Share

PENGAKUAN YANG MENYAKITKAN

Aвтор: Reinee
last update Последнее обновление: 2021-06-14 11:09:42

[Ini Raya?] 

 

Sebuah pesan masuk ke aplikasi hijauku saat aku baru selesai menidurkan Keanu siang itu. Sebuah nomer tidak dikenal.

 

[Siapa ya?]

 

[Gilang, teman Luna.]

 

[Oh, Mas Gilang. Ada apa, Mas?]

 

[Aku ada info buat Kamu, Raya. Tadinya mau aku kirimkan ke kakakmu tapi dia bilang suruh hubungi Kamu langsung.]

 

[Ooh gitu. Iya Mas Gilang, nggak papa. Ada apa, Mas?]

 

[Aku kirimin sesuatu ya, buat info aja. Katanya kemarin kalian nyari info kan?]

 

[Oh iya, Mas. Makasih sebelumnya.]

 

Tak lama kemudian Mas Gilang mengirimiku beberapa pesan berupa video. 

 

Dengan hati berdegup, aku membuka video yang dia kirimkan itu satu persatu. Dan hatiku hancur saat kulihat video pertama, Mas Arman sedang bergandengan dengan seorang wanita yang sama dengan yang kulihat waktu itu bersama Mbak Luna. 

 

Lalu video selanjutnya menunjukkan adegan mesra mereka saat sedang berada di ruangan, seperti sebuah kantin. Nemun dari semua video itu, yang terakhir yang paling membuatku shock. Video itu berisi adegan tak senonoh yang dilakukan oleh suamiku dengan wanita itu di sebuah toilet.  Dan aku sangat yakin semua kejadian yang direkam itu berlangsung di area kantor. 

 

Hatiku perih. Tak pernah terbayangkan aku melihat dengan mataku sendiri bagaimana suami yang aku banggakan selama ini bermesraan dengan wanita lain. Meskipun hanya di dalam sebuah video, tapi rasanya begitu menyakitkan. 

 

Kurasa mungkin bukan hanya aku saja yang tak akan bisa menahan ketika melihat perbuatan serong suami yang begitu nyata tergambar jelas di depan mata. Hingga kuputuskan untuk segera men-dial nomer ponsel Mas Arman dengan raut mukaku yang mungkin sudah tak karuan saat ini. 

 

"Halo Ray, ada apa?" SUARA Mas Arman dari seberang.

 

"Pulang jam berapa?" tanyaku tanpa basa-basi. Tak ada lagi kata sapaan 'Mas' atau 'Pa' yang biasa aku sebutkan. Rasanya diri ini sudah telalu jijik dengan lelaki yang berada di seberang telepon itu. 

 

"Ada apa? Tumben nelpon nanya pulang jam berapa? Ya seperti biasa lah, Ray. Ada apa sih?"

 

"Aku tunggu di rumah sore ini. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan, Mas. Tolong jangan pulang terlambat, atau Kamu nggak akan melihatku di rumah lagi."

 

Entah apa yang membuatku mengatakan itu, tapi rasanya aku sudah tidak kuat lagi menutupi rasa ini. Terlalu sakit untuk berpura-pura tidak tahu apa yang telah dia lalukan, padahal semuanya sudah sangat jelas. 

 

"Ada apa sih, Ray?"

 

Klik!! 

 

Dan aku segera mematikan telepon tanpa menjawab pertanyaannya terlebih dahulu. 

 

 

Seberapa kerasnya aku mencoba untuk tidak menumpahkan air mata, aku tetaplah seorang wanita biasa yang. Di depan mataku sudah tidak ada lagi rumah tangga yang aku banggakan selama ini. Tidak ada lagi harapan untuk memperbaiki semua kehancuran yang telah terjadi ini. Bahkan tidak ada sedikitpun niat untukku memaafkan kelakuan Mas Arman yang ternyata sudah sangat sekeji itu di belakangku. 

