POV AUTHOR..Ssrak ... Ssrak ... Bruk ....!Mahluk berbulu dengan mata besar melompat dari satu pohon ke pohon lain, lalu kemudian dia melompat di atas atap rumah kayu milik Zaki.Kukunya yang tajam menggores rumah yang beratapkan seng itu, bunyi gesekan yang terdengar terasa ngilu ditelinga. Semakin lama semakin keras suara kuku beradu dengan atap itu.Mata merah menyala lebar, terbelalak melihat ke penjuru arah. Hidungnya kembang kempis mengendus sesuatu dari ketinggian rumah Zaki."Argh ... bedebah, gadis Prugu itu telah meninggalkan tempat ini!" Teriaknya marah.Tangan panjang menggapai apa saja yang berada di dekatnya, dan mengguncang kuat-kuat pohon-pohon yang dilaluinya.Mahluk itu membuka rahang mulutnya lebar. Tampak taring panjang yang menyembul keluar dan lidahnya menjulur panjang terlihat sangat mengerikan.Dengan kencang dia berteriak melolong panjang. Tangan yang berbulu dengan kuku-kuku panjang itu mengguncangkan tiap-tiap pohon yang dia lewati.Sejenak matanya memindai
POV TANIA.Aku membuka mata perlahan, memandang sekitar tempatku berada saat ini. Terasa asing sekali, seingatku tadi sedang berada di rumah Amak. mengapa kini tubuhku tergeletak di atas semak belukar seperti ini.Aku memindai keseluruhan tempat yang seperti hutan ini. Teramat sunyi dan sepi sekali.Kepalaku terasa berdenyut sedikit sakit saat disentuh di bagian belakang, seperti terbentur benda keras. Dengan susah payah aku berusaha untuk bangkit, pelan-pelan aku duduk bersandar di akar pohon yang sangat besar.Entah kenapa tiba-tiba bisa di tempat seperti ini, sebab aku sendiri tidak ingat apapun yang terjadi sebelumnya. Bunyi monyet owa-owa terdengar riuh, beberapa bahkan terlihat malu-malu mengintip dari celah-celah ranting pohon di atasku.Hari terlihat mulai gelap, entah karena mendung atau memang hari sudah malam. Aku mulai gelisah karena tidak mempunyai senter atau apa saja yang bisa digunakan sebagai penerangan.Bagaimana nanti jika ada binatang buas, atau hewan berbisa. Aku
POV ZAKI.______Setelah selesai mandi aku menghampiri Tania. Berniat ingin meminta izin, rencananya hari ini aku akan pulang ke kebun terlebih dulu.Mendengar kekacauan di bukit Ragusa, hati ini rasanya tidak tenang.Ku pandangi wajahnya yang cantik natural itu. Sudah beberapa hari ini dia mendiamkan aku tanpa alasan yang jelas. Di ajak bicara pun menjawab hanya seperlunya saja."Sayang, hari ini aku mau pulang. Mau lihat kondisi rumah dan ....""Dan selingkuhan kamu udah nunggu, kan?" Belum selesai aku bicara, Tania langsung menjawab."Selingkuhan?""Iya, selingkuhan. Malam itu aku melihat kalian bercumbu mesra. Cih, menjijikan." Suaranya sedikit meninggi.Aku mengerutkan kening, merasa bingung dengan arah pembicaraannya itu. "Sayang, kamu ngomong apa sih?""Alah, pura-pura gak tau. Aku sudah lihat semuanya. Aku benci sama kamu mas, benci!" Tania melempar bantal dan berjalan keluar meninggalkan aku, yang masih bingung."Dek, kamu ngomong apa sih? Coba jelasin dulu apa maksud kamu." A
POV ZAKI._____"Assalamualaikum." Tanganku mengetuk pintu rumah Nek Imah."Waalaikumsalam." Jawaban dari dalam rumah. Tidak lama wanita tua yang masih sehat itu keluar."Nek." Aku mencium punggung tangannya."Kau Zak, masuk lah.""Iyo Nek.""Duduk lah dulu, Zak. Nenek buatkan minun sebentar." Nek Imah meninggalkanku di ruang tamu.Mataku berkeliaran melihat ke seluruh sudut di ruang ini. Tempat yang cukup besar untuk menerima tamu ditambah dengan hiasan-hiasan dinding dan guci yang tersusun rapi.Aku memandang gambar yang tergantung di dinding. Lukisan kuda yang ditunggangi laki-laki berpakaian seperti seorang Raja beserta pengawalnya.Entah mengapa, saat melihat aku seperti terbawa dan berimajinasi ketika memandangi gambar Kuda yang tengah berbaris.Dengan kaki terangkat, seperti sedang berlari ditepian sungai. "Sangat paripurna lukisan ini." Aku memuji.Guci keramik yang lumayan besar berada di sudut ruangan ini, karena penasaran aku mendekat ke arahnya.Melihat dan meraba permukaan
