Beranda / Thriller / BAYANGAN DI BALIK WARISAN / Riak di Lautan Kertas

Share

Riak di Lautan Kertas

Penulis: eyes0cream
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-11 18:41:29

Ruang arsip kota St. Soulheim menyimpan napas masa lalu dalam setiap rak berdebu dan laci berderit. Aroma kertas tua menyatu dengan udara yang stagnan, seakan waktu enggan bergerak di tempat ini. Di tengah lorong sempit berisi berkas dan dokumen catatan sipil, berdiri seorang pria asing yang baru semalam tiba di kota—tapi sorot matanya seperti telah tinggal di sana seumur hidup.

Alphonse menelusuri laci-laci dengan ketelitian seorang arsitek yang sedang membedah reruntuhan. Tangannya menyentuh berkas-berkas kelahiran, surat keputusan wali kota, peta tata ruang yang tak diperbarui sejak awal milenium. Tidak ada yang luput dari perhatiannya, terutama dokumen yang kelihatannya telah disusun ulang… atau sengaja dikaburkan.

Di ujung ruang, pegawai wanita itu tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Dia menatap Alphonse yang dengan tenang membuka laci-laci berisi dokumen, seolah sudah tahu apa yang dicari. Beberapa kali dia melirik ke arah meja tapi takut jika pemuda yang tidak diketahui a
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • BAYANGAN DI BALIK WARISAN   Paviliun Tua dan Drama

    Pintu di belakang Alphonse berderit tertutup, meninggalkan bunyi gembok yang tak terdengar tapi terasa. Keheningan di dalam terasa lebih pekat daripada udara luar. Bau lembap kayu tua bercampur dengan sisa asap dupa yang lama padam, seperti doa-doa yang sudah ditinggalkan. Cahaya pagi menetes dari jendela buram, pecah menjadi garis kusam di lantai yang penuh debu.Alphonse berdiri sejenak, membiarkan matanya menyesuaikan. Setiap papan lantai yang diinjaknya mengeluarkan keluhan pelan, seakan keberadaannya ditolak ruangan itu. Tak ada kursi, hanya sebuah meja kecil dengan kain altar yang sudah robek di ujungnya. Di atasnya, sebuah lilin gosong—beku dalam posisi terakhirnya—menjadi saksi diam waktu yang terhenti.Kesunyian menebal. Alphonse mengangkat jemarinya, mengusap permukaan meja, meninggalkan jejak tipis di atas debu. Dia duduk di kursi reyot di sudut ruangan, tubuhnya membungkuk sedikit ke depan, seolah siap menyambar jika bayangan pertama kali bergerak.Di luar, dentang lonceng

  • BAYANGAN DI BALIK WARISAN   Batas Antara Doa dan Delusi

    Senin, 25 Maret 2024/08:59 PagiLangkah kaki Alphonse terhenti ketika tanah berbatu St. Soulheim yang tak lagi disapu doa itu berubah menjadi jalan setapak yang dipenuhi dedaunan basah. Udara pagi menahan cahaya; mendung bergelayut seperti kain tua yang belum dicuci, mengaburkan batas antara langit dan tanah pemakaman. Angin yang lewat membawa aroma tanah lembap bercampur karat. Dari kejauhan, dentang lonceng gereja terdengar samar, menyerupai bisikan peringatan yang datang terlambat.Di ujung jalan sempit itu berdiri sebuah paviliun kecil. Sulur tanaman rambat menelusup ke dindingnya, seakan ingin menelan batu tua yang retak-retak. Cat kayu pada jendela sudah pudar, berganti warna kelabu pucat, sementara dedaunan kering menempel di kaca yang buram. Atapnya miring sedikit, dan lumut hijau tua menyebar bagai noda permanen. Alphonse mendapatkan kesan bahwa paviliun itu bukan sekadar bangunan, melainkan wadah bagi sesuatu yang lebih tua daripada dirinya sendiri.Alphonse berhenti di depa