 

Dengan linangan air mata yang tak mau berhenti, aku menata pakaianku dan Keanu ke dalam tas besarku. Tekadku sudah bulat ingin mengakhiri rumah tanggaku yang sudah jelas sangat bobrok ini. Tidak kuat rasanya harus membagi cinta suamiku dengan wanita lain.

 

 

Dan sore harinya sebelum jam menunjukkan pukul 5, akhirnya kulihat mobil Mas Arman terparkir di halaman rumah. Dia tidak terlambat. Mungkin dia khawatir dengan apa yang tadi aku ucapkan. Aku sendiri sudah bersiap di kamar tamu menyambut kedatangannya.

 

Melihatku hanya duduk saat dia datang, wajah Mas Arman nampak dipenuhi tanya. Dia pun segera menghampiri dan duduk disebelah kursiku.

 

"Kamu kenapa, Ray?" 

 

Tak ada sepatah katapun yang aku ucapkan pada suamiku, hanya tanganku yang mengulur menunjukkan padanya video tentang kemesraanya dengan wanita itu di ponselku.

 

Mata Mas Arman nampak membelalak saat melihat ke layar ponsel yang masih kupegang itu.

 

"Dari mana Kamu dapat ini, Ray?" 

 

"Kamu masih sempat menanyakan dari mana aku mendapatkan ini, Mas? Kamu benar-benar tidak punya malu ya, Mas?" Aku menatapnya tidak percaya. Bagaimana mungkin justru kalimat itu yang keluar dari mulutnya, bukannya kata penyesalan atau permintaan maaf karena telah melakukan hal seperti itu.

 

"Lhoh, apa salahnya sih aku bertanya seperti itu? Kamu mengikuti aku? Membuntuti aku sampai ke kantor? Atau jangan-jangan kamu menyuruh seseorang untuk memata-mataiku di kantor ya?" katanya dengan nada sedikit gusar.

 

Aku menggeleng-gelengkan kepala. Benar-benar tidak percaya dengan apa yang kudengar ini. Bisa bisanya dia justru mengomel tidak jelas padaku padahal nyata-nyata dialah yang bersalah. 

 

"Mas! Apa sih pedulimu bagaimana caraku mendapatkan semua ini? Kamu bahkan tidak malu istrimu mengetahui semua ini? Kamu tidak menyesal? Kamu tidak merasa bersalah?"

 

Raut muka Mas Arman yang kuharapkan ternyata jauh dari bayanganku. Kupikir tadinya Mas Arman akan menyesal, meminta maaf padaku setelah aku mengetahui kebusukannya itu. Tapi apa ini? Dia justru tersenyum sinis seperti sedang mengejek dan menertawakanku. 

 

"Lalu sekarang mau kamu apa, Ray? Pisah? Trus mau apa Kamu setelah pisah? Apa Kamu lebih bangga menjadi janda?" katanya dengan angkuh.

 

"Mas ... Astaghfirullah, tega sekali Kamu bicara seperti itu. Kamu benar-benar tidak menyesal sama sekali telah melakukan ini padaku?"

 

"Dengarkan aku, Raya! Sekarang Kamu yang seharusnya berpikir sebelum mengatakan ini pada suamimu. Kamu punya apa? Kalau Kamu berpisah dariku, lalu Kamu mau apa? Pikirkan dulu sebelum Kamu bertindak, Raya." Kembali Mas Arman tersenyum sinis. 

 

"Ya Allah, Mas. Tega Kamu Mas ngomong kayak gitu ke aku."

 

"Tunggu! Dengarkan dulu aku ngomong. Baru Kamu boleh memutuskan," katanya tiba-tiba.

 

Akhirnya aku terdiam demi melihat reaksi Mas Arman yang mendadak serius. 

 

"Ray, dia ini boss aku. Manajer di tempatku bekerja. Dia kaya, punya jabatan, dan dia tergila-gila sama aku. Aku nggak perlu cerita lah pasti kamu juga sudah tau apa yang sudah dia kasih ke aku. Sekarang apa? Kita nggak pernah lagi kekurangan apa-apa kan? Bukannya itu fair buat keluarga kita?"