POV AUTHOR.___Ada seorang Raja yang bijak sana dan disegani oleh rakyatnya. Pada masa itu, kejayaan kerajaan Prugu sedang di atas angin.Rakyatnya makmur hidup sentosa dan damai. Ketegasan dan keadilan Rajanya mampu memberikan keamanan dan ketentraman masyarakatnya.Pada suatu ketika, terjadi kegaduhan di kerjaan Prugu. Semua itu disebabkan oleh seorang putri bernama Cati. Anak tunggal raja Selatan.Putri Cati tengah menangis, dia bersedih dikarenakan mendengar kabar ayahnya akan pergi berperang.Sikap manja dan tidak ingin jauh dari ayahnya, sering membuat gadis itu memaksa ikut turun ke medan perang.Hal itu membuat Raja selatan merasa takut, jika terjadi sesuatu pada putrinya. Putri Cati, anak satu-satunya yang Raja Selatan miliki, kelak yang akan mewarisi tahta dan kerjanya.Terkadang sikap putrinya itu memaksanya harus pergi secara sembunyi-sembunyi, seperti saat ini. Dia tengah bersiap turun kelapangan untuk berperan.Tapi entah bagaimana caranya Cati bisa tau, jika ayahnya aka
KILAS BALIK MASA LALU. POV AUTHOR 03.********Sudah tiga bulan Rajo Bunian, menetap di Istannya. Selama itu juga, kerajaanya aman dan sejatera. Dia memutuskan untuk kembali ke Kerajaan Prugu. Sebelum dia pergih, Raja menemui Ratunya.Terlihat perut Ratunya yang mulai membesar, Ada wajah gembira yang terpancar dari Rajo Bunian. Dia duduk dan mencium kening Istrinya. Berpamitan untuk pergih ke kerajaan Prugu, sebentar lagi Putri Cati akan melahirkan.Terlihat wajah tidak suka dari Ratu Senduduk. Dia memeluk manja sang Raja. Berharap suaminya itu mengurungkan niat untuk pergih. Namun harapan itu pupus, setelah Raja meninggalkan dirinya dan janin dalam kandungannya.Niat jahat dari sang Ratu kini muncul, Ratu teringat dengan perkataan Orang Pandak kala itu. Dia berucap jika kehamilannya hanya mencapai kurang lebih dari 5 bulan.Ratu berrencana akan menculik anak dari Putri Cati, sesuawai perja
POV TANIA*****"Brakk...!" Suara ranting terjatuh mengenai atap rumah membangunkan aku dari tidur.Aku merenggangkan otot-otot tubuh. Rasanya aneh sekali, tubuhku terasa sakit semua. Sepertinya aku terlalu lama tertidur di depan jendela. Aku berjalan gontai, mengambil gelas yang berada di atas meja. Namun aku terkejut saat mendapati diriku tengah terbaring di kasur bersama Zaki, suamiku."Mas, bangun. Mas Zaki bangun." Aku membangunkan mas Zaki. Namun suamiku tidak bergeming sedikitpun. Berkali-kali aku menyentuh gelas, tangan ini tidak bisa menggenggamnya. "Ada apa dengan diriku." Aku bertanya pada diri sendiri.Aku duduk termenung, mengamati suamiku dan Tania yang di atas kasur. Mereka tidur dengan lelap, bahkan saat ranting terjatuh cukup keraspun, mereka tidak terbangun."Bau masakan itu." Aku mencium bau masakan yang tempo hari selalu tercium saat tengah malam. Mataku melirik jam dind
POV ZAKI.******Ku pandangi wajah Tania yang masih belum sadarkan diri. Terbaring lemas di rumah sakit. Aku hanya mampu berdoa dan memohon kesembuhan untuknya.Siang hari setelah kedua orangtua Tania datang, hatiku semakin tidak nyaman. Abi, marah besar kepadaku. Mereka bilang jika aku tidak bisa menjaga anak satu-satunya itu dengan baik.Perdebatan di antara aku dan orang tua Tania berjalan cukup sengit. Aku yang tidak terima jika Tania akan di bawa kembali ke Jakarta, mengamuk dan melempar benda-benda yang ada di sekitarku.Datuak dan Apak menangkan diriku, aku membabi buta menyerang siapa saja di tempat itu. Pikiranku tidak terkendali, mataku hanya tertuju pada sosok Tania. Aku mendekat ke arahnya, ingin sekali mencabut selang infusnya, tidak lama aku mendapat pukulan keras di pipi sebelah kiri.Abi, marah besar kala itu. Bahakan Abi menyuruh aku untuk menceraikan Tania. Aku seperti orang yang kebingungan,