Home / Thriller / BARTER PENGABDI SETAN / Setipis Kulit Ari

Share

BARTER PENGABDI SETAN
BARTER PENGABDI SETAN
Author: Jenar Moksa

Setipis Kulit Ari

Author: Jenar Moksa
last update Last Updated: 2022-03-07 19:56:19

BARTER PENGABDI SETAN

Penulis: Jenar Moksa

❤️Bab 01 Setipis Kulit Ari❤️

Winarno duduk termangu di belakang sebuah  rumah mewah, memandang lepas hamparan sawah nun hijau, di seberang jalur bebas hambatan. Sebentar lagi akan panen. Sawah itu bukanlah miliknya. Begitu juga rumah mewah itu.

Berulang pria yang kini berusia 40 tahun itu membuang napas kasar, jelas beban berat di benaknya. Kejayaannya telah usai sejak insiden kebakaran yang memusnahkan segala harta benda miliknya dalam sekejap. 

Winarno mempunyai toko elektronik di kota, sekaligus menjadi rumah hunian keluarga kecilnya. Usahanya berkembang pesat. Modal  awal di beri oleh kedua orang tuanya. Sesaat setelah menikah. 

Akan tetapi, itu dulu. Sekarang dia hanya buruh tani dan tinggal di desa. 

Sementara istrinya seperti ibu-ibu di desa pada umumnya. Dulu wanita berparas ayu itu hanya duduk manis sembari menerima uang dari para pembeli. Membuat aura cantiknya kian bercahaya karena  tidak pernah sekalipun turun tangan dalam hal tugas dapur. Beberapa orang asisten rumah tangga mengambil alih tugasnya.

Ini sudah ke sekian tahun Winarno hidup dalam kesederhanaan. Kembali pria yang dulu berkulit bersih menghela napas panjang. Kemudian, mengambil caping dan mengenakan. Winarno  kembali turun ke sawah, karena hari ini dirinya mendapatkan  pekerjaan matun rumput di sawah milik Haji Sukardi.

Tidak terasa senja di ufuk mengintip. Gontai  kaki penuh lumpur menuju rumah, sembari membawa wadah  peralatan bekal. Letak rumahnya tidak jauh sehingga dia hanya berjalan kaki bersama para buruh tani lainnya.

Sesampainya Winarno langsung mengambil handuk yang tersampir di tali jemuran, emperan rumah sederhana miliknya. 

Rumah  berdinding tembok dengan model lawas itu terlihat bangunan paling tua di desa. Cat rumah pun sudah mengelupas pun kerangka jendela dan pintu sudah bekas santapan rayap.  

Genting sudah terlihat renggang hingga cahaya rembulan malam bisa menembus. Menjadi pengganti lampu neon yang tergantung di langit kamar. Lampu itu sudah tidak lagi berfungsi.

 Akan tetapi, rumah itu  bukanlah miliknya melainkan milik kolega. Berhubung tidak dihuni, Winarno diperbolehkan menempati.

Setelah mandi, Winarno masuk langsung mengenakan pakaian. Sementara istrinya sibuk menyiapkan menu, tanpa pedulikan kedatangannya. Dua buah bocah kecil duduk bersila menghadap televisi ukuran 14 inci. Keduanya menonton film animasi kesukaan. Akan tetapi, televisi model lawas  bukanlah milik ayah mereka. Melainkan pinjaman dari kolega. Sesekali dua bocah itu tertawa lepas tanpa beban. Winarno mengelus pucuk kepala keduanya. Kemudian,  gabung duduk  melepas penat, sembari menyalakan sebatang rokok. 

"Bunda, cepat aku sudah lapar!" 

"Iya--- sebentar lagi, Nger!"

"Aku juga, lapar!"

"Ngeh, ini sudah selesai, kok!"

Winarno beranjak menuju dapur. "Masak apa tho, Dek, Rah? Baunya kok, menggoda."

Rah, meluaskan senyum. Tampak begitu sederhana senyumnya,  tanpa menjawab pertanyaan  Rahayu  hanya memberi kode agar Winarno membantunya membawa beberapa menu, yang sudah siap dalam wadah plastik,  ke depan televisi. Cekatan Winarno membantu.

Semuanya duduk bersila menghadap makanan. "Ayo, Le. Berdoa sebelum makan."

Kedua buah bocah refleks menengadah tangan. Rahayu membalas senyum Winarno yang menatapnya penuh cinta.  Setelah  piring saji berisi menu makanan, dengan lahap mereka menyantap sajian sederhana. 

Hanya tempe goreng dan sayur kangkung, terlihat ada sepotong paha  daging ayam sisa kemarin sepertinya Rahayu sisihkan untuk kedua anaknya. 

"Enak, ayam Upin Ipin." Keduanya kompak, dengan mata membulat takjub.

 Membuat dada Winarno bermanuver mendengar  celoteh bibir mungil anaknya. Dulu makanan kekinian dan ayam KFC menjadi santapan keseharian. Sekarang hanya bisa menikmatinya jika ada kenduri atau hajatan. 