 

"Maksud kamu apa, Mas? Fair bagaimana?" 

 

"Tenang dulu lah, jangan emosi. Kamu itu dikit dikit emosi aja. Dipikir aja lah Ray, Kamu pikir aku bisa naik jabatan jadi supervisor ini karena siapa? Aku bisa punya mobil itu karena siapa?" Mas Arman nampak terdiam sejenak seolah menunggu reaksiku. "Dia yang memberikan semua itu, Ray. Fasilitas yang aku dapat selama ini, dia semua yang ngasih. Lalu apa? Kamu tinggal ikut menikmati saja kan? Beres."

 

"Ya Allah, Mas. Kamu mau aku ikut menikmati hasil dari kamu menyenangkan wanita lain? Begitu maksudmu? Dan kamu mau aku diam saja?"

 

"Kalau tidak begitu mau gimana? Pisah? Yakin Kamu mau menjanda? Mengurusi Keanu sendiri? Pikir, Ray!" Mas Arman menunjuk pelipisnya sendiri berusaha menunjukkan padaku bagaimana aku memikirkan ulang keputusanku untuk pergi darinya.

 

"Aku lebih baik jadi janda daripada punya suami seperti Kamu, Mas. Mencari uang dengan cara seperti itu. Menyakiti hati istri." Jantungku bergemuruh. Darahku sudah mendidih sampai ke ubun-ubun melihat sikapnya yang seperti itu. 

 

"Terserah lah ya ... kalau kamu tetap tidak mau dibilangin. Tapi dengar Ray, aku sudah nyaman dengan dia. Kamu lihat dong!" 

Tiba-tiba Mas Arman merampas ponselku, lalu kembali memutar video yang seharusnya dia malu untuk melihatnya itu. 

 

"Kamu lihat ini!" Dan dengan bangganya dia menunjukkan video itu padaku tanpa merasa bersalah sedikitpun. "Coba bandingkan dengan Kamu! Siapa yang lebih cantik diantara kalian? Kamu nggak ada apa-apanya lho Ray sama dia. Kalau kamu pisah dari aku, kamu nggak akan untung apa-apa. Sebaliknya, dengan Kamu pergi, kamu justru akan lebih membuatku bebas."

 

"Tapi jika kamu diam saja. Bersikap wajar saja seperti biasa. Kamu dan Keanu nyaman, kecukupan. Toh aku juga nggak pernah lupa memberikanmu nafkah batin kan? Dia pun juga nggak keberatan aku masih sama Kamu kok. Itu adil kan?"

 

"Astaghfirullah Mas. Sudah Mas, Cukup!! Aku tidak bisa. Aku akan pulang sekarang. Kamu sudah keblinger, Kamu sudah terlalu jauh keluar dari jalur. Aku tidak bisa menuruti kata-katamu." 

 

Aku segera bangkit bermaksud menuju kamar untuk membawa Keanu dan mengambil barang-barang yang sudah kumasukkan ke dalam tas tadi siang. 

 

"Raya! Mau kemana Kamu? Jangan bodoh!"

 

Di luar dugaan, Mas Arman ternyata bangkit mengejarku, lalu menarik pergelangan tanganku. Sepertinya dia memang tidak benar-benar ingin membuatku pergi. Mungkin apa yang dia katakan tadi hanya bermaksud menakutiku, mengancamku. Entahlah.

 

"Kamu benar-benar ingin kita pisah?!" tanyanya sedikit menghardik. 

 

"Apa kamu pikir aku masih mau bersamamu setelah pengakuanmu yang menyakitkan ini, Mas? Jangan mimpi!" 

 

Mendengar aku marah, Mas Arman justru tertawa lebar.

 

"Setelah kujelaskan panjang lebar seperti tadi, kamu masih belum mengerti juga, Ray? Coba lah pikirkan lagi. Pikir sekali lagi! Apa untungnya jika Kamu pergi? Jika kita pisah?"