  • BAYANGAN DI BALIK WARISAN   You Must Find Sister Lasya

    Ruang arsip kembali sunyi. Tapi bukan sunyi yang biasa—melainkan sunyi yang menekan, seperti udara yang sedang menyimpan rahasia. Bau kertas tua dan logam berkarat menggantung di udara, seolah menolak dibersihkan oleh waktu atau niat baik. Lampu neon di langit-langit sesekali bergetar, mengeluarkan bunyi dengung rendah yang menambah suasana janggal.Alphonse berdiri diam di tengah lorong, tubuhnya membeku bukan karena takut, tapi karena nalurinya menjerit: sesuatu di sini belum selesai. Sesuatu sedang menunggu untuk ditemukan—atau lebih tepatnya, untuk dilepaskan.Dan dalam diam yang terlalu panjang itu, dia merasa seperti orang terakhir yang masih mendengarkan bisikan bangkai-bangkai masa lalu. Pikirannya jauh lebih dalam dari tinta dan kertas yang ada dalam semua berkas-berkas itu. Seolah setiap lembar di dalamnya menyimpan suara, dan dia mencoba mendengarkan.Pegawai wanita yang hanya diam saja akhirnya bicara. Suaranya kecil, nyaris seperti bisikan.“Anda seharusnya tidak berbicar

  • BAYANGAN DI BALIK WARISAN   It's A Face Off

    Di dalam ruang arsip yang sunyi, keheningan itu hampir bisa dipotong dengan pisau. Edelmar, dengan ekspresi datarnya, tidak langsung merespons. Kedua matanya yang tajam menilai, mengukur setiap kata yang terucap, namun dia tetap diam. Keheningan yang tercipta bukan karena kebingungan, tetapi lebih karena sebuah keputusan yang tengah ditimbang di dalam pikirannya."Dan jika saya bilang…” suaranya memecah keheningan. Suara itu tenang, tapi tegang, “...jarumnya memang tidak pernah berhenti, hanya tidak terdengar oleh telinga biasa?"Alphonse tersenyum tipis, ada sesuatu dalam senyum itu yang mengungkapkan lebih banyak daripada yang dia ingin ungkapkan. "Saya rasa saya sudah tahu apa yang sedang Anda coba sampaikan."Di belakang mereka, pegawai wanita itu masih berdiri kaku, seperti bayangan yang tidak ingin ikut campur. Dunia di ruang arsip terasa mengecil, hanya ada dua kutub yang saling bertarung—Alphonse dan Edelmar. Ruang ini menjadi medan magnet yang tidak terhindarkan, setiap kalim

  • BAYANGAN DI BALIK WARISAN   Riak di Lautan Kertas

    Ruang arsip kota St. Soulheim menyimpan napas masa lalu dalam setiap rak berdebu dan laci berderit. Aroma kertas tua menyatu dengan udara yang stagnan, seakan waktu enggan bergerak di tempat ini. Di tengah lorong sempit berisi berkas dan dokumen catatan sipil, berdiri seorang pria asing yang baru semalam tiba di kota—tapi sorot matanya seperti telah tinggal di sana seumur hidup.Alphonse menelusuri laci-laci dengan ketelitian seorang arsitek yang sedang membedah reruntuhan. Tangannya menyentuh berkas-berkas kelahiran, surat keputusan wali kota, peta tata ruang yang tak diperbarui sejak awal milenium. Tidak ada yang luput dari perhatiannya, terutama dokumen yang kelihatannya telah disusun ulang… atau sengaja dikaburkan.Di ujung ruang, pegawai wanita itu tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Dia menatap Alphonse yang dengan tenang membuka laci-laci berisi dokumen, seolah sudah tahu apa yang dicari. Beberapa kali dia melirik ke arah meja tapi takut jika pemuda yang tidak diketahui a

  • BAYANGAN DI BALIK WARISAN   Susceptibility

    Senin, 25 Maret 2024/07:37 PagiKabut tipis masih melayang di atas trotoar ketika langkah Alphonse berhenti di depan sebuah bangunan tua dengan papan nama berkarat yang tergantung miring: Kantor Arsip Kota St. Soulheim. Batu-batunya kusam, jendelanya tinggi dan gelap, dan pagar besinya berkarat di bagian bawah. Dari semua tempat yang dilintasinya pagi ini, hanya bangunan ini yang terasa hidup… meskipun tidak terlihat ada siapa-siapa.Sebuah senyum kecil muncul di wajahnya. Dia tidak datang untuk berwisata. Tapi siapa pun yang melihat dari luar takkan menyangka bahwa pemuda bermantel hitam kusut itu menyimpan maksud yang lebih dalam dari sekadar kekaguman akan arsitektur lama. Saat dia mendekat, suara berat menghentikannya.“Permisi, Pak. Kantornya belum buka. Masih pagi,” kata seorang petugas keamanan dari balik gerbang, tangannya memegang gagang tongkat yang bersandar di sisi kursi.Alphonse melirik ke arah jam sakunya, lalu menatap bangunan itu lagi, seolah baru menyadari kehadirann

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status