?”

“Maaf ma, Jeje tidak bisa pulang ke rumah, Jeje ada kerja. Kerja kantoran, agar bisa kirim mama uang setiap bulan. Nanti deh kalau Jeje selesai kuliah, pasti pulang.” Jawabku.

Terdengar suara mama menarik napas, "Kami kangen Jeje." lalu mama mematikan ponselnya.

Aku menatap ponselku.Ada perasaan sedih telah membohongi mama, ada keinginan menangis, air mata yang berhenti di ujung mataku langsung turun ke pipi.

Sebuah tangan mengelus pipiku, “Berapa lama liburnya?

“Dua minggu daddy.”

“Daddy ingin mengajakmu jalan-jalan ke luar negeri, tapi oom harus mengisi acara seminar di Bali."

"Kita ke Bali?" tanyaku.

“Hum. Menemaniku, kalau malam pulang capek ada yang memijat, memelukku ."

" tu saja?" tanyaku menggoda.

"Selebihnya daddy serahkan padamu." bisik daddy.

"Beres." kataku.

"Daddy pulang agak malam."

“Daddy, jangan pulang malam-malam. Kita N*****x and chill. Ada streaming baru di Netfliks, seru, asyik dan mendebarkan. Daddy beli camilannya ? “ kataku menggelayut manja di bahu daddy.

N*****x and chill, sebenarnya bersantai sambil nonton film. Aku mengikuti bahasa gaul Sari dan Surya. Awalnya aku mengira mereka nonton film N*****x sambil bersantai, ternyata Sari mengundang Surya untuk nonton dan kode ajakan bercinta.

Aku mengambil tas kerja daddy, menyerahkan dan berbisik, “We NIFOT ?”

Daddy tertawa terbahak-bahak mendengar bisikanku, “May IPN? “

“ Of course.” Jawabku lalu mencium bibirnya, “ See you tonight.”

Aku membersihkan apartemen, mencuci pakaian meskipun daddy ingin di laudry aku katakan biar aku yang mencuci di mesin cuci dan untuk menyetrika baru dibawa ke laundry. Setelahnya aku membaringkan diriku di bathtub, ada keinginan  memanjakan diriku,  dengan  spa, aku mencari  salon dekat apartemen.

Sampai di salon, aku disambut oleh hairdresser yang kemayu, “Sis, mau gunting rambut?”

“ Mm.. merapikan, creambath, body message dan lulur.”

“Oh, saya lihat rambut Sis agak kusam , saya tawarkan perawatan spa, dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Creambath, facial, lulur atau body scrub, manicure-pedicure dan foot spa. Lengkap deh, saya lihat sis capek banget, habis di spa lengkap langsung seger buger.”

Hmm, marketingnya bagus, batinku lalu menjawab, “Boleh.”

“Baru pertama kali ya kemari? Tinggal di mana? “ cicitnya membuat aku agak jengkel, lalu mengikuti pegawai salon yang mengarahkanku ke bagian belakang. Selama di spa aku mendengar celoceh mereka di luar .

“Nancy kamu dengar  nggakk si owner gedung ini punya sayang-sayang ? Apa itu bahasa Inggrisnya? “ Aku dengar suara kemayu,

“Mm.. girl escort.”suara seorang menjawab.

“Bukan , ada baby-baby gitu.”bantah suara kemayu.

“Sugar baby.” Terdengar suara perempuan lain.

“Sudah lama si owner tidak kemari. Aku rindu dengar suaranya, rasanya jantungku mau melorot ke bawah.”

Terdengar suara perempuan, “Kamu rindu tipnya, bukan suaranya."

"Eh, betul sekali. Dia memang royal dalam memberi tip, kita semua dapat tip, meskipun tidak melayaninya.”

“Tidak pernah terlihat isterinya, katanya isterinya di luar negeri.”

“Mereka pisah ranjang, karena isterinya sudah capek melihat si owner hobbynya selingkuh.”

“Apakah dia ke luar negeri, ketemu isterinya?” tanya si suara kemayu.

“Tidak ! Beberapa hari lalu aku lihat dia keluar sama perempuan cantik, kelihatannya masih muda , mereka keluar dari lift milik si owner.”

“Aku dengar dari security,  katanya dia punya sayang-sayang,  muda, cantik, mahasiswa. Paling-paling dia porotin si owner.” Suara protes si kemayu.

“Itulah gaya hidup orang kaya, dikatakan puber kedua,  hanya alasan karena bosan dengan isterinya, dicarilah sayang-sayang di luar rumah, berselingkuhlah , karena sayang-sayangnya memberi pelayanan yang memabokkan, supaya Oomnya dengan enteng memberi hadiah dan uang."

Aku menikmati  gosip dan celoceh  mereka yang dikeluarkan dengan bebas, tanpa beban, sesuai isi hati mereka. Mungkin karena mereka se level, batinku. Atau tidak ada topik, hanya topik sekitar salon dan apartemen. Ternyata gosip sugar baby lagi viral di salon ini.

Karena penasaran aku bertanya sama therapist yang melayaniku, “Siapa si owner yang dibicarakan?”

“Itu pemilik gedung apartemen ini, dia yang punya dua blok apartemen Bougenvilee satu dan dua.”

“Oh !”

Ponselku berdering, dibantu therapist aku menerima ponselku, kulihat log panggilan, Daddy.

“Hallo.”

“Kamu dimana?”

"Di salon.”

“Salon mana?”

“Salon bougenville.”

Tidak ada suara, “Daddy?” tanyaku.

“Aku pulang agak lama, ada meeting.”

Lalu ponselnya ditutup.

Aku segera mengirin W******p,”Aku sedang memanjakan diriku, agar malam nanti daddy tidak akan melepaskanku, karena tubuhku keset dan wangi.” Dengan emoji tertawa.

Tidak ada tanggapan, masih centang satu. Mungkin daddy sibuk, batinku.

Cukup lama aku di salon, selesai aku  masuk lift diiringi tatapan mata para pegawai salon. Di lift aku tersenyum mengingat gosip mereka tentang si owner yang katanya puber kedua. Apakah daddy juga sedang memasuki puber kedua ?

Terngiang perkataan mereka,  sayang-sayangnya  beri pelayanan yang memabokkan agar oomnya kasih materi dan uang yang banyak. Akh, hubunganku dengan daddy bukan hanya  karena kontrak teman kencan saja, malah kita melakukan hubungan fisik untuk memuaskan hasrat, dan gairah kita, batinku.

Terdengar bunyi ting, aku keluar lift, aku kaget melihat daddy sudah menungguku di depan lift. Wajahnya menahan marah. Aku menahan mulutku agar tidak keluar pertanyaan mengapa daddy marah.

Diseretnya aku , mengambil kartu kamar dariku ," Mengapa kamu tidak katakan akan ke salon? Daddy tidak suka kamu ke salon itu, salon tempat segala gosip miring dan hoaks tentang penghuni apartemen."

Aku terdiam, tidak mengatakan sesuatu. Tiba-tiba pikiran nakalku keluar, "Apakah daddy langganan salon Bougenville?"

Daddy menatapku dengan tatapan tajam, aku baru melihat tatapan tajam yang diberikan kepadaku. Ada ketakutan melihat tatapannya, "Maaf daddy," kataku sambil menundukkan kepalaku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status