 

"Yang jelas aku tidak akan lagi merasa sakit seperti ini, Mas. Lepaskan tanganku!" Aku berusaha melepaskan cekalannya, namun gagal. Dia jauh lebih kuat dariku. 

 

"Lalu Keanu? Kamu akan membiarkannya berpisah dari ayahnya hanya karena keegoisan kamu?" 

 

"Egois kamu bilang? Siapa yang Egois, aku apa Kamu, Mas?" 

 

Aku mulai kehilangan kesabaran. Kenapa dia justru menekanku? Seperti inikah yang dialami wanita-wanita di liar sana dengan suami berkhianat yang tak punya daya apa-apa? Bahkan justru disalahkan atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan? Justru dibodoh-bodohkan dengan keputusan yang dia ambil?

 

"Oke, oke, begini saja. Mungkin penjelasanku belum bisa membuatmu puas, Ray. Tolong Kamu tunggu sampai besok. Aku akan memberikanmu alasan kenapa kamu harus tetap disini. Tetap bersamaku."

 

"Aku tidak mau Mas."

 

"Jangan bilang tidak mau. Kamu lihat dulu besok. Beri aku kesempatan sampai besok, ok? Aku akan buktikan bahwa kita lebih baik tetap bersama dibanding berpisah."

 

"Apa yang mau Kamu lakukan?" tanyaku curiga.

 

"Tunggu besok. Kamu akan tau sendiri, Ray. Dan aku yakin kamu pasti akan berpikir ulang jika mengetahui ini langsung."

 

"Aku tidak bis...."

 

"Plis Ray, sekali ini saja. Dengarkan aku sampai besok. Setelah itu kamu bisa memutuskan. Apapun keputusanmu, aku sudah tidak akan bisa mencegahnya." 

 

Sebenarnya aku sudah sangat muak dan jijik dengan suamiku ini. Tapi rasa penasaranku membuatku untuk sedikit bersabar. Apa sebenarnya yang akan dia lakukan? Apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya itu hingga dia berpikir aku akan berubah pikiran setelah dia menunjukkan sesuatu padaku?

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   MIMPI YANG MENJADI NYATA (ENDING STORY/ AUTHOR'S P.O.V)

    Bagai mimpi yang menjadi nyata, Raya yang telah hampir sebulan menjadi istri seorang Galih Rengga Atmaja akhirnya merasakan juga membuka mata dalam pelukan lelaki yang beberapa waktu lamanya hanya ada di alam mimpinya itu.Rasanya bahkan wanita itu enggan beranjak dari tempat tidur agar bisa tetap menikmati wajah suaminya yang indah itu dalam lelap tidur.Galih yang tertidur pulas di depannya bagai malaikat tak berdosa yang jauh dari sifat sombong, angkuh, dan arogan yang selama ini ditunjukkannya pada Raya.Namun hari sudah beranjak siang, dan Raya tidak ingin terus terusan tidur di siang bolong seperti ini."Mas," panggilnya lirih sambil mengusap lembut pipi sang suami.Galih yang merasakan sentuhan tangan Raya membuka matanya dan melebarkan senyum pada wanita yang akhirnya bisa dia nikmati setelah dinikahinya hampir s

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   AKU MENGINGINKANMU SEUTUHNYA, MAS! (AUTHOR'S P.O.V)

    "Mas, sebenarnya kita ngapain sih di sini?" Raya mendekati Galih yang baru saja mendudukkan dirinya dengan nyaman di sofa menghadapi layar TV setelah mengambil sekaleng minuman dingin dari minibar di kamar itu.Galih menoleh ke arah istrinya dengan senyuman remehnya seperti biasa."Menurut Kamu ngapain?""Nggak tau," Raya mengedikkan bahunya. Dia memang benar-benar nggak paham apa yang dilakukan Galih di tempat itu."Sekali kali Kamu tenang saja di dekatku, nggak usah banyak tanya, nurut aja, bisa kan?" tanya Galih kemudian. Kali ini wajahnya dihiasi senyum manis. Namun hanya sepersekian detik saja, pandangannya sudah beralih kembali menatap ke layar televisi datar di depannya.Raya yang menyadari usahanya bertanya hanya akan sia-sia saja, akhirnya hanya bisa diam di samping suaminya. Matanya dengan terpaksa ikut m

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   KALAU MAU TINGGAL BILANG, APA SUSAHNYA?

    "Rayaaa!!!" teriak Galih menggelegar dari lantai atas.Pak Farhan yang sedang berbicara dengan Mbok Yem di dapur pun sampai kaget dibuatnya. Apalagi Raya yang pagi itu sengaja menemui Gilang untuk mengambil masakan titipan Mbak Luna untuk Raya yang di titipkan padanya.Gilang nampak tersenyum lucu saat melihat wajah Raya yang tegang karena mendengar teriakan suaminya yang sangat keras tadi, yang menggegerkan seisi rumah."Ya, Mas!" sahut Raya menjawab teriakan suaminya itu. Lalu cepat-cepat mengembalikan rantang ke tangan Gilang."Mas, tolong Mas bawain ke dapur dulu ya?" kata Raya cepat, lalu buru-buru berlari menaiki tangga rumah. Gilang terpingkal menyaksikan kekonyolan sepasang suami istri itu."Ada apa sih, Lang?" tanya Pak Farhan yang masih keheranan berjalan dari arah dapur mendekati Gilang.

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   HUKUMAN UNTUK PARA PENGACAU

    "Kalian ini benar-benar manusia-manusia menjijikkan!!"Aku kaget saat mendengar Mas Galih berbicara sangat keras."Kalian semua dipecat!!" lanjutnya kemudian, membuat semua orang yang berada di ruangan itu membelalak. Tak terkecuali tiga orang tersangka kekacauan yang tadi hanya duduk sambil menundukkan wajah di depanku dan Mas Galih."Pak, tapi bukan saya yang salah, Pak Galih. Dia yang menyerang saya lebih dulu." Lagi-lagi Anggita membela dirinya menunjuk ke arah Mirna.Belum sempat kudengar apa yang akan dikatakan suamiku untuk menjawab pembelaan Anggita, tiba-tiba wanita bernama Mirna itu bangkit dan dengan gerakan cepat menghambur ke arahku, bersimpuh di depan kakiku. Aku yang kaget sontak beringsut lebih mendekat ke Mas Galih yang juga kulihat sama kagetnya denganku."Mbak, Mbak Raya, tolong Mbak, jelaskan pada Pak

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   PERTENGKARAN ANGGITA SI PELAKOR DI KANTOR

    "Kenapa Kamu? Bosan?" Mas Galih menatapku jengah dari kursi kerjanya. Mungkin dia risih melihatku dari tadi menggeser-geser dudukku di sofa dengan tak beraturan.Saat aku balik menatapnya dan menggeleng, dia pun segera kembali ke pekerjaannya menekuri laptop di depannya. Aku yang bingung harus melakukan apa dari tadi memang hanya duduk bersandar men-scroll layar ponselku naik turun nggak jelas dari tadi. Mungkin raut kebosanan terlihat sangat jelas di wajahku hingga membuatnya terganggu."Tidur saja kalau ngantuk. Nanti aku bangunkan kalau aku sudah selesai," katanya.Kenapa orang ini tiba-tiba jadi ribet begini? Harusnya tadi dia biarkan saja aku pulang bersama Mas Gilang. Jadi dia bisa fokus bekerja dan aku bisa tenang menunggunya di rumah. Kalau seperti ini kan justru jadi tidak nyaman buat kami berdua?"Tidur?" Keningku berkerut memandang sekeliling.

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   CEMBURUNYA MAS GALIH

    "Mau kemana, Raya?"Kudengar suara Papa Farhan dari arah serambi saat aku sedang melangkah tergesa melewati ruang tengah. Saat aku menoleh, kulihat papa mertuaku itu sedang berbincang dengan Mas Gilang di kursi serambi. Lalu kusempatkan diri untuk menghampiri mereka sebentar."Kok buru-buru mau kemana?" tanya orang tua itu lagi saat aku sampai di tempat mereka."Ini Pa, mau ke kantor," ucapku sambil menunjukkan lunch bag yang sedang kutenteng."Apa itu?" Lelaki tua itu membulatkan mata ke arahku."Makan siang buat Mas Galih, Pa," kataku malu-malu. Terdengar Papa Farhan terkekeh, sementara Mas Gilang menutupi mulut menyembunyikan senyumannya."Kenapa? Apa tidak boleh mengantarkan makanan ke kantor ya, Pa?" tanyaku keheranan. Melihatku kebingungan papa pun menghentikan tawanya. 

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   DEMI GENGSI SANG GALIH (AUTHOR'S P.O.V)

    Seperti biasa, lelaki gagah dengan garis wajah tegas dan berwibawa yang mewarisi rupa sang ayah itu sibuk di ruang kerjanya malam ini. Tak beda dengan malam-malam sebelumnya, sejak menyandang lagi status sebagai seorang suami, Galih Rengga Atmaja lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja saat malam tiba. Dia akan memperkirakan saat istrinya sudah terlelap tidur, baru kemudian dia akan membaringkan diri di ranjang mereka yang besar dan nyaman itu.Hanya itu saja yang dia lakukan selama semingguan lebih ini. Memandangi sejenak wajah istrinya yang sudah terlelap dari sisi tempat tidur sebelum akhirnya dia pun terbang ke alam mimpi.Sebagai lelaki, tentu saja Galih sangat ingin menyentuhnya. Naluri kelelakiannya tak bisa memungkiri bahwa lelaki itu begitu menginginkan kehangatan bersama seorang wanita saat malam tiba. Namun, sifat egonya yang tinggi dan trauma mendalam mengalahkan itu semua. Galih adalah lel

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   AKU BISA MEMBUATMU JATUH CINTA PADAKU

    Sepanjang perjalanan pulang, aku terus saja bertanya-tanya dalam hati, bagaimana mungkin Mas Galih seperti bisa tahu segala hal tentang masa laluku? Sampai dengan detail dia bisa melakukan apapun pada siapa yang telah menyakitiku. Apakah Mas Gilang yang memberitahukan semua padanya?"Mas." Aku mencoba untuk mengajaknya bicara saat kami sudah sampai di rumah. Aku sengaja mengikutinya masuk ke kamar tanpa peduli apakah dia suka atau tidak. Karena biasanya dia akan selalu menghindari untuk berada di dalam kamar berdua denganku kecuali saat malam tiba. Mendengar panggilanku dia nampak menghentikan langkah, dan berbalik badan. Dari raut mukanya, sepertinya dia kaget aku sudah berada di belakangnya."Ada apa?" katanya memicingkan mata ke arahku."Boleh aku tanya sesuatu?" pintaku dengan hati-hati."Tentang apa?""Mas Galih tau

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   PEMBALASAN DIMULAI (AUTHOR'S P.O.V)

    Wajah pucat dua manusia itu nampak saling berpandangan di depan toilet lantai 5 gedung kantornya."Apa tadi itu benar Raya?" Arman bertanya seperti bergumam pada diri sendiri."Iya, memang itu mantan istri Kamu. Aku kan sudah pernah bilang waktu itu. Aku pernah bertemu dengannya di mall bersama Pak Galih. Tapi Kamu nggak percaya, Man," kata Anggi mengingatkan."Ya nggak mungkin percaya lah, Raya nggak mungkin kenal sama Pak Galih. Pak Galih itu kan anaknya pemilik perusahaan ini, Gi.""Tapi gimana kenyataannya? Dia disini kan sekarang? Kalau bukan karena Pak Galih yang bawa dia kesini, siapa lagi?""Raya simpanannya Pak Galih. Pasti itu," kata Arman bersungut."Simpanan? Simpanan apa, Man? Pak Galih itu sudah cerai lama. Dia nggak punya istri. Mantan istrimu itu calon istrinya dia? Ngerti nggak sih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status