Rahayu semringah melihat senyum tersungging di bibir mungil buah hatinya. 

"Ya, cepat habiskan biar cepat besar. Nanti supaya bisa membantu Ayah, bekerja cari uang," puji Rahayu sesaat setelah menyuwir daging ayam.

Ucapan Rahayu mengentakkan lamunan Winarno. Buru-buru pria itu menenggak air putih. Nyaris saja dirinya tersedak tadi. Beberapa saat kemudian  dia  membantu mengangkat peralatan makan.

"Ayok, Nger. Sudah malam kita tidur kan, cartoon kesukaanmu sudah selesai. Gantian sekarang waktunya Ayah menonton berita."

Tanpa menjawab kedua bocah  masuk ke  kamar  merebahkan diri di atas kasur kapuk, sejenak Rahayu menemani. Lirih terdengar suaranya  senandung selawat Jawa. Tidak butuh waktu lama anak-anak terbuai dalam mimpi. 

Winarno masih  menonton televisi, tetapi pikirannya entah ke mana. Mungkin sedang  bermanuver. Ucapan Ibunya terngiang di indra pendengaran. Berulang dia coba menghardik agar enyak!

Walaupun masih satu desa Winarno tidak pernah sekalipun mengizinkan istri dan anak-anaknya bertandang ke kediaman orang tuanya.

Terbesit benak Winarno. tidak mungkin Rahayu setuju! Apalagi mau. Demi harta berlimpah  turun-temurun di lakukan oleh keluarganya.

Winarno benar-benar membawa lamunannya pergi jauh. Hingga tidak menyadari sejak tadi Rahayu memperhatikannya. Sentuhan lembut menyentuh  bahu,  begitu hangat, membuat lamunan Winarno kembali ke tempat semula.

"Sudah larut Mas, Win. Ayo istirahat, besok masih harus kerja."

Tanpa menjawab Winarno mengikuti langkah istrinya. Keduanya naik peraduan memadu kasih menghempas gundah. Keduanya larut saling mencumbu dalam lembah kenikmatan duniawi, di bawah temaram remang cahaya rembulan malam.

 Sepertinya  rembulan dan tabur bintang sengaja mengintip lewat celah genteng. Tanpa malu dan terusik keduanya masih memadu kasih. Berpelukan hingga kokok ayam jago membangunkan lelap. 

Suara corong musala terdengar memekik. Memanggil insan  masih mempunyai iman ingat kepada-Nya. 

Keduanya beranjak membersihkan hadas besar. Setelah itu Winarno pergi salat berjamaah. 

❤️

Sulawesi Senin, 07Maret 2022

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rin's
waaah... seri nihh
goodnovel comment avatar
Aindwi28
huhu... seru...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 18

    *Tujuh belas tahun kemudian.Malam itu kembali keduanya memadu kasih, libido wanita ayu itu membuncah. Jemarinya mengusap lembut rahang kekar Winarno, dengan rakus Rahayu mencecap leher kokoh dengan deretan bulu halus menghias. Tangan Winarno bergerak lincah, bermain sesuka hatinya ke segala penjuru.Rahayu sedikit menjauhkan tubuh Winarno, berat hati pria dengan sorot mata tajam melepaskan pelukannya, seraya mendesis, "Sayang ...." Rahayu berjalan ke sudut ruang, kaki jenjang tanpa alas kaki dan tubuh tanpa sehelai benang pun berjalan di bawah temaram redup bohlam kamar. Sesampainya, jemari Rahayu menyalakan VCD player. Lagu milik Mariah Carey terdengar lirih . Akan tetapi, cukup meredam desahan keduanya tidak terdengar dari luar kamar. "Sudah tidak sabar, ya ...." Rahayu menggoda. Tiada jawaban, Winarno hanya menyeringai, lalu meraih tubuh Rahayu secara kasar dan menjatuhkan di atas ranjang empuk. "Sayang ...." "Mas ....""Rahayu, Sayang----" "Oh,

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 17 Merencanakan sesuatu

    “Dung, ya Tuhanku.” Rahayu membatin seraya menengok ke arah bawah.Untung saja tiada yang mengetahuinya, secepatnya Rahayu meninggalkan tempat itu. Cekatan bahkan nyaris berlari dia menuju anak tangga, menuruni tergesa. Suasana hening, memang terasa berbeda. Seperti ada khodam menjadi penghuni toko elektronik itu.Rahayu sejenak berdiri di depan pintu kamar, dia menarik napas dalam-dalam lalu membuka pintu dengan sangat hati-hati. Sesampainya di dalam Rahayu kemudian masuk dan merebahkan diri seperti tidak terjadi apa-apa. Namun, tetap saja ada yang mengganjal Rahayu membenamkan wajahnya dalam dada Winarno, mencoba mengusir rasa takutnya.Cukup lama mata Rahayu enggan terpejam, otaknya masih mengingat jelas apa yang dilihat tadi. Deretan sesaji dan ranjang berselimut beludru lantai bak ret karpet yang akan menyambut Nyai Ratu dan pasangannya. Pemandangan itu terus saja berkutat menjejal otak, enggan lenyap."Mas ...!" Rahayu mencoba mengus

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 16 Malam pertama yang syahdu

    Rahayu membuang napas, apalah daya dia tidak berani mengusik apa pun itu. Dengan hati diliputi rasa campur aduk dia kembali menutup pintu kamar dari dalam. Belum juga dia membalikkan badannya, pelukan Winarno menyambutnya hangat."Aduh, Mas!""Rah ....”"Mengagetkan tahu, gak!?""Maafkan, suprise bukan?""Iya, sih. Tapi ....""Apa, Sayang?""Kenapa harus gelap-gelapan, sih?""Kan suprise, Sayang.""Berarti kalau gelap gak—""Iya, mana bisa lama jika terang, iya enggak?""Hemmm...."Keduanya saling bertukar tanya jawab masih dengan posisi berdiri dan tubuh Rahayu tersandar di daun pintu akibat impitan tubuh kekar Winarno. Napas Winarno memburu jemarinya mulai nakal menggerayangi. Rahayu sesekali menggeliat, pikiran tadi sudah lenyap dari otaknya. Terbayar oleh belaian cinta suaminya.Winarno membopong tubuh Rahayu menuju pembaringan. Dengan mesra Rahayu bergelayut di leher kekar milik suaminya. Seperti biasa

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 15 Kejanggalan

    # Kejanggalan❤️Bapak dan Ibu sudah terlebih dahulu sampai di toko. Mereka sudah berada di dalam, tentu saja keduanya bisa masuk karena kunci duplikat. Ibu terlihat antusias menyambut kedatangan Winarno beserta keluarganya. Saat mobil pick up biru tiba. Sudah lumayan lama perempuan tua itu tidak bertemu dengan cucunya, bahagia menyelimuti hatinya seiring senyuman meluas sempurna saat kedua bocah lelaki itu masih mengenalinya."Eyang!"Keduanya berteriak dari jendela mobil, sesat kemudian tergesa membuka pintu mobil lalu berhamburan keluar."Oalah, cucuku. Arya .... " Ibu menyambut seraya melebarkan kedua tangannya."Eyang ...."Ibu terlihat bingung seraya mengusap wajah kedua bocah lelaki yang terlihat laksana pinang dibelah dua. Wajahnya tampan, mirip Winarno, dengan rambut bergelombang menghias."Ini, yang Arya mana? Wiguna mana?" tanya Ibu sambil menggandeng tangan keduanya masuk."Aku, Arya Kusuma, Eyang!""Aku, Wiguna Kus

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 14 Pindah ke Toko

    #Pindah ke Toko Hari ini Winarno tidak pergi lagi, berhubung semua sudah finis. Malam di lewati bersama keluarga kecilnya. Kenangan tinggal di rumah jauh dari kata layak akan segera berakhir. Tinggal menghitung jam.Keempatnya duduk di tempat favorit, satu-satunya. Mereka menonton televisi, Rahayu dan Winarno menemani kedua jagoannya hingga akhirnya film animasi kesukaan mereka usai.“Ayo, ayo! Semua masuk ke kamar. Cepat tidur besok kita sudah pindah!” Rahayu memberikan titah.“Horeee! Horeee! Besok, Bunda?” Celoteh anaknya bertanya dengan polosnya.“He-emm, iya, besok!”“Asyik! Kita akan pindah!” Dua bocah itu berkelakar penuh bahagia seraya masuk ke kamar. Tingkah polos itu mengundang senyum di sudut bibir Rahayu.Sementara Winarno asyik dengan sebatang rokok di celah jemarinya. Menyaksikan keluarga kecilnya yang begitu antusias. Ada bangga dalam benaknya, bisa kembali memberikan fasilitas layak untuk anak-anak. Winarno mengambil gelas kopi, kemudi

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 13 Nafkah Batin Nyai Dasimah

    #Nafkah Batin NyaiDasimah.Winarno meluaskan senyum, sesekali meraba rahang kokoh miliknya, kemudian mengusap bulu-bulu halus yang tumbuh di area itu, walau sudah coba bersikap biasa, bayangan Nyai Dasimah mengambil separuh hatinya. Permainan ranjang yang sangat luar biasa, dia tidak pernah sekalipun merasakan hal seperti itu selama berhubungan intim dengan Istrinya.***"Win, kamu jangan pulang malam, ini!" teriak Bapak dari lantai dasar, ruko miliknya. Beliau mengingatkan."Iya!" Winarno menjawab singkat seraya menuruni anak tangga, setelah mengunci pintu kamar atas.Keduanya berjalan beriringan keluar, Winarno mengantarkan kepergian Bapak untuk pulang. Seharian beliau memantau anaknya menata barang hingga selesai. Winarno menemani hingga pelataran yang sepi karena hujan rintik-rintik, perlahan mobil putih meninggalkan dirinya seorang di toko berlantai dua dengan sentuhan kesan elegan, minimalis.Toko elektronik sekaligus menjadi huniann

